Melihat Rumah Pengering “Solar Dryer Dome” yang Dikelola Pendiri PJC Charles Toto
Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan UMKM Provinsi Papua memberikan bantuan solar dryer dome untuk membantu petani dan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Rumah pengering yang berada di Dok VIII Kelurahaan Imbi ini, dikelola oleh pendiri PJC Charles Toto. Lantas seperti apa pemanfaatannya?
Laporan: Noel Wenda_Jayapura
Dari luar, penampakan dari solar dryer dome ini, seperti rumah kaca atau green house yang sering digunakan untuk budidaya tanaman komoditas pertanian. Namun, bangunan seperti kubah setengah lingkaran yang memanjang ini, ternyata berfungsi sebagai “mesin” pengering alami, dengan memanfaatkan energy panas dari matahari.
Alat pengering ini memang banyak dibutuhkan untuk mengolah/mengeringkan produk pertanian, agar tidak mudah rusak akibat basah karena hujan, dimakan serangga maupun burung, sampai dengan serangan jamur pada produk pertanian.
Charles Toto, pendiri Papua Jungle Chef yang mengelola solar dryer dome ini, sudah mulai memanfaatkan alat ini untuk mengerikan bubuk kopi yang diolah maupun produk hortikultura lainnya. Bantuan fasilitas bangunan solar dryer dome kepada pelaku usaha, memang sangat membantu. Jika selama ini mereka menggunakan metode tradisional atau konvesnional, maka dengan alat pengering ini akan sangat bermanfaat dan lebih efektif.
“Bantuan ini sesuai usulan dari Papua Jungle Chef (PJC), Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan UMKM Provinsi Papua memberikan bantuan solar dryer dome untuk membantu petani dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).”ungkap Charles Toto saat ditemui tengah mengeringkan bubuk kopi di dalam ruangan pengering.
Sebagai penerima manfaat Charles Toto, mengaku usulan permohonan bantuan ini sesuai dengan pengalaman dirinya saat melakukan perjalanan ke daerah lain, bahkan luar negeri. Menurutnya, alat pengering solar dryer dome ini menjadi salah satu kebutuhan wajib yang harus ada di suatu daerah, dalam rangka pengembangan pengolahan produk pertanian masyarakat.
“Kami melihat di beberapa daerah lain dan negara-negara di luar mengelola makanan, mereka menggunakan rumah pengering seperti ini. Puji Tuhan, tanggal 21 Februari lalu Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Provinsi Papua memberikan bantuan ini. Rumah pengering ini adalah wadah untuk kita mengelola produk produk UMKM dan hal lain,” katanya.
Pihaknya mulai memberikan informasi kepada masyarakat Papua untuk mengelola bahan bahan makanan dari hasil pertanian, supaya mempunyai nilai jual lebih tinggi. Bahkan, komoditi pertanian yang tidak laku dijual, bisa diolah lagi dan dikeringkan, supaya bisa dijual lagi dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Selain itu, beberapa contoh dari pengalaman Toto saat mengikuti perlombaan masak di tingkat nasional maupun internasional, seperti di Italia, menurut Cato panggilan akrab Charles Toto ini, ada makanan yang dikeringkan. Karena dengan dikeringkan membuat makanan tidak cepat rusak.
“Jadi dengan hadirnya rumah pengering ini tentu akan membantu hal tersebut dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengelola makanan dengan daya tahan yang cukup baik, sehingga bisa bertahan hingga memakan tahun, karena terstandarisasi dan memiliki kualitas yang baik.”jelasnya.
“Kadang-kadang kita bawa jual keluar tidak bisa tembus pasar Internasional, karena makanan sama sekali kurang bagus dari proses pengeringan hingga mudah rusak,” tambahnya.
Dijelaskan secara umum cara kerja pengering surya adalah dengan mengalirkan udara yang akan melewati kolektor surya, sehingga udara yang dibawa akan memiliki suhu tinggi yang selanjutnya melewati tempat pangan diletakkan.
Udara akan dibawa keluar beserta uap air yang melalui lubang-lubang aerasi. Prinsip perbedaan tekanan dan suhu udara yang biasanya digunakan oleh alat pengering tenaga surya tanpa bantuan blower.
Ketika udara panas dihembuskan di atas bahan makanan basah, panas akan ditransfer ke permukaan dan perbedaan tekanan udara akibat aliran panas akan mengeluarkan udara dari ruang antar sel dan menguapkannya.
“Ini juga salah satu solusi bagi mama mama Papua yang berjualan, ketika jualannya sudah mati (tidak laku), maka bisa dikirimkan di tempat ini, sehingga diolah kembali, bisa bermanfaat lagi untuk dijual. Jadi seperti ubi singkong yang mereka jual tidak laku, kita bisa kelola kembali dalam bentuk lain dan bisa kita jual kembali, dari pada dibuang,” katanya.
Menurut Cato, untuk proses pengeringan pisang dan ikan bisa dua hari, untuk daun daunan bisa beberapa jam. Namun hal tersebut masih belum cukup, perlu alat untuk mengukur kadar air dalam sebuah bahan mentah. Agar bisa memenuhi standar, untuk bisa dijual. Selain itu, alat pengering ini bisa digunakan dalam pengeringan kopi.
Rumah pengering yang terletak di Dok 8 bawah Kelurahn Imbi Jayapura Utara itu diharapkan juga bisa ada gudang dan pengukur kadar air. Pemerintah diharapkan bisa membantu melalui dinas terkait, karena ini sangat bermanfaat untuk mengangkat usaha mikro kecil menengah masyarakat Papua ke depannya.
“Sebagai pengelola alat pengering ini, saya juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah provinsi melalui Gubernur Provinsi Papua yang bisa melihat hal ini, karena ini akan sangat bermanfaat bagi petani pedagang di Papua.”pungkasnya. (*/tri)