Sunday, November 24, 2024
33.7 C
Jayapura

Landasan Pacu Sudah 75 Persen, Siapkan Akses Jalan Baru

Melihat Progres Bandara Dhoho dan Tol Kediri–Kertosono

Tahun depan Bandara Dhoho ditargetkan beroperasi, sedangkan pembayaran kompensasi lahan untuk tol Kediri¬–Kertosono dijadwalkan bulan depan. Kapasitas bandara diproyeksikan mencapai 1,5 juta penumpang per tahun. 

REKIAN, Kab Kediri

PATOK berwarna kuning banyak dijumpai di dua kecamatan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Titiknya ada di sekitar pasar, permukiman penduduk, dan lebih banyak lagi di lahan sawah.

Di Kecamatan Banyakan, lokasinya menyebar di empat desa: Banyakan, Ngablak, Maron, dan Sendang. Sedangkan di Kecamatan Grogol hanya ada di Desa Bakalan.

Itulah patok-patok penanda proyek strategis nasional (PSN) tol Kediri–Kertosono. Sementara itu, PSN lainnya di Kabupaten Kediri yang saat ini penggarapannya sudah berlangsung adalah Bandara Dhoho.

Sebagaimana dilansir Jawa Pos Radar Kediri, tahapan pembangunan keduanya memang berbeda. Untuk tol Kediri–Kertosono masih proses pembebasan lahan. Untuk bandara, masih dilakukan percepatan penuntasan runway dengan target tahun depan sudah beroperasi.

Lasini, salah seorang warga Desa Blabak yang terdampak pembangunan PSN tol Kediri–Kertosono, mengatakan belum berpikir mencari lahan pengganti untuk tempat tinggalnya. Alasannya, dia masih menunggu kepastian nilai ganti untung rumahnya.

’’Sekarang semua harga tanah naik, saya belum tahu mau pindah ke mana,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Harga tanah di tepi jalan utama di desanya kini sudah mencapai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per ru. Padahal, sebelum ada proyek bandara di Kediri, lalu disusul pembangunan tol, harga tanah per ru di sekitar sana masih di bawah Rp 10 juta.   ’’Inginnya tetap di sekitar sini, tapi kalau mahal ya nanti cari tempat lain,” bebernya.

Meski belum tahu berapa nominal pengganti lahannya, Lasini mengaku sudah didatangi petugas untuk melakukan pendataan. Data-data yang dikumpulkan petugas dari Lasini berkaitan dengan identitas, surat tanah, hingga pengukuran lahan. Semua yang ada di atas tanah miliknya didata.

Baca Juga :  Berbasis Kompetensi, Disesuaikan Kebutuhan Siswa

Mulai rumah, tanaman yang ada di dalam pekarangan, hingga omzet dagangan penjual makanan dan minuman tersebut. Dalam sehari, perputaran uangnya rata-rata Rp 400 ribu. Proses pendataan dilakukan tim satuan tugas (satgas) A dan satgas B yang melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kediri.

Kepala BPN Kabupaten Kediri Eko Priyanggodo menjelaskan, pengukuran yang dilaksanakan satgas A dan pengumpulan data yuridis oleh satgas B sudah selesai. ’’Sekarang tinggal menunggu kelengkapan dokumen,” kata Eko.

Jumlah yang masih direkap sebanyak 364 bidang. Perinciannya, 11 bidang di Banyakan, 125 di Maron, dan 110 di Bakalan. Sedangkan untuk dua desa lainnya, di Sendang ada 9 bidang dan Ngablak 109 bidang. Pengolahan data itu ditarget selesai pada September ini dan bulan depan sudah bisa dilakukan pembayaran.

Luas lahan yang dibebaskan di Kabupaten Kediri mencapai 381.179,82 meter persegi. Paling tinggi berada di Ngablak seluas 236.256,58 meter persegi. Disusul Bakalan 86.955,34 meter persegi dan selanjutnya Maron dengan luas 48.901,40 meter persegi. Di Sendang ada 6.858 meter persegi dan paling sedikit di Banyakan, 2.207,52 meter persegi. Proses pembangunannya baru dimulai pada 2023.

Saat proyek tol Kediri–Kertosono mulai dibangun tahun depan, pada tahun yang sama Bandara Dhoho ditargetkan sudah beroperasi. Hingga sekarang, pembangunan airport itu terus dikebut. Ratusan truk dan alat berat bekerja di lahan seluas 371 hektare yang membentang di tiga kecamatan di Kabupaten Kediri: Tarokan, Grogol, dan Banyakan.

Semua kawasan calon bandara tersebut sudah rata dengan tanah. Termasuk perbukitannya. Pelaksana proyek harus membuka jalan baru untuk akses warga yang tinggal di lereng Wilis. Seperti di Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, ada beberapa dusun yang harus terpisah dengan desa induk karena pembangunan bandara.

Baca Juga :  Kepemimpinan di Bidang Pendidikan Harus Lebih Kepada Pendayagunaan Potensi 

Pemkab Kediri yang mengurusi warga terdampak pengerjaan bandara seperti itu mulai menyiapkan jalan baru. Salah satu proyeksinya saat ini adalah menembuskan akses dari Desa Bulusari, Tarokan, menuju Desa Kalipang, Kecamatan Grogol.

Jalan baru itu akan menembus perbukitan. Sebelum bandara beroperasi, jalur di dusun yang terpisah dengan desa induknya tersebut harus tersambung dengan desa lain agar ekonomi warga tidak terganggu.

Lantaran banyak dusun yang terpisah dari desa induk, kemungkinannya nanti ada pembentukan desa-desa baru. Jadi, tidak hanya membuka akses jalan baru, tapi sekaligus membentuk desa baru, bahkan mungkin perkotaan baru.

Saat ini kemungkinan tersebut masih dikaji di Pemkab Kediri. Untuk progres pembangunan Bandara Dhoho, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana ketika ditemui pada Rabu (24/8) dua pekan lalu menjelaskan, saat ini land clearing sudah lebih dari 95 persen. Jika masih ada lahan seperti tempat pemakaman umum yang belum dibebaskan, Pemkab Kediri akan bermusyawarah dengan berbagai pihak untuk penyelesaiannya.

’’Harapannya bisa segera direlokasi. Kami juga akan membicarakannya dengan tim ahli fungsi status lahan dan berbagai pihak,” beber bupati 30 tahun itu.

Saat kunjungan bersama dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada Juli 2022, sempat dijelaskan bahwa proyek dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha itu sedang fokus pada pengerjaan runway atau landasan pacu sepanjang 3.300 x 60 meter. Saat itu, Bupati Dhito menyebutkan bahwa pembangunan landasan pacunya sudah 75 persen. Kapasitasnya nanti mencapai 1,5 juta penumpang per tahun.

’’Luas terminal penumpangnya adalah 18.000 meter persegi dan lahan parkirnya 37.108 meter persegi,” katanya. (*/c7/ttg)

Melihat Progres Bandara Dhoho dan Tol Kediri–Kertosono

Tahun depan Bandara Dhoho ditargetkan beroperasi, sedangkan pembayaran kompensasi lahan untuk tol Kediri¬–Kertosono dijadwalkan bulan depan. Kapasitas bandara diproyeksikan mencapai 1,5 juta penumpang per tahun. 

REKIAN, Kab Kediri

PATOK berwarna kuning banyak dijumpai di dua kecamatan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Titiknya ada di sekitar pasar, permukiman penduduk, dan lebih banyak lagi di lahan sawah.

Di Kecamatan Banyakan, lokasinya menyebar di empat desa: Banyakan, Ngablak, Maron, dan Sendang. Sedangkan di Kecamatan Grogol hanya ada di Desa Bakalan.

Itulah patok-patok penanda proyek strategis nasional (PSN) tol Kediri–Kertosono. Sementara itu, PSN lainnya di Kabupaten Kediri yang saat ini penggarapannya sudah berlangsung adalah Bandara Dhoho.

Sebagaimana dilansir Jawa Pos Radar Kediri, tahapan pembangunan keduanya memang berbeda. Untuk tol Kediri–Kertosono masih proses pembebasan lahan. Untuk bandara, masih dilakukan percepatan penuntasan runway dengan target tahun depan sudah beroperasi.

Lasini, salah seorang warga Desa Blabak yang terdampak pembangunan PSN tol Kediri–Kertosono, mengatakan belum berpikir mencari lahan pengganti untuk tempat tinggalnya. Alasannya, dia masih menunggu kepastian nilai ganti untung rumahnya.

’’Sekarang semua harga tanah naik, saya belum tahu mau pindah ke mana,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Harga tanah di tepi jalan utama di desanya kini sudah mencapai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per ru. Padahal, sebelum ada proyek bandara di Kediri, lalu disusul pembangunan tol, harga tanah per ru di sekitar sana masih di bawah Rp 10 juta.   ’’Inginnya tetap di sekitar sini, tapi kalau mahal ya nanti cari tempat lain,” bebernya.

Meski belum tahu berapa nominal pengganti lahannya, Lasini mengaku sudah didatangi petugas untuk melakukan pendataan. Data-data yang dikumpulkan petugas dari Lasini berkaitan dengan identitas, surat tanah, hingga pengukuran lahan. Semua yang ada di atas tanah miliknya didata.

Baca Juga :  Berbasis Kompetensi, Disesuaikan Kebutuhan Siswa

Mulai rumah, tanaman yang ada di dalam pekarangan, hingga omzet dagangan penjual makanan dan minuman tersebut. Dalam sehari, perputaran uangnya rata-rata Rp 400 ribu. Proses pendataan dilakukan tim satuan tugas (satgas) A dan satgas B yang melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kediri.

Kepala BPN Kabupaten Kediri Eko Priyanggodo menjelaskan, pengukuran yang dilaksanakan satgas A dan pengumpulan data yuridis oleh satgas B sudah selesai. ’’Sekarang tinggal menunggu kelengkapan dokumen,” kata Eko.

Jumlah yang masih direkap sebanyak 364 bidang. Perinciannya, 11 bidang di Banyakan, 125 di Maron, dan 110 di Bakalan. Sedangkan untuk dua desa lainnya, di Sendang ada 9 bidang dan Ngablak 109 bidang. Pengolahan data itu ditarget selesai pada September ini dan bulan depan sudah bisa dilakukan pembayaran.

Luas lahan yang dibebaskan di Kabupaten Kediri mencapai 381.179,82 meter persegi. Paling tinggi berada di Ngablak seluas 236.256,58 meter persegi. Disusul Bakalan 86.955,34 meter persegi dan selanjutnya Maron dengan luas 48.901,40 meter persegi. Di Sendang ada 6.858 meter persegi dan paling sedikit di Banyakan, 2.207,52 meter persegi. Proses pembangunannya baru dimulai pada 2023.

Saat proyek tol Kediri–Kertosono mulai dibangun tahun depan, pada tahun yang sama Bandara Dhoho ditargetkan sudah beroperasi. Hingga sekarang, pembangunan airport itu terus dikebut. Ratusan truk dan alat berat bekerja di lahan seluas 371 hektare yang membentang di tiga kecamatan di Kabupaten Kediri: Tarokan, Grogol, dan Banyakan.

Semua kawasan calon bandara tersebut sudah rata dengan tanah. Termasuk perbukitannya. Pelaksana proyek harus membuka jalan baru untuk akses warga yang tinggal di lereng Wilis. Seperti di Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, ada beberapa dusun yang harus terpisah dengan desa induk karena pembangunan bandara.

Baca Juga :  Keluarga Berperan Penting Jaga Kelestarian Kebudayaan Papua

Pemkab Kediri yang mengurusi warga terdampak pengerjaan bandara seperti itu mulai menyiapkan jalan baru. Salah satu proyeksinya saat ini adalah menembuskan akses dari Desa Bulusari, Tarokan, menuju Desa Kalipang, Kecamatan Grogol.

Jalan baru itu akan menembus perbukitan. Sebelum bandara beroperasi, jalur di dusun yang terpisah dengan desa induknya tersebut harus tersambung dengan desa lain agar ekonomi warga tidak terganggu.

Lantaran banyak dusun yang terpisah dari desa induk, kemungkinannya nanti ada pembentukan desa-desa baru. Jadi, tidak hanya membuka akses jalan baru, tapi sekaligus membentuk desa baru, bahkan mungkin perkotaan baru.

Saat ini kemungkinan tersebut masih dikaji di Pemkab Kediri. Untuk progres pembangunan Bandara Dhoho, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana ketika ditemui pada Rabu (24/8) dua pekan lalu menjelaskan, saat ini land clearing sudah lebih dari 95 persen. Jika masih ada lahan seperti tempat pemakaman umum yang belum dibebaskan, Pemkab Kediri akan bermusyawarah dengan berbagai pihak untuk penyelesaiannya.

’’Harapannya bisa segera direlokasi. Kami juga akan membicarakannya dengan tim ahli fungsi status lahan dan berbagai pihak,” beber bupati 30 tahun itu.

Saat kunjungan bersama dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada Juli 2022, sempat dijelaskan bahwa proyek dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha itu sedang fokus pada pengerjaan runway atau landasan pacu sepanjang 3.300 x 60 meter. Saat itu, Bupati Dhito menyebutkan bahwa pembangunan landasan pacunya sudah 75 persen. Kapasitasnya nanti mencapai 1,5 juta penumpang per tahun.

’’Luas terminal penumpangnya adalah 18.000 meter persegi dan lahan parkirnya 37.108 meter persegi,” katanya. (*/c7/ttg)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya