Friday, November 22, 2024
33.7 C
Jayapura

Minta Istri Bantu Menuliskan Novel tentang Semarang Zaman Dulu

Doa dan Dukungan dari Keluarga serta Sahabat untuk Remy Sylado Melawan Sakit

Stroke, hernia, dan katarak boleh menghantamnya, tapi Remy Sylado tetap menyimpan novel di kepalanya dan berkolaborasi menyiapkan pementasan teater.

FOLLY AKBAR, Jakarta

RAUT mukanya tampak sedikit lusuh. Suaranya sudah tak sekuat dulu. Rambut, kumis, dan jenggot putihnya juga tidak ada lagi. Separo tubuh Remy Sylado, khususnya di bagian kiri, juga sudah tidak bisa digerakkan. Kini pria kelahiran 12 Juli 1945 tersebut hanya bisa berbaring sambil melawan penyakit yang terus menggerogoti.

Namun, di tengah berbagai keterbatasan itu, jiwa seni dan bara kreatifnya tidak pernah padam. Dengan penuh penghayatan, seniman berdarah Minahasa itu masih menghafal berbagai karya. Misalnya, sebuah puisi yang dibacakannya dan penggalan videonya diputarkan secara virtual dalam acara Doa dan Penggalangan Dana untuk Remy Sylado di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (4/2).

Kini, di usia 77 tahun, seniman serbabisa itu memang tengah bertarung mengalahkan penyakit. Selain stroke yang melanda sebagian tubuh bagian kiri, Remy juga menderita hernia dan katarak. Komplikasi tersebut sudah berlangsung setahun terakhir.
Tapi, saat ini kondisinya sedikit membaik. Hernia yang dideritanya berhasil dioperasi di RSUD Tarakan, Jakarta.

Dalam waktu dekat, pengobatan stroke dan katarak juga dilakukan secara bergantian dengan bantuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di usia Remy yang sepuh, dokter memang menghindari tindakan medis secara bersamaan.

”Tadinya dia menderita sekali setiap mau BAB (buang air besar) atau kencing. Setelah dioperasi keadaan membaik, tenang gak teriak lagi. Makannya udah banyak,” kata sang istri, Emmy Tambayong, saat ditemui di sela acara.

Remy adalah seniman langka. Sangat tidak mudah untuk dimasukkan satu kategori karena dia terus-menerus melintas batas. Dia cerpenis, novelis, dramawan, penyair, aktor, musikus, munsyi, dosen, juga wartawan.

Sejumlah karya penting mantan wartawan majalah musik Aktuil itu, antara lain, Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa (1996), Puisi Mbeling (2005), dan 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing. Dia juga pernah tiga kali masuk nominasi aktor pendukung terbaik Festival Film Indonesia.

Baca Juga :  Bayi Nangis Kenapa? Nggak Nyaman atau Lapar, Hewan Juga Begitu 

Meski kesehatannya kini jauh membaik, lanjut Emmy, batin Remy masih sangat tersiksa. Tak lain karena kobaran jiwa berkaryanya yang tinggi harus terhalang keadaan. Tubuhnya tidak lagi menunjang ekspresi seninya.

”Kadang saya kasihan, dia merasa terbebani. Dia bilang di otak saya ada novel, tapi harus bagaimana,” imbuhnya.

Kepada Emmy, Remy mengaku ingin menuliskan novel tentang Semarang, kota yang diakrabinya, di zaman dulu. Bahkan, saat keinginan menuangkan karya itu tak kuasa terbendung, Remy kerap meminta istri menuliskannya. Namun, Emmy yang juga sudah beranjak tua tak bisa berbuat banyak untuk melayani keinginan sang suami. Dia bisa menuliskan sekadarnya.

Kepada sang suami, Emmy hanya memintanya tetap semangat melawan penyakit. Agar dia bisa kembali berkarya. Juga menularkan ilmu yang dimiliki kepada orang lain. ”Banyak teman sayang kamu. Kamu harus bangkit. Masih banyak yang mengharap ilmu dari kamu. Tuhan sudah berikan ilmu dan talenta. Jadi untuk kamu bagikan,” kata Emmy mengulang nasihatnya kepada suami.

Kuatnya tekad Remy untuk terus berkarya juga dirasakan rekannya sesama seniman, Jose Rizal Manua, penggagas acara Doa dan Penggalangan Dana untuk Remy Sylado. Bahkan, di tengah pembaringan tempat tidur, dua kawan tersebut menggarap proyek seni bersama.
Rencananya, Remy mementaskan sebuah karya teater berjudul Om Hendri di Manado. Tentu saja, pementasan tidak dilakukan sendiri. Di situ, Remy hanya menyumbangkan alur cerita. ”Naskahnya akan saya rekam, Remy akan bercerita. Naskahnya saya ketik dan Remy meminta saya menyutradarai drama itu,” ceritanya.

Karya tersebut diciptakan Remy sebagai bentuk sumbangsih dirinya. Sebab, pada 12 Juli mendatang yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara bakal meresmikan museum dan galeri seni. Sebagai wadah memamerkan karya dan kiprah salah seorang putra daerah terbaiknya.

Baca Juga :  Pecel Kembang Turi, Lauknya Paru Sapi

Di mata Jose, penulis novel Kerudung Merah Kirmizi itu merupakan seniman yang istimewa. Bukan cuma karya-karyanya yang melintas batas, Remy juga mampu berbahasa Yunani, Ibrani, Arab, hingga Mandarin. ”Jarang seniman yang semultitalenta itu,” ungkapnya.

Dia berharap Remy segera pulih. Jose mengaku rindu dengan karya-karyanya yang selalu baru dan menawarkan hal yang berbeda. Beruntungnya, Jose melihat ada keinginan kuat dari kerabatnya untuk sembuh. ”Semangatnya untuk sehat dan berkarya kembali tinggi sekali. Sekarang makannya banyak,” terangnya.

Harapan agar Remy cepat pulih juga disampaikan seniman Reza Rahadian. Aktor pemeran Aris dalam serial Layangan Putus itu menilai karya-karya Remy masih sangat dibutuhkan. ”Puisinya puisi bagus, bagus banget,” ujarnya.

Yang berkesan bagi Reza, Remy merupakan seniman yang peka terhadap diksi-diksi bahasa Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari salah satu karya bukunya yang mengupas tuntas pentingnya berbahasa Indonesia. ”Itu ada (tecermin) dalam puisi Om Remy,” kata Reza.

Seniman Lidia Djunita Pamoentjak atau yang akrab disapa Jajang C. Noer juga punya kesan yang dalam terhadap Remy. Dia mengenalnya sebagai sosok seniman yang penuh kasih sayang. ”Dia kalau ketemu cewek cantik seperti saya itu pasti dia peluk dulu. Peluk benar-benar. Kehangatan luar biasa,” ceritanya.

Kepribadian lain yang juga berkesan bagi aktris senior itu adalah karakternya yang percaya karya orang lain. Pengalaman itu pernah dirasakannya saat menggarap sinetron sepuluh episode berjudul Bukan Perempuan Biasa.  ”Ketika saya minta dia main, dia langsung oke. Dia nggak mikir kalau saya belum pernah (jadi) sutradara,” ungkapnya.

Jajang berharap Remy bisa bangkit. Sosoknya masih dibutuhkan para seniman di Indonesia. ”Kalau kita senang atau susah, dia selalu ada sama kita,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Doa dan Dukungan dari Keluarga serta Sahabat untuk Remy Sylado Melawan Sakit

Stroke, hernia, dan katarak boleh menghantamnya, tapi Remy Sylado tetap menyimpan novel di kepalanya dan berkolaborasi menyiapkan pementasan teater.

FOLLY AKBAR, Jakarta

RAUT mukanya tampak sedikit lusuh. Suaranya sudah tak sekuat dulu. Rambut, kumis, dan jenggot putihnya juga tidak ada lagi. Separo tubuh Remy Sylado, khususnya di bagian kiri, juga sudah tidak bisa digerakkan. Kini pria kelahiran 12 Juli 1945 tersebut hanya bisa berbaring sambil melawan penyakit yang terus menggerogoti.

Namun, di tengah berbagai keterbatasan itu, jiwa seni dan bara kreatifnya tidak pernah padam. Dengan penuh penghayatan, seniman berdarah Minahasa itu masih menghafal berbagai karya. Misalnya, sebuah puisi yang dibacakannya dan penggalan videonya diputarkan secara virtual dalam acara Doa dan Penggalangan Dana untuk Remy Sylado di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (4/2).

Kini, di usia 77 tahun, seniman serbabisa itu memang tengah bertarung mengalahkan penyakit. Selain stroke yang melanda sebagian tubuh bagian kiri, Remy juga menderita hernia dan katarak. Komplikasi tersebut sudah berlangsung setahun terakhir.
Tapi, saat ini kondisinya sedikit membaik. Hernia yang dideritanya berhasil dioperasi di RSUD Tarakan, Jakarta.

Dalam waktu dekat, pengobatan stroke dan katarak juga dilakukan secara bergantian dengan bantuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di usia Remy yang sepuh, dokter memang menghindari tindakan medis secara bersamaan.

”Tadinya dia menderita sekali setiap mau BAB (buang air besar) atau kencing. Setelah dioperasi keadaan membaik, tenang gak teriak lagi. Makannya udah banyak,” kata sang istri, Emmy Tambayong, saat ditemui di sela acara.

Remy adalah seniman langka. Sangat tidak mudah untuk dimasukkan satu kategori karena dia terus-menerus melintas batas. Dia cerpenis, novelis, dramawan, penyair, aktor, musikus, munsyi, dosen, juga wartawan.

Sejumlah karya penting mantan wartawan majalah musik Aktuil itu, antara lain, Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa (1996), Puisi Mbeling (2005), dan 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing. Dia juga pernah tiga kali masuk nominasi aktor pendukung terbaik Festival Film Indonesia.

Baca Juga :  Tak Peduli Seberapa Sulit Menjadi Atlet, Jangan Menyerah untuk Belajar

Meski kesehatannya kini jauh membaik, lanjut Emmy, batin Remy masih sangat tersiksa. Tak lain karena kobaran jiwa berkaryanya yang tinggi harus terhalang keadaan. Tubuhnya tidak lagi menunjang ekspresi seninya.

”Kadang saya kasihan, dia merasa terbebani. Dia bilang di otak saya ada novel, tapi harus bagaimana,” imbuhnya.

Kepada Emmy, Remy mengaku ingin menuliskan novel tentang Semarang, kota yang diakrabinya, di zaman dulu. Bahkan, saat keinginan menuangkan karya itu tak kuasa terbendung, Remy kerap meminta istri menuliskannya. Namun, Emmy yang juga sudah beranjak tua tak bisa berbuat banyak untuk melayani keinginan sang suami. Dia bisa menuliskan sekadarnya.

Kepada sang suami, Emmy hanya memintanya tetap semangat melawan penyakit. Agar dia bisa kembali berkarya. Juga menularkan ilmu yang dimiliki kepada orang lain. ”Banyak teman sayang kamu. Kamu harus bangkit. Masih banyak yang mengharap ilmu dari kamu. Tuhan sudah berikan ilmu dan talenta. Jadi untuk kamu bagikan,” kata Emmy mengulang nasihatnya kepada suami.

Kuatnya tekad Remy untuk terus berkarya juga dirasakan rekannya sesama seniman, Jose Rizal Manua, penggagas acara Doa dan Penggalangan Dana untuk Remy Sylado. Bahkan, di tengah pembaringan tempat tidur, dua kawan tersebut menggarap proyek seni bersama.
Rencananya, Remy mementaskan sebuah karya teater berjudul Om Hendri di Manado. Tentu saja, pementasan tidak dilakukan sendiri. Di situ, Remy hanya menyumbangkan alur cerita. ”Naskahnya akan saya rekam, Remy akan bercerita. Naskahnya saya ketik dan Remy meminta saya menyutradarai drama itu,” ceritanya.

Karya tersebut diciptakan Remy sebagai bentuk sumbangsih dirinya. Sebab, pada 12 Juli mendatang yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara bakal meresmikan museum dan galeri seni. Sebagai wadah memamerkan karya dan kiprah salah seorang putra daerah terbaiknya.

Baca Juga :  Penyelenggara Harus Independen, Masyarakat Bisa Bantu Mengawasi

Di mata Jose, penulis novel Kerudung Merah Kirmizi itu merupakan seniman yang istimewa. Bukan cuma karya-karyanya yang melintas batas, Remy juga mampu berbahasa Yunani, Ibrani, Arab, hingga Mandarin. ”Jarang seniman yang semultitalenta itu,” ungkapnya.

Dia berharap Remy segera pulih. Jose mengaku rindu dengan karya-karyanya yang selalu baru dan menawarkan hal yang berbeda. Beruntungnya, Jose melihat ada keinginan kuat dari kerabatnya untuk sembuh. ”Semangatnya untuk sehat dan berkarya kembali tinggi sekali. Sekarang makannya banyak,” terangnya.

Harapan agar Remy cepat pulih juga disampaikan seniman Reza Rahadian. Aktor pemeran Aris dalam serial Layangan Putus itu menilai karya-karya Remy masih sangat dibutuhkan. ”Puisinya puisi bagus, bagus banget,” ujarnya.

Yang berkesan bagi Reza, Remy merupakan seniman yang peka terhadap diksi-diksi bahasa Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari salah satu karya bukunya yang mengupas tuntas pentingnya berbahasa Indonesia. ”Itu ada (tecermin) dalam puisi Om Remy,” kata Reza.

Seniman Lidia Djunita Pamoentjak atau yang akrab disapa Jajang C. Noer juga punya kesan yang dalam terhadap Remy. Dia mengenalnya sebagai sosok seniman yang penuh kasih sayang. ”Dia kalau ketemu cewek cantik seperti saya itu pasti dia peluk dulu. Peluk benar-benar. Kehangatan luar biasa,” ceritanya.

Kepribadian lain yang juga berkesan bagi aktris senior itu adalah karakternya yang percaya karya orang lain. Pengalaman itu pernah dirasakannya saat menggarap sinetron sepuluh episode berjudul Bukan Perempuan Biasa.  ”Ketika saya minta dia main, dia langsung oke. Dia nggak mikir kalau saya belum pernah (jadi) sutradara,” ungkapnya.

Jajang berharap Remy bisa bangkit. Sosoknya masih dibutuhkan para seniman di Indonesia. ”Kalau kita senang atau susah, dia selalu ada sama kita,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Belasan Orang Hilang Hingga November 2024

Jangan Ada PSU Maupun Gugatan di MK

DPTb Kota Jayapura 21 Orang

Artikel Lainnya