Kemudian ada ruang persiapan untuk memotong bahan baku seperti daging, dan lainnya. ruang mencuci, mengelupas bahan komoditas pertanian, ruang memasak dan ruang pemorsian.
Sedangkan variasi menu diserahkan sepenuhnya kepada ahli gizi yang direkrut oleh Kepala SPPG. Adapun ahli gizi tugasnya memonitoring kualitas makanan dan menyusun daftar menu yang akan disajikan kepada penerima manfaat.
“Ahli gizi akan membuat menu untuk satu minggu, dua minggu atau bahkan sebulan. Bahkan, disertakan dengan cadangannya,” ungkapnya.
Cadangan menu yang dimaksudkan di sini adalah, ketika menu hari itu misalnya dua jeruk. Namun satu jeruk sedang kosong, maka harus mencari penggantinya. “Perencanaan memang harus ada, dan sudah harus dilaksanakan oleh ahli gizi,” katanya.
Untuk mencegah makanan basi atau beracun, pengawasan yang dilakukan BGN adalah dengan menjaga kualitas barang. Dimulai dari datangnya barang masuk ke gudang, di situ harus cek kualitasnya, kuantitasnya termasuk notanya.
Apakah yang dinota misalnya sayur 100 ikat sudah sesuai, termasuk mengeceknya apakah kualitasnya bagus atau tidak. Beras contohnya, apakah premium atau tidak, minyak goreng yang digunakan apakah premium atau subsidi, termasuk daging dan telur.
“Jika idak sesuai maka kita berhak membatalkan atau meminta yang lebih bagus,” ungkapnya.
Kemudian dalam proses pemasakan, harus sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Makanan yang dimasak harus sesuai, tidak boleh setengah matang atau jangan terlalu masak.
Tak sampai di situ, ketika semua makanan sudah selesai dimasak, kemudian ditempatkan di ruang pemorsian dan harus dipantau. Tak boleh menata makanan dalam kondisi panas di dalam wadah makanan, termasuk ketika pendistribusian juga jangan panas-panasan di dalam mobil.