Kisah Cinderella, Fadly Alberto Hengga, dari Timika, ke Bojonegoro, lalu Piala Dunia U-17
Sejak di Timika sampai di Bojonegoro, selalu ada bola di kaki Fadly Alberto Hengga. Pelatihnya di Bhayangkara FC meminta untuk tetap rendah hati dan meningkatkan visi permainan.
Laporan : Yana Dwi Kurniya Wati – Bojonegoro, Farid Maulana-Surabaya
DARI rumah dan lapangan sederhana di Bojonegoro, Jawa Timur, Fadly Alberto Hengga bakal bersaing dengan bakat-bakat terbaik lain di Piala Dunia U-17 Qatar pada November mendatang Sebuah ”kisah Cinderella”, tapi masih jauh dari dentang tengah malam.
Diusianya yang belum lagi 17 tahun, masih banyak ”sepatu emas-sepatu emas” lain yang menunggu untuk dikenakan anak pasangan John Cliff Hengga dan Piana itu. Turut membawa Indonesia U-17 lolos ke Piala Dunia U-17 adalah kereta kencana yang mengantar talenta berposisi penyerang sayap itu menuju semua ke mungkinan tersebut.
Remaja kelahiran Timika, Mimika, Papua Tengah, pada 22 Juni 2008 yang diboyong orang tuanya ke Bojonegoro dalam usia dua tahun itu menyumbangkan satu gol saat Indonesia U-17 menggilas Yaman 4-1 di Jeddah, Arab Saudi, pada Senin (7/4) malam WIB.
Kemenangan kedua beruntun di grup C Piala Asia U-17 tersebut memastikan tim asuhan Nova Arianto tersebut lolos ke perempat final sekaligus tiket ke putaran final Piala Dunia U-17.
”Saya bersyukur dan bangga sekali. Semoga kemenangan ini terus berlanjut dipertandingan-pertandingan berikutnya,” kata Piana kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro yang menemuinya di kediamannya di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, kemarin (8/4).
Fadly memilih jalan sepak bola sedari kecil. Bahkan sejak dia mulai bisa berjalan sendiri semasa di Timika. Di Bojonegoro, dinding rumah adalah sasaran dia menendang bola ketika sedang tak di lapangan.
”Saya pernah tanya mau kemana Le (sebutan anak laki-laki dalam bahasa Jawa, Red), dia jawab mau sekolah sepak bola di SSB Sukorejo. Lalu saya jawab tidak punya uang. Tapi, dia meyakinkan kalau bisa,” tutur Piana tentang SSB tempat sang anak bergabung sejak usia delapan tahun itu. Modal bakat dan semangat datang dari keluarga sangat bersahaja, uang memang selalu jadi rintangan bagi Fadly.
Tapi, besarnya bakat dan kemauan membuat nya selalu bisa melewatinya. Termasuk ketika dia mengikuti seleksi Akademi Bhayangkara FC di Surabaya pada 2022. Datang sendiri, bisa dibilang tanpa sepeser uang di saku.
”Tapi, sejak hari pertama seleksi, kemampuannya sebagai penyerang memukau kami,” kata Aulia Tri Hartanto, pelatih EPA Bhayangkara U-16, ketika dihubungi Jawa Pos Senin (7/4).