Saturday, April 27, 2024
27.7 C
Jayapura

Anggap Hutan Mangrove Jati Diri Perempuan Enggros, Jadi Ibu Sumber Kehidupan 

Petronela Merauje  yang Kini Masuk Lima Besar  Nasional Calon Peraih  Kalpataru 2023 

Petronela Merauje, seorang ibu rumah tangga yang peduli dengn masalah lingkungan, telah diusulkan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua sebagai satu satunya aktivis penggiat dan pemerhati lingkungan yang layak untuk mendapatkan penghargaan Kalpataru.

Laporan: Robert Mboik-Jayapura

Sebelum penilaian terhadap calon penerima penghargaan Kalpataru, Cenderawasih Pos sebelumnya memang sudah mewancarainya Petronela Merauje. Dari kiprahnya, diyakini memang berpeluang besar, dan kini Petronela masuk lima besar nasional calon peraih Kalpataru.

   Jauh sebelum namanya disebut dan akhirnya dikenal melalui pemberitaan media, karena kepedulianya terhadap lingkungan,  Ibu Petronela Merauje berprofesi sebagai ibu rumah tangga sebagaimana kebanyakan perempuan Papua yang tinggal di kawasan daerah pesisir. Keseharianya hanyalah sebagai ibu rumah tangga yang mengandalkan manggrove untuk menggantungkan hidupnya.

  Sebagaimana filosofi yang diungkapkannya, bahwa Manggrove ini adalah ibu bagi orang Papua, terutama kaum perempuan yang ada di Kampung Adat Enggros. Namun meski digambarkan sebagai sosok ibu atau sebagai perempuan, keberadaan Mangrove di kawasan pesisir di sekitar Kampung Enggros ini sudah rusak dan terancam hilang akibat tergerus pembangunan.

  Salah satu yang paling terkena dampak dengan adanya pembangunan jembatan merah.  Inilah yang membuatnya merasa prihatin, sehingga mengajak kaum ibu-ibu yang ada di kampung itu untuk terlibat langsung di dalam upaya untuk pemeliharaan dan penyelamatan  hutan mangrove di daerah itu. Dalam berjalannya waktu mereka juga dibantu oleh komunitas-komunitas pemerhati lingkungan, salah satunya ke komunitas bakau.

  “Tidak pernah berpikir untuk masuk dalam nominasi  penerima Kalpataru. Saya bekerja dan terjun dalam dunia lingkungan hidup  itu sejak 2010″ ujar Petronela Merauje, Selasa (9/5).

   Dia mengaku merasa  terpanggil karena  salah satunya dia melihat mengapa orang lain bulan orang asli Papua, bisa datang kerja dan memperhatikan kawasan hutan mangrove dikampungnya. Sementara masyarakat asli yang adalah pemilik tanah atau kawasan itu seolah  tidak merasa memiliki.

Baca Juga :  Masih Minim Personel, Harus Memiliki Jiwa Sosial yang Tinggi

  Dari situlah kemudian dia  mulai turun bekerja untuk membersihkan, menanam mangrove, mulai dari pulau Metu Debi, Youtefa Venue Dayung  dan sekitar Kampung Enggros sampai hari ini. Dia mengungkapkan alasanya mengapa begitu peduli dengan lingkungan, terutama mangrove, karena manggrove ini dianggap sebagai jati diri perempuan Enggros.

   “Hutan perempuan itu,  tempat di mana kami perempuan bisa berkumpul,  karena kami tidak dikasih tempat dan ruang di Parapara adat. Ketika ini menjadi hutan perempuan, maka kami bisa mengangkat harga diri kami, harkat dan martabat perempuan. Ketika kami ada disitu tidak ada laki laki yang bisa masuk ganggu kami. Itu menunjukan kami punya eksistensi,kami merasa dihargai. Ketika kami menghargai laki laki ditempatnya, laki lakipun harus menghargai kami ditempat kami,” bebernya penuh bangga.

   Kemudian hutan Manggrove ini juga merupakan sumber ketahanan pangan bagi masyarakat Enggros. Karena di dalam hutan ini tersedia kerang, kepiting,  udang dan masih banyak lagi potensinya yang bisa diambil dan dikelola yang bisa memberikan pendapatan secara ekonomi bagi masyarakat. Kini ada sekitar lima hektar lahan hutan mangrove yang terus dijaga dan dilestarikan. “Itu yang membuat saya tetap ada di sini hanya untuk menjaga bagian itu,” pungkasnya.

   Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua, Jan Jap Ormuseray

Mengungkapkan bahwa Petronela Merauje kini masuk lima besar Calon Peraih Kalpataru 2023

“Data terakhir dari Kementerian bahwa hari ini ada lima orang kandidat  sebagai nominator penerima kalpataru tahun ini, 4 orang diantaranya laki-laki dan perempuan hanya satu orang yaitu ibu Petronela yang berasal dari Papua,” kata Ja Ormuseray Selasa (9/5).

   Dia mengatakan, Dinas Kehutanan dan lingkungan hidup Provinsi Papua mengusulkan nama Ibu Petronela Merauje, sebagai calon penerima Kalpataru 2023 ini bukan hanya  sekedar bisa meraih penghargaan tersebut.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Sumbangkan 1 Ekor Sapi Kurban

   Namun lebih kepada penghargaan terhadap aktivitas Ibu Petronela Merauje yang sehari-hari profesi sebagai ibu rumah tangga tetapi juga mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menjaga, merehabilitasi dan memelihara ekosistem tanaman hutan manggrove yang ada di kawasan Kampung Enggros dan sekitarnya.

  “Beliau menyadari bahwa hutan mangrove yang ada di Kampung Enggros dan di kawasan Teluk Yotefa ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak bisa dilepaskan dari siklus hidup setiap hari masyarakat di kawasan ini. Secara khusus mama-mama yang ada di Kampung Enggros dan sekitarnya,” kata Jan Jap Ormuseray ditemui di Hutan Manggrove, Kampung Enggros, Selasa (9/5).

   Dinas kehutanan lingkungan hidup Provinsi Papua mengusulkan nama Ibu Petronela Merauje ini karena beberapa kegiatannya selama ini sejalan dengan program pemerintah dan isu global terkait dengan kelestarian hutan.

  “Beliau aktivitasnya sehari-hari mencari bibit, menanam Mangrove bahkan mengajak mama-mama lainnya para pemuda, masyarakat di Kampung ini  untuk kembali menanam mangrove,” bebernya.

  Karena itu kita pemerintah provinsi Papua melalui Dinas Kehutanan dan lingkungan hidup Provinsi Papua melihat bahwa kegiatan ini perlu mendapat dukungan. Sehingga apa yang dilakukan oleh ibu Petronela ini bisa diangkat dan ini menjadi contoh dan memberi motivasi, semangat bagi masyarakat lainnya. Terutama mama-mama Papua,  pemuda-pemudi dan masyarakat umum yang ada di kawasan Kampung ini.

  “Yang menilai tim independen dari Universitas Indonesia, menilai apa yang kami usul dengan apa yang mereka sudah lihat di lapangan. Apa benar ibu ini aktivitas sehari-hari itu menjaga lingkungan, Apakah benar mengajak masyarakat untuk mengolah sampah plastik, botol-botol yang mereka bersihkan dari kawasan mangrove ini kemudian mereka olah menjadi barang-barang yang bermanfaat secara ekonomi. Sehingga ini memberikan pembelajaran yang luar biasa untuk kita semua,” tambahnya. (*/tri)

Petronela Merauje  yang Kini Masuk Lima Besar  Nasional Calon Peraih  Kalpataru 2023 

Petronela Merauje, seorang ibu rumah tangga yang peduli dengn masalah lingkungan, telah diusulkan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua sebagai satu satunya aktivis penggiat dan pemerhati lingkungan yang layak untuk mendapatkan penghargaan Kalpataru.

Laporan: Robert Mboik-Jayapura

Sebelum penilaian terhadap calon penerima penghargaan Kalpataru, Cenderawasih Pos sebelumnya memang sudah mewancarainya Petronela Merauje. Dari kiprahnya, diyakini memang berpeluang besar, dan kini Petronela masuk lima besar nasional calon peraih Kalpataru.

   Jauh sebelum namanya disebut dan akhirnya dikenal melalui pemberitaan media, karena kepedulianya terhadap lingkungan,  Ibu Petronela Merauje berprofesi sebagai ibu rumah tangga sebagaimana kebanyakan perempuan Papua yang tinggal di kawasan daerah pesisir. Keseharianya hanyalah sebagai ibu rumah tangga yang mengandalkan manggrove untuk menggantungkan hidupnya.

  Sebagaimana filosofi yang diungkapkannya, bahwa Manggrove ini adalah ibu bagi orang Papua, terutama kaum perempuan yang ada di Kampung Adat Enggros. Namun meski digambarkan sebagai sosok ibu atau sebagai perempuan, keberadaan Mangrove di kawasan pesisir di sekitar Kampung Enggros ini sudah rusak dan terancam hilang akibat tergerus pembangunan.

  Salah satu yang paling terkena dampak dengan adanya pembangunan jembatan merah.  Inilah yang membuatnya merasa prihatin, sehingga mengajak kaum ibu-ibu yang ada di kampung itu untuk terlibat langsung di dalam upaya untuk pemeliharaan dan penyelamatan  hutan mangrove di daerah itu. Dalam berjalannya waktu mereka juga dibantu oleh komunitas-komunitas pemerhati lingkungan, salah satunya ke komunitas bakau.

  “Tidak pernah berpikir untuk masuk dalam nominasi  penerima Kalpataru. Saya bekerja dan terjun dalam dunia lingkungan hidup  itu sejak 2010″ ujar Petronela Merauje, Selasa (9/5).

   Dia mengaku merasa  terpanggil karena  salah satunya dia melihat mengapa orang lain bulan orang asli Papua, bisa datang kerja dan memperhatikan kawasan hutan mangrove dikampungnya. Sementara masyarakat asli yang adalah pemilik tanah atau kawasan itu seolah  tidak merasa memiliki.

Baca Juga :  BPBD Siapkan Makan Minum dan Posko Penampungan Sementara

  Dari situlah kemudian dia  mulai turun bekerja untuk membersihkan, menanam mangrove, mulai dari pulau Metu Debi, Youtefa Venue Dayung  dan sekitar Kampung Enggros sampai hari ini. Dia mengungkapkan alasanya mengapa begitu peduli dengan lingkungan, terutama mangrove, karena manggrove ini dianggap sebagai jati diri perempuan Enggros.

   “Hutan perempuan itu,  tempat di mana kami perempuan bisa berkumpul,  karena kami tidak dikasih tempat dan ruang di Parapara adat. Ketika ini menjadi hutan perempuan, maka kami bisa mengangkat harga diri kami, harkat dan martabat perempuan. Ketika kami ada disitu tidak ada laki laki yang bisa masuk ganggu kami. Itu menunjukan kami punya eksistensi,kami merasa dihargai. Ketika kami menghargai laki laki ditempatnya, laki lakipun harus menghargai kami ditempat kami,” bebernya penuh bangga.

   Kemudian hutan Manggrove ini juga merupakan sumber ketahanan pangan bagi masyarakat Enggros. Karena di dalam hutan ini tersedia kerang, kepiting,  udang dan masih banyak lagi potensinya yang bisa diambil dan dikelola yang bisa memberikan pendapatan secara ekonomi bagi masyarakat. Kini ada sekitar lima hektar lahan hutan mangrove yang terus dijaga dan dilestarikan. “Itu yang membuat saya tetap ada di sini hanya untuk menjaga bagian itu,” pungkasnya.

   Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua, Jan Jap Ormuseray

Mengungkapkan bahwa Petronela Merauje kini masuk lima besar Calon Peraih Kalpataru 2023

“Data terakhir dari Kementerian bahwa hari ini ada lima orang kandidat  sebagai nominator penerima kalpataru tahun ini, 4 orang diantaranya laki-laki dan perempuan hanya satu orang yaitu ibu Petronela yang berasal dari Papua,” kata Ja Ormuseray Selasa (9/5).

   Dia mengatakan, Dinas Kehutanan dan lingkungan hidup Provinsi Papua mengusulkan nama Ibu Petronela Merauje, sebagai calon penerima Kalpataru 2023 ini bukan hanya  sekedar bisa meraih penghargaan tersebut.

Baca Juga :  Kesadaran Warga Untuk Donor Darah Meningkat

   Namun lebih kepada penghargaan terhadap aktivitas Ibu Petronela Merauje yang sehari-hari profesi sebagai ibu rumah tangga tetapi juga mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menjaga, merehabilitasi dan memelihara ekosistem tanaman hutan manggrove yang ada di kawasan Kampung Enggros dan sekitarnya.

  “Beliau menyadari bahwa hutan mangrove yang ada di Kampung Enggros dan di kawasan Teluk Yotefa ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak bisa dilepaskan dari siklus hidup setiap hari masyarakat di kawasan ini. Secara khusus mama-mama yang ada di Kampung Enggros dan sekitarnya,” kata Jan Jap Ormuseray ditemui di Hutan Manggrove, Kampung Enggros, Selasa (9/5).

   Dinas kehutanan lingkungan hidup Provinsi Papua mengusulkan nama Ibu Petronela Merauje ini karena beberapa kegiatannya selama ini sejalan dengan program pemerintah dan isu global terkait dengan kelestarian hutan.

  “Beliau aktivitasnya sehari-hari mencari bibit, menanam Mangrove bahkan mengajak mama-mama lainnya para pemuda, masyarakat di Kampung ini  untuk kembali menanam mangrove,” bebernya.

  Karena itu kita pemerintah provinsi Papua melalui Dinas Kehutanan dan lingkungan hidup Provinsi Papua melihat bahwa kegiatan ini perlu mendapat dukungan. Sehingga apa yang dilakukan oleh ibu Petronela ini bisa diangkat dan ini menjadi contoh dan memberi motivasi, semangat bagi masyarakat lainnya. Terutama mama-mama Papua,  pemuda-pemudi dan masyarakat umum yang ada di kawasan Kampung ini.

  “Yang menilai tim independen dari Universitas Indonesia, menilai apa yang kami usul dengan apa yang mereka sudah lihat di lapangan. Apa benar ibu ini aktivitas sehari-hari itu menjaga lingkungan, Apakah benar mengajak masyarakat untuk mengolah sampah plastik, botol-botol yang mereka bersihkan dari kawasan mangrove ini kemudian mereka olah menjadi barang-barang yang bermanfaat secara ekonomi. Sehingga ini memberikan pembelajaran yang luar biasa untuk kita semua,” tambahnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya