Wednesday, December 31, 2025
30.9 C
Jayapura

Penghargaan Bukan Jaminan, Tapi Pengingat Untuk Perkuat Sistem Perlindungan

Ia juga menyoroti pentingnya sekolah menjadi lingkungan ramah anak. Mulai dari desain fasilitas, seperti penempatan toilet yang terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan, hingga pembentukan budaya sekolah yang menghargai anak dan melindungi dari perundungan (bullying).

“Sekolah harus benar-benar aman bagi anak. Bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat mereka tumbuh dan merasa terlindungi,” tegasnya.

Betty menekankan bahwa sebaik apa pun program pemerintah, tidak akan berarti banyak tanpa keterlibatan aktif masyarakat. Orang tua memiliki peran sentral dalam melindungi anak, mulai dari memberi perhatian, memahami perubahan perilaku, hingga menanamkan nilai-nilai moral dan kepercayaan diri.

“Kalau pengawasan di rumah lemah, maka program pemerintah tidak akan efektif. Perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.

Baca Juga :  Wali Kota Jayapura Liburkan Sekolah Selama Dua Hari

DP3AKB sendiri terus berupaya memperkuat koordinasi lintas sektor dengan sekolah, kepolisian, lembaga sosial, serta tokoh agama dan adat untuk membangun sistem perlindungan anak yang lebih menyeluruh. Sosialisasi dan edukasi ke masyarakat juga digencarkan agar kesadaran kolektif terhadap isu kekerasan anak semakin tumbuh.

Penghargaan “Kota Layak Anak” seharusnya menjadi tonggak awal perubahan, bukan sekadar simbol. Kota Jayapura memiliki potensi besar untuk menjadi kota yang benar-benar aman bagi generasi muda jika seluruh pihak bersatu.

Betty berharap, ke depan setiap keluarga, sekolah, dan komunitas dapat menjadi “zona aman” bagi anak-anak. Sebab, keberhasilan sebuah kota dalam melindungi anak-anaknya bukan diukur dari sertifikat penghargaan, melainkan dari seberapa banyak anak yang tumbuh bahagia, sehat, dan bebas dari ketakutan atau kekerasan baik fisik maupun mental.

Baca Juga :  Sambut Idul Fitri, Siap Gelar Pasar Murah

Ia juga menyoroti pentingnya sekolah menjadi lingkungan ramah anak. Mulai dari desain fasilitas, seperti penempatan toilet yang terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan, hingga pembentukan budaya sekolah yang menghargai anak dan melindungi dari perundungan (bullying).

“Sekolah harus benar-benar aman bagi anak. Bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat mereka tumbuh dan merasa terlindungi,” tegasnya.

Betty menekankan bahwa sebaik apa pun program pemerintah, tidak akan berarti banyak tanpa keterlibatan aktif masyarakat. Orang tua memiliki peran sentral dalam melindungi anak, mulai dari memberi perhatian, memahami perubahan perilaku, hingga menanamkan nilai-nilai moral dan kepercayaan diri.

“Kalau pengawasan di rumah lemah, maka program pemerintah tidak akan efektif. Perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.

Baca Juga :  Siap Kawal Penyaluran Dana Otsus Agar Tepat Sasaran

DP3AKB sendiri terus berupaya memperkuat koordinasi lintas sektor dengan sekolah, kepolisian, lembaga sosial, serta tokoh agama dan adat untuk membangun sistem perlindungan anak yang lebih menyeluruh. Sosialisasi dan edukasi ke masyarakat juga digencarkan agar kesadaran kolektif terhadap isu kekerasan anak semakin tumbuh.

Penghargaan “Kota Layak Anak” seharusnya menjadi tonggak awal perubahan, bukan sekadar simbol. Kota Jayapura memiliki potensi besar untuk menjadi kota yang benar-benar aman bagi generasi muda jika seluruh pihak bersatu.

Betty berharap, ke depan setiap keluarga, sekolah, dan komunitas dapat menjadi “zona aman” bagi anak-anak. Sebab, keberhasilan sebuah kota dalam melindungi anak-anaknya bukan diukur dari sertifikat penghargaan, melainkan dari seberapa banyak anak yang tumbuh bahagia, sehat, dan bebas dari ketakutan atau kekerasan baik fisik maupun mental.

Baca Juga :  Kini Bisa Tidur Nyenyak, Berharap Produk "Amae" Bisa Banyak Manfaat

Berita Terbaru

Berlanjut ke Proses Hukum

UMP Papua 2026 Jadi Rp4,43 Juta

Bocah 7 Tahun Diduga Ditembak di Nduga

Artikel Lainnya