Menurut pemantauan PGRI Papua, lanjut Waromi ada dua tipe guru saat ini.Pertama, Guru yang mempertahankan cara lama, merasa frustrasi karena pendekatan keras tidak lagi efektif.
Kedua, Guru yang mulai mengadopsi pendekatan dialogis, melaporkan hubungan yang lebih sehat dan proses belajar yang lebih bermakna. Transisi ini memang tidak mudah, tetapi Waromi perubahan ini tidak bisa dihindari.
PGRI Papua memandang perubahan ini sebagai peluang emas. Siswa generasi kini menolak kekerasan bukan karena mereka lemah, tetapi karena mereka ingin dihargai. Mereka menolak otoritarianisme bukan karena tidak hormat, tetapi karena mereka ingin belajar dalam relasi yang manusiawi.
Karena itu, standar kinerja guru pun harus berubah dari kepatuhan menjadi keterlibatan siswa, dari jumlah materi menjadi kedalaman pengalaman belajar, dari penguasa kelas menjadi fasilitator dan motivator.
Waromi mengharapkan agar seluruh pihak mendukung guru dalam proses transisi ini berikan pelatihan relevan, kurangi beban administratif, kuatkan dukungan psikososial, dan pastikan guru tidak dibiarkan berjalan sendiri.
“Guru yang bahagia dan terampil akan melahirkan siswa Papua yang bukan hanya cerdas, tetapi tangguh dan berakar pada budaya luhur tanah ini,” tegas Waromi. (*/tri
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos
Menurut pemantauan PGRI Papua, lanjut Waromi ada dua tipe guru saat ini.Pertama, Guru yang mempertahankan cara lama, merasa frustrasi karena pendekatan keras tidak lagi efektif.
Kedua, Guru yang mulai mengadopsi pendekatan dialogis, melaporkan hubungan yang lebih sehat dan proses belajar yang lebih bermakna. Transisi ini memang tidak mudah, tetapi Waromi perubahan ini tidak bisa dihindari.
PGRI Papua memandang perubahan ini sebagai peluang emas. Siswa generasi kini menolak kekerasan bukan karena mereka lemah, tetapi karena mereka ingin dihargai. Mereka menolak otoritarianisme bukan karena tidak hormat, tetapi karena mereka ingin belajar dalam relasi yang manusiawi.
Karena itu, standar kinerja guru pun harus berubah dari kepatuhan menjadi keterlibatan siswa, dari jumlah materi menjadi kedalaman pengalaman belajar, dari penguasa kelas menjadi fasilitator dan motivator.
Waromi mengharapkan agar seluruh pihak mendukung guru dalam proses transisi ini berikan pelatihan relevan, kurangi beban administratif, kuatkan dukungan psikososial, dan pastikan guru tidak dibiarkan berjalan sendiri.
“Guru yang bahagia dan terampil akan melahirkan siswa Papua yang bukan hanya cerdas, tetapi tangguh dan berakar pada budaya luhur tanah ini,” tegas Waromi. (*/tri
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos