Aksi Heroik Penyelamatan Pasien yang Bersalin di Halaman Parkir IGD RS Bhayangkara.
Jarum jam menunjukkan pukul 05.45 WIT, Rabu (10/12). Embun tipis menggantung di halaman parkir Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura. Suasana yang tenang itu mendadak berubah menjadi panggung dramatis yang tak terlupakan sebuah kelahiran darurat yang menantang nyawa.
Laporan: Karolus Daot_Jayapura
Dengan mengunakan sepeda motor Margareta Ohee ibu enam anak yang sedang mengandung buah hati ketujuh diantar ke RS Bhayangkara, karena merasakan tanda-tanda mau melahirkan. Namun baru turun dari motor, rasa mulas hebat menyerangnya. Ia mengira ingin buang air, tapi yang muncul justru membuatnya panik bukan main.
“Saya kaget karena kepala bayi sudah keluar waktu saya masih berdiri. Saya langsung teriak,” kisah Margareta, mengenang detik menegangkan itu di RS Bhayangkara, Kamis (11/12) kemarin.
Teriakannya memecah pagi buta. Dalam hitungan detik, dokter dan perawat IGD yang sedang piket berhamburan keluar. Mereka hanya tahu satu hal, ada nyawa yang harus diselamatkan.
Perawat-perawat segera mendorong tempat tidur ke arah parkiran. Dua dokter piket dr. Gita Safitri Amalia dan dr. Rifaldy, bersama Bidan Piket, Bidan Siti berlari sambil menyiapkan tindakan medis darurat. Ketika tiba, mereka mendapati Margareta terbaring di tanah, bayi sudah keluar dengan tali pusat melilit leher. Segala sesuatu terjadi begitu cepat dan tidak ideal. Namun, tidak ada waktu untuk ragu.
“Kami langsung angkat ibunya ke atas tempat tidur. Sambil bed didorong, saya bersama dr. Rifaldy dan bidan Siti ambil tindakan mengeluarkan plasenta dan menangani lilitan tali pusat,” ungkap dr. Gita.
Tempat tidur itu didorong secepat mungkin menuju IGD. Di atas ranjang yang bergerak, dr. Gita bekerja sambil berlutut di depan Margareta Ohee, tangan tak pernah berhenti memastikan bayi tetap mendapatkan suplai oksigen. Semua dilakukan di tengah lorong, tanpa alat lengkap, tanpa ruang steril. Itu bukan sekadar tugas medis itu adalah aksi penyelamatan. “Karena yang kami pikirkan waktu itu nyawa si ibu dan Bayi,” tuturnya.