Saturday, October 19, 2024
25.7 C
Jayapura

Noken Bukan Tentang Tas Tapi Tentang Nilai Budaya

“Itulah makanya kenapa penting noken ini dirawat dengan baik, karena bukan tentang tas, tapi ada nilai budaya yang kita jaga didalamnya,” kata Edi.

Pria berusia 50 tahun itu mengatakan ditengah perkembangan hal yang menjadi tantangan saat ini. Adanya perkembangan noken yang diadopsi secara moderen. Dimana sebagian besar yang dipasarkan diberbagai kota di Papua, lebih dominan noken yang terbuat dari benang.

Kondisi ini terjadi karena pengaruh perkembangan zaman, tapi juga diakui bahan dasar pembuatan noken semakin sulit didapat.

“Sehingga sekarang ini, kami sedang berupaya menanam kayu-kayu sebagai bahan dasar noken asli karena memang sekarang ini sudah mulai susah mendapat kulit yang asli,” bebernya.

Namun terlepas dari itu, kendala lain yang ditemukan dalam hal pengelolahan gedung museum noken adalah  di tahun 2024 UPTD ini tidak mendapatkan anggaran untuk pengelolahan museum tersebut.

Baca Juga :  Ada Upaya Menjebak Gubernur Enembe

“Padahal banyak hal yang harus dibenah, sehingga mendorong daya minat masyarakat mengunjungi tempat tersebut, namun karena keterbatasan anggaran sehingga mereka mengelolah tempat tersebut seadanya.

Contohnya didalam gedung, harusnya ada AC, karena noken ini kalau terus terusan kena panas akan rapuh, tapi mau bagaimana kami tidak punya anggaran untuk pasang AC,” tuturnya.

Hal lain masih berkaitan dengan perawatan gedung. Pasca adanya Covid 19 museum tersebut sempat ditutup. Dengan kondisi itulah sehingga jarang dirawat. Akibatnya kondisi museum tersebut tampak semakin kotor.

Oleh sebabnya itu, perlu adanya dukungan anggaran, sehingga perawatan baik didalam gedung maupun halaman bagian luar mesti dibersihkan.

“Kami ingin museum ini dibuat seperti galeri, tapi apalah daya kita tidak punya uang untuk hal itu,” ungkapnya.

Baca Juga :  Koordinator dan Bendahara Humas PB PON Papua Klaster Merauke Diadukan ke Polisi

Selain itu perlu adanya kantor bagi pegawai, akan tetapi sama karena tidak mendapatkan anggaran sehingga terpaksa pegawai harus menggunakan museum sebagai tempat kerja.

Pihaknya mengharapkan adanya perhatian pemerintah untuk mendukung pengelolahan museum tersebut melalui dukungan anggaran. “Karena sekarang ini pengunjung sangat sepih, mungkin karena tempatnya kurang dirawat, sehingga kami harap pemerintah bisa perhatikan museum ini dengan baik,” pungkasnya (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

“Itulah makanya kenapa penting noken ini dirawat dengan baik, karena bukan tentang tas, tapi ada nilai budaya yang kita jaga didalamnya,” kata Edi.

Pria berusia 50 tahun itu mengatakan ditengah perkembangan hal yang menjadi tantangan saat ini. Adanya perkembangan noken yang diadopsi secara moderen. Dimana sebagian besar yang dipasarkan diberbagai kota di Papua, lebih dominan noken yang terbuat dari benang.

Kondisi ini terjadi karena pengaruh perkembangan zaman, tapi juga diakui bahan dasar pembuatan noken semakin sulit didapat.

“Sehingga sekarang ini, kami sedang berupaya menanam kayu-kayu sebagai bahan dasar noken asli karena memang sekarang ini sudah mulai susah mendapat kulit yang asli,” bebernya.

Namun terlepas dari itu, kendala lain yang ditemukan dalam hal pengelolahan gedung museum noken adalah  di tahun 2024 UPTD ini tidak mendapatkan anggaran untuk pengelolahan museum tersebut.

Baca Juga :  Eksplorasi tentang Gamelan di Pameran Dunia Paris 1889

“Padahal banyak hal yang harus dibenah, sehingga mendorong daya minat masyarakat mengunjungi tempat tersebut, namun karena keterbatasan anggaran sehingga mereka mengelolah tempat tersebut seadanya.

Contohnya didalam gedung, harusnya ada AC, karena noken ini kalau terus terusan kena panas akan rapuh, tapi mau bagaimana kami tidak punya anggaran untuk pasang AC,” tuturnya.

Hal lain masih berkaitan dengan perawatan gedung. Pasca adanya Covid 19 museum tersebut sempat ditutup. Dengan kondisi itulah sehingga jarang dirawat. Akibatnya kondisi museum tersebut tampak semakin kotor.

Oleh sebabnya itu, perlu adanya dukungan anggaran, sehingga perawatan baik didalam gedung maupun halaman bagian luar mesti dibersihkan.

“Kami ingin museum ini dibuat seperti galeri, tapi apalah daya kita tidak punya uang untuk hal itu,” ungkapnya.

Baca Juga :  Waspadai Faktor Penyebab, Pentingnya Edukasi dan Peran Orang Tua

Selain itu perlu adanya kantor bagi pegawai, akan tetapi sama karena tidak mendapatkan anggaran sehingga terpaksa pegawai harus menggunakan museum sebagai tempat kerja.

Pihaknya mengharapkan adanya perhatian pemerintah untuk mendukung pengelolahan museum tersebut melalui dukungan anggaran. “Karena sekarang ini pengunjung sangat sepih, mungkin karena tempatnya kurang dirawat, sehingga kami harap pemerintah bisa perhatikan museum ini dengan baik,” pungkasnya (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya