Tuesday, March 11, 2025
23.7 C
Jayapura

Tak Semua Takjil Dibuat Sendiri, Lebih Banyak Titipan yang Dijual Lapak

  Barang dagangan yang dijual  seperti lontar, asida, kue lapis, pastel, es pisang ijo dan beberapa menu lainnya yang tidak di sebutkan kadang laku terjual dan kadang tidak.

   Sri selalu bersyukur atas rejeki yang di dapat dari hari pertama ia berjualan hingga hari ke enam Ramadhan ini, rejeki yang di dapat sudah mencapai jutaan rupiah. Dirinya pun tak menjelaskan kepada Cenderawasih Pos terkait dengan jumlah pendapatannya tiap hari.

   Ia diketahui hanyalah seorang karyawan penjaga lapak dagangan takjil tersebut. Sementara itu para pemilik takjil hanya menitipkan jualannya di tempat itu. Keuntungan yang ia peroleh diambil dari persenan hasil dari dagangannya itu. Sehingga upah yang di dapat di tabung untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari.

Baca Juga :  Bolehkah Sholat Witir di Rumah? Simak Hukum dan dan Penjelasan Ulama

   “Saya disini hanya bantu jaga saja, yang punya tempat ini tidak ada disini, sebagian besarnya kue-kue yang dijual ini titipan dari orang,” ungkap Sri ketika disambangi Cenderawasih Pos, Kamis (6/3) pagi.

Lebih lanjut, Sri menyebutkan kurang lebih sebanyak delapan orang yang menitipkan menu takjilnya untuk dijualkan ditempat tersebut. Sementara untuk harga semua jenis kue, lanjut Sri rata-rata sama tidak ada perbedaan, berkisar Rp 2.500/buah.

   “Alhamdulillah makin ramai sampai hari ke-6, semoga sampai selesai dan seterusnya,” tutur

Sri mengatakan segala jenis takjil yang ia jual itu aman dari bahan berbahaya, seperti yang ditakuti oleh masyarakat pada umumnya.  Apabila takjil yang ia jual itu tidak habis maka, akan dibagikan kepada semua orang yang datang ketika jam sudah berbuka puasa atau dibawa ke masjid. Yang artinya tidak disimpan apalagi dijual kembali.

Baca Juga :  Sepakat, Mahasiwa Papua yang kuliah di UGM, Akan Dibimbing dari Dosen Uncen

  “Tidak, dibagi-bagi kepada siapa saja yang datang kesini setelah berbuka puasa,” tandasnya.

  Barang dagangan yang dijual  seperti lontar, asida, kue lapis, pastel, es pisang ijo dan beberapa menu lainnya yang tidak di sebutkan kadang laku terjual dan kadang tidak.

   Sri selalu bersyukur atas rejeki yang di dapat dari hari pertama ia berjualan hingga hari ke enam Ramadhan ini, rejeki yang di dapat sudah mencapai jutaan rupiah. Dirinya pun tak menjelaskan kepada Cenderawasih Pos terkait dengan jumlah pendapatannya tiap hari.

   Ia diketahui hanyalah seorang karyawan penjaga lapak dagangan takjil tersebut. Sementara itu para pemilik takjil hanya menitipkan jualannya di tempat itu. Keuntungan yang ia peroleh diambil dari persenan hasil dari dagangannya itu. Sehingga upah yang di dapat di tabung untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari.

Baca Juga :  Potensi Papua Masih Tertidur, Diperlukan Gebrakan Pemuda

   “Saya disini hanya bantu jaga saja, yang punya tempat ini tidak ada disini, sebagian besarnya kue-kue yang dijual ini titipan dari orang,” ungkap Sri ketika disambangi Cenderawasih Pos, Kamis (6/3) pagi.

Lebih lanjut, Sri menyebutkan kurang lebih sebanyak delapan orang yang menitipkan menu takjilnya untuk dijualkan ditempat tersebut. Sementara untuk harga semua jenis kue, lanjut Sri rata-rata sama tidak ada perbedaan, berkisar Rp 2.500/buah.

   “Alhamdulillah makin ramai sampai hari ke-6, semoga sampai selesai dan seterusnya,” tutur

Sri mengatakan segala jenis takjil yang ia jual itu aman dari bahan berbahaya, seperti yang ditakuti oleh masyarakat pada umumnya.  Apabila takjil yang ia jual itu tidak habis maka, akan dibagikan kepada semua orang yang datang ketika jam sudah berbuka puasa atau dibawa ke masjid. Yang artinya tidak disimpan apalagi dijual kembali.

Baca Juga :  Dijadikan Pusat HUT Kota Jayapura, Jadi Momen Untuk Bangkit Kembali

  “Tidak, dibagi-bagi kepada siapa saja yang datang kesini setelah berbuka puasa,” tandasnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya