Thursday, April 17, 2025
24.7 C
Jayapura

Dikenal Periang, Mudah Akrab Namun Kerap Bermain Sendiri

Diketahui pertama usaha kedua orang tua Aulya berada di Pasar Yotefa, sang ayah, Sudirman ketika itu memiliki keterampilan menjahit dan membuka jasa menjahit. Setelah itu, ia pindah ke Jl Baru Pasar Yotefa dan membuka usaha kelontongan. Disini mereka menyewa ruko sebelum kemudian pindah ke Koya Barat. Di Koya Barat, mereka baru menempati lonkasi baru sekitar 1 bulan lamanya dan itu menjadi tempat usaia ketiga orang tuanya.

Di Pasar Youtefa korban dan orangnya menempati lokasi usaha cukup lama. Yakni lima atau enam tahun. Sang ayah menjahit dan sang istrinya sebagai ibu rumah tangga. Hal itu diungkapkan oleh rekan sesama penjahit yang enggan namanya dikorankan. Pria paruh baya ini mengaku kenal dengan orang tua korban karena sama-sama sebagai berprofesi tukang jahit.

“Terakhir saya ketemu korban dia main didepan sini (depan lapaknya).  Makanya saya kaget setelah mendengar berita itu (tewas) di media sosial,” ungkap pria ini saat ditanya Cenderawasih Pos, Kamis (10/4) siang. Dirinya pun tidak percaya jika almarhumah meninggal dunia karena tengelam. Hal itu ia katakan karena anak seusia korban tidak mungkin jalan hingga ke kolam yang jaraknya cukup jauh dengan rumah.

Baca Juga :  Ratusan BB Motor Lakalantas jadi Barang Rongsokan 

Menurutnya yang menjadi kejanggalan saat kejadian itu adalah lampu yang informasinya sering mati kemudian saat diperbaiki terjadi jeda beberapa menit sebelum kemudian mengetahui jika sang anak tak lagi di depan kios. Karena itu ia berharap polisi dapat menyelidiki terkait dengan itu.

“Apa betul waktu itu lampu disekitar komplek atau dalam rumah tersebut sering mati, kan bisa selidiki jarinya di kontak atau diameteran listrik dan orang tua korban disuruh peraktek lagi,” jelasnya. Saksi menjelaskan, korban dan orang tuanya sudah lama tinggal di Pasar Youtefa. Keduanya dikenal baik dan penyayang dengan anaknya.

Hal itu disampaikan karena beberapa ia melihat orang tua korban membonceng korban dan mengendong korban ketika lewat depan tempat usahanya. Tak hanya itu ia juga sampaikan korban adalah sosok anak yang ceria, mudah akrab lucu. “Saya ingat pernah memanggil (Nur Aulya) dan ia langsung membalikkan wajah sambil tersenyum. Anaknya lucu,” cerita pria ini.

“Kalau dibilang sayang, orang tuanya terlihat sangat sayang kepada anaknya. Anaknya juga sangat baik, dan aktif sekali, ketika kita panggil dia (korban) menjawab. Ia juga cepat kenal dengan orang, sering main didepan sini,” tambahnya. Di Pasar Youtefa ayah korban Sudirman lebih dikenal dengan nama La Sudit dan hampir tidak pernah orang memanggilnya Sudirman.

Baca Juga :  Beri Terapi Psikologis lewat Drama tentang Cerita Hidup

“Kami mengenalnya dengan panggilan La Sudit,  karena sering dipanggil begitu. Kalau Sudirman malah kita jarang mengunakannya,” ungkapnya. Hal lain disampaikan Yusuf dan istrinya. Yusuf adalah pemilik dari Ruko yang dikontrak oleh orang tua korban selama enam bulan sebelum pindah ke Koya.

Dalam keterangannya Yusuf sampaikan bahwa selama orang tua korban tinggal berdampingan dengannya di jalan baru tersebut tidak pernah mendengarkan peristiwa atau kejadian apapun. “Tidak tahu kalau malam hari, tetapi kalau siang hari kami tidak pernah mendengarkan kekerasan yang terjadi. Karena kami tidak tinggal disini. Kami dari pagi hingga sore sedangkan malam kami di rumah,” kata Yusuf.

Meski begitu yang diketahui, kedua orang tua korban termasuk karakter yang sedikit tertutup sehingga kita tidak terlalu dikenaldengan baik.  Hanya, Yusuf tidak mencurigai yang tidak-tidak atas kejadian yang menimpa anaknya. “Tapi korban sering bermain disini dengan anak-anak saya, karena mungkin ia merasa sepi dan sering main sendiri makanya ia mencari temannya,” sambung Yusuf.

Diketahui pertama usaha kedua orang tua Aulya berada di Pasar Yotefa, sang ayah, Sudirman ketika itu memiliki keterampilan menjahit dan membuka jasa menjahit. Setelah itu, ia pindah ke Jl Baru Pasar Yotefa dan membuka usaha kelontongan. Disini mereka menyewa ruko sebelum kemudian pindah ke Koya Barat. Di Koya Barat, mereka baru menempati lonkasi baru sekitar 1 bulan lamanya dan itu menjadi tempat usaia ketiga orang tuanya.

Di Pasar Youtefa korban dan orangnya menempati lokasi usaha cukup lama. Yakni lima atau enam tahun. Sang ayah menjahit dan sang istrinya sebagai ibu rumah tangga. Hal itu diungkapkan oleh rekan sesama penjahit yang enggan namanya dikorankan. Pria paruh baya ini mengaku kenal dengan orang tua korban karena sama-sama sebagai berprofesi tukang jahit.

“Terakhir saya ketemu korban dia main didepan sini (depan lapaknya).  Makanya saya kaget setelah mendengar berita itu (tewas) di media sosial,” ungkap pria ini saat ditanya Cenderawasih Pos, Kamis (10/4) siang. Dirinya pun tidak percaya jika almarhumah meninggal dunia karena tengelam. Hal itu ia katakan karena anak seusia korban tidak mungkin jalan hingga ke kolam yang jaraknya cukup jauh dengan rumah.

Baca Juga :  Ombak Tinggi, Stok BBM Terbatas Sebabkan Waktu Mencari Ikan Lebih Singkat

Menurutnya yang menjadi kejanggalan saat kejadian itu adalah lampu yang informasinya sering mati kemudian saat diperbaiki terjadi jeda beberapa menit sebelum kemudian mengetahui jika sang anak tak lagi di depan kios. Karena itu ia berharap polisi dapat menyelidiki terkait dengan itu.

“Apa betul waktu itu lampu disekitar komplek atau dalam rumah tersebut sering mati, kan bisa selidiki jarinya di kontak atau diameteran listrik dan orang tua korban disuruh peraktek lagi,” jelasnya. Saksi menjelaskan, korban dan orang tuanya sudah lama tinggal di Pasar Youtefa. Keduanya dikenal baik dan penyayang dengan anaknya.

Hal itu disampaikan karena beberapa ia melihat orang tua korban membonceng korban dan mengendong korban ketika lewat depan tempat usahanya. Tak hanya itu ia juga sampaikan korban adalah sosok anak yang ceria, mudah akrab lucu. “Saya ingat pernah memanggil (Nur Aulya) dan ia langsung membalikkan wajah sambil tersenyum. Anaknya lucu,” cerita pria ini.

“Kalau dibilang sayang, orang tuanya terlihat sangat sayang kepada anaknya. Anaknya juga sangat baik, dan aktif sekali, ketika kita panggil dia (korban) menjawab. Ia juga cepat kenal dengan orang, sering main didepan sini,” tambahnya. Di Pasar Youtefa ayah korban Sudirman lebih dikenal dengan nama La Sudit dan hampir tidak pernah orang memanggilnya Sudirman.

Baca Juga :  Kekurangan Guru Mata Pelajaran Umum, Masih Butuh Dukungan Sarpras

“Kami mengenalnya dengan panggilan La Sudit,  karena sering dipanggil begitu. Kalau Sudirman malah kita jarang mengunakannya,” ungkapnya. Hal lain disampaikan Yusuf dan istrinya. Yusuf adalah pemilik dari Ruko yang dikontrak oleh orang tua korban selama enam bulan sebelum pindah ke Koya.

Dalam keterangannya Yusuf sampaikan bahwa selama orang tua korban tinggal berdampingan dengannya di jalan baru tersebut tidak pernah mendengarkan peristiwa atau kejadian apapun. “Tidak tahu kalau malam hari, tetapi kalau siang hari kami tidak pernah mendengarkan kekerasan yang terjadi. Karena kami tidak tinggal disini. Kami dari pagi hingga sore sedangkan malam kami di rumah,” kata Yusuf.

Meski begitu yang diketahui, kedua orang tua korban termasuk karakter yang sedikit tertutup sehingga kita tidak terlalu dikenaldengan baik.  Hanya, Yusuf tidak mencurigai yang tidak-tidak atas kejadian yang menimpa anaknya. “Tapi korban sering bermain disini dengan anak-anak saya, karena mungkin ia merasa sepi dan sering main sendiri makanya ia mencari temannya,” sambung Yusuf.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya