Sementara, Jeane Marien membagikan kisahnya terjun di dunia broadcasting yang masih didominasi kaum pria, kemudian mengembangkan bakatnya sebagai seorang desain grafis dan ilustrator. Kegiatan Diskusi Perempuan Punya Cerita juga dihadiri sastrawan, Igir Al Qatiri dan Chef Charles Toto dari Papua Jungle Chef. Kegiatan ini diwarnai dengan pembacaan puisi oleh Amri dan Ochi. Ada juga peragaan busana hasil rancangan desainer Pretty Syull Rogi, Lusi Sampary Umbora dan Jeane Marien.
Suasana jadi ramai ketika kurang lebih enam orang anak-anak hingga remaja menampilkan fashion show. Uniknya costum yang digunakan untuk fashion show itu terbuat dari hasil daur ulang sampah yang mempunyai arti dan makna masing-masing motifnya. Lusy Sampari Umbora selaku Fashion Desainer & Pengrajin UMKM mengatakan bahwa costum yang digunakan oleh sejumlah anak tersebut terbuat dari hasil daur ulang berbagai jenis sampah.
Kata Lusy dari setiap motif yang terdapat dalam costum itu memiliki arti dan maknanya masing-masing. Sebagai contoh costum yang terbuat dari sampah plastik, yang dihiasi dengan ranting pohon kayu kering, kemudian diwarnai dengan gambar daerah aliran sungai Cyclop yang seakan-akan sudah rusak karena ulah dari manusia.
“Dalam rangka memperingati hari perempuan sedunia ini kita mengambil tema ‘Cyclop yang menangis'”, ungkap Lusy Kepada Cenderawasih Pos di Rumah Bakau, Jumat (7/3) sore. Adapun alasan dari pihaknya mengangkat tema seperti itu jelas Lusy karena kondisi yang terjadi saat ini di gunung Cyclop cukup memperhatikan pepohonan yang ada di gunung itu sudah banyak yang di tebang oleh masyarakat demi kepentingan sendiri dengan tidak memikirkan dampaknya ke depan.
“Kita mengangkatkan tema ini supaya dapat menyadarkan masyarakat untuk tidak menebang pohon secara liar, jangan tong bakar hutan, supaya kita punya ekosistem dihutan itu agar tetap terjaga, supaya tong juga mendapatkan manfaat dan juga tidak mendapatkan bencana alam seperti yang pernah terjadi sebelumnya,” terang Lusy.