Friday, February 7, 2025
25.7 C
Jayapura

Dari Pendidikan Kini Menjadi Itlay Ikinia Wamena

Menyikapi perubahan nama stadion pendidikan Wamena itu, tak ada reaksi berlebihan dari masyarakat Wamena. Semua nampak datar yang artinya bahwa mereka bersikap positif atas perbaikan yang sedang dilakukan Pemprov. Meski dibeberapa whatsapp grup ada satu dua tanggapan bernada sinis dan tak elok, tapi tidak berdampak apapun.

Benyamin juga menilai jika pemberian nama suatu bangunan, nama jalan serta tempat-tempat tertentu di era pemerintahan modern saat ini mestinya juga memperhatikan sistem kearifan lokal atas tatan adat yang berlaku di dalam sistem pemerintahan tradisional, sebab sistem pemerintahan modern sebagai sistem yang baru masuk sebagai bagian dari konstruksi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Mestinya tidak mematikan tatanan, budaya, tatanama beserta latar nilai estetika, nilai filosofis dan sosiologis masyarakat adat asli, maka penamaan sebagaimana yang diberikan oleh PJ Gubernur Wanggai sudah semestinya diapresiasi bahkan dilakukan lebih meluas dan menyeluruh.

Baca Juga :  Hanya Distrik Wamena Kota yang Pakai One Man One Vote

Dengan demikian, maka pemberian nama Lapangan Pendidikan Wamena dengan tambahan frasa “Itlay Ikinia” di antara kata Pendidikan Dan Wamena menandakan status kepemilikan adat (hak ulayat) terhadap lokasi dimana stadion itu berada. Marga atau pasangan klen Itlay Ikinia dikenal sebagai marga berpasangan (Wita-Waya) yang memiliki hak terhadap tanah di mana stadion Pendidikan berada saat ini.

Oleh karena itu pemberian nama stadion Pendidikan Itlay Ikinia Wamena, mengandung arti yang amat penting dan besar bagi klen tersebut. Ada makna pengakuan, penghormatan dan penghargaan bagi kedua marga itu, sebab sebagai klen yang berkuasa atas wilayah tersebut, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan ketika mempertahankan wilayah tersebut dimasa lalu.

Baca Juga :  Tak Bisa Lagi Penanggulangan HIV/AIDS Gunakan Cara-cara Konvensional

“Tentu ada sejarah. Ada harga dan ada taruhannya. Mengingat tradisi perang suku yang telah ada selama ribuan tahun di Wamena. Dan Klen Itlay Ikinia termasuk sebagai salah satu klen pasangan yang masuk dalam aliansi besar Sub Suku Wio Mukoko yang merupakan pemilik kuasa dan hak ulayat atas mayoritas tanah Kota Wamena.” beber Benyamin (jo/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Menyikapi perubahan nama stadion pendidikan Wamena itu, tak ada reaksi berlebihan dari masyarakat Wamena. Semua nampak datar yang artinya bahwa mereka bersikap positif atas perbaikan yang sedang dilakukan Pemprov. Meski dibeberapa whatsapp grup ada satu dua tanggapan bernada sinis dan tak elok, tapi tidak berdampak apapun.

Benyamin juga menilai jika pemberian nama suatu bangunan, nama jalan serta tempat-tempat tertentu di era pemerintahan modern saat ini mestinya juga memperhatikan sistem kearifan lokal atas tatan adat yang berlaku di dalam sistem pemerintahan tradisional, sebab sistem pemerintahan modern sebagai sistem yang baru masuk sebagai bagian dari konstruksi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Mestinya tidak mematikan tatanan, budaya, tatanama beserta latar nilai estetika, nilai filosofis dan sosiologis masyarakat adat asli, maka penamaan sebagaimana yang diberikan oleh PJ Gubernur Wanggai sudah semestinya diapresiasi bahkan dilakukan lebih meluas dan menyeluruh.

Baca Juga :  Lima Menit Sebelum Kejadian, Lihat Kedua Korban Berjalan Berpegangan Tangan

Dengan demikian, maka pemberian nama Lapangan Pendidikan Wamena dengan tambahan frasa “Itlay Ikinia” di antara kata Pendidikan Dan Wamena menandakan status kepemilikan adat (hak ulayat) terhadap lokasi dimana stadion itu berada. Marga atau pasangan klen Itlay Ikinia dikenal sebagai marga berpasangan (Wita-Waya) yang memiliki hak terhadap tanah di mana stadion Pendidikan berada saat ini.

Oleh karena itu pemberian nama stadion Pendidikan Itlay Ikinia Wamena, mengandung arti yang amat penting dan besar bagi klen tersebut. Ada makna pengakuan, penghormatan dan penghargaan bagi kedua marga itu, sebab sebagai klen yang berkuasa atas wilayah tersebut, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan ketika mempertahankan wilayah tersebut dimasa lalu.

Baca Juga :  Ingin Buat Nduga Jadi Sesuatu yang Tak Terduga di Indonesia

“Tentu ada sejarah. Ada harga dan ada taruhannya. Mengingat tradisi perang suku yang telah ada selama ribuan tahun di Wamena. Dan Klen Itlay Ikinia termasuk sebagai salah satu klen pasangan yang masuk dalam aliansi besar Sub Suku Wio Mukoko yang merupakan pemilik kuasa dan hak ulayat atas mayoritas tanah Kota Wamena.” beber Benyamin (jo/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya