Tuesday, December 24, 2024
26.7 C
Jayapura

Harus Hidup Damai Berdampingan dengan Sesama dan Alam

Melihat Rangkaian Kegiatan Hari Raya Nyepi Umat Hindu di Kota Jayapura

Sebelum memasuki Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1944 yang jatuh pada Kamis (3/3) kemarin, umat Hindu melakukan rangkaian kegiatan upacara pembersihan diri. Perayaan Nyepi bagi umat hindu adalah sebagai ajang untuk intropeksi diri dalam komunikasi dengan Tuhan tapi juga dengan sesama umat manusia dan alam.

Laporan: Elfira-Jayapura

Sebelum memasuki hari raya Nyepi tahun baru saka 1944 yang jatuh pada Kamis (3/3, umat Hindu melakukan serangkaian kegiatan upacara yang dimulai dengan upacara Melasti, Mecaru atau Tawur Agung.  Kemudian dilanjutkan  catur brata penyepian dan terakhir  melakukan dharma santi

  Perayaan Melasti di Kota Jayapura dilakukan secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan. Upacara Melasti yang berlangsung di Pantai Holtekamp tak jauh dari Jembatan Youtefa, Senin (28/2) hanya diikuti puluhan umat hindu dari Parisade Pura Agung Surya Bhuvana Jayapura.

     Upacara Melasti, Mecaru dan Tawur Agung merupakan beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu di Kota Jayapura sebelum memasuki Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1944 yang jatuh pada Kamis (3/3).

   “Melasti adalah memisahkan unsur unsur kekotoran dalam alam besar dan alam kecil,” terang Pinandita I Wayan Wiranyane kepada Cenderawasih Pos.

    Selain mensucikan diri manusia, lanjut Wiranyane, simbol simbol juga perlu disucikan kembali, karena unsur manusia, sifat manusia perkataan, pikiran dan tingkah laku manusia itu sendiri. “Jika kita sudah sama sama memiliki pemikiran yang suci, dampaknya akan membawa kebaikan dan bagaimana memoderasikan pikiran beragama kita sesuai dengan khalayak umat manusia sendiri,” terangnya.

Baca Juga :  Transparansi dan Akuntabilitas Dana Kampanye Pilkada jadi Bahasan Menarik

   Setelah upacara Melasti, Umat Hindu Rabu (2/3) lalu melaksanakan upacara tawur yang tingkatannya adalah caru. Sejumalh umat Hindu, dengan kedua tangan memegang sesajen terlihat mengitari Pura diiringi dengan alunan musik gamelan di Pura Agung Surya Bhuvana. Umat Hindu benar-benar khusyuk melakukan persembahyangan menyambut Nyepi.

   Sehari sebelum Nyepi, umat Hindu di Kota Jayapura melakukan upacara Tawur Agung di Pura Agung Surya Bhuvana Kota Jayapura. Ritual ini merupakan persembahan yang tulus ikhlas kepada alam semesta. Setelah upacara macaru dimana membersihkan alam, setelah itu melaksanakan catur brata penyepian pada Kamis (3/3) kemarin.

  Pinandita Pura Agung Surya Bhuvana Kota Jayapura Wayan Wira Adnyana, S.Ag menyampaikan, upacara Mecaru maknanya untuk mengembalikan energi-energi positif.

“Upacara membawa kita untuk hidup rukun dan tentram, sehingga apa yang menjadi tujuan orang melaksanakan Nyepi bisa terwujud,” kata Wayan Wira kepada wartawan.

   Ia juga menyebut dalam pelaksanaan setiap kali upacara menyambut Nyepi, umat Hindu yang hadir tetap dengan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan, jumlah umatpun dibatasi. Hal ini agar pelaksanaan menyambut Nyepi berjalan lancar dan sesuai dengan anjuran pemerintah.

  “Selama 24 jam, kami bisa melaksanakan catur brata penyepian untuk menyambut tahun baru saka 1944  dengan suka cita yaitu Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan dan Amati Lelunguan,” ucapnya.

  Sebagaimana Amati Geni dalam bahasa Bali mengandung makna api. Dengan kata lain, amati geni artinya tidak menyalakan api atau lampu dan tidak boleh mengobarkan hawa nafsu. Amati Karya tidak melakukan kerja atau kegiatan fisik dan tidak bersetubuh, melainkan tekun mengerjakan penyucian rohani.

Baca Juga :  Sedari Pagi Hingga Larut, Pejuang Budaya Justru Terpajang di Pinggiran Jalan

  Amati Lelungan, tidak bepergian kemana-mana, namun senantiasa mawas diri di rumah dan memusatkan pikiran ke hadapan Tuhan dalam berbagai perwujudan-Nya dan Amati Lelanguan mengacu pada larangan mengadakan hiburan, rekreasi, atau kegiatan bersenang-senang. Ini termasuk tidak makan dan tidak minum.

  “Selain pembersihan alam, secara ritual memiliki hubungan sosialnya. Karena tema yang diangkat pada Nyepi kali ini adalah aktualisasi Tattwa Masi. Kami harus hidup berdampingan dengan alam, berdampingan dengan sesama dan tidak menganggu satu dan lainnya,” jelasnya.

  Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Papua I Komang A. Wardana, SH, MM menyambut Nyepi, umat Hindu melakukan intropeksi diri terhadap hal hal yang sudah 1 tahun dilakukan. Entah itu kebaikan atau keburukan.

  “Tepat perayaan Nyepi, kita melaksanakan kegiatan secara batin. Bagaimana kita mendekatkan diri kepada sang pencipta sesuai dengan visi misi Gubernur menjadi Papua bangkit, mandiri dan sejahtera. Itulah harapan kami selaku umat Hindu, bagaimana kita juga bisa menjaga keharmonisan antara umat yang lain hidup berdampingan  di Provinsi Papua,” ucapnya.

  “Mari kita hidup saling mengasihi satu dan lainnya, sehingga keharmonisan kedamaian menjadi utama bagi kami selaku umat Hindu di Kota Jayapura,” sambungnya.

  Ketua Parisada juga menyampaikan selamat Isra Miraj untuk umat muslim yang merayakan Isra Miraj. Ia berharap semua umat Hindu dimanapun berada mengikuti anjuran pemerintah. Terutama soal vaksin yang saat ini gencar dilakukan oleh pemerintah dan menjaga Prokes. (*/tri)

Melihat Rangkaian Kegiatan Hari Raya Nyepi Umat Hindu di Kota Jayapura

Sebelum memasuki Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1944 yang jatuh pada Kamis (3/3) kemarin, umat Hindu melakukan rangkaian kegiatan upacara pembersihan diri. Perayaan Nyepi bagi umat hindu adalah sebagai ajang untuk intropeksi diri dalam komunikasi dengan Tuhan tapi juga dengan sesama umat manusia dan alam.

Laporan: Elfira-Jayapura

Sebelum memasuki hari raya Nyepi tahun baru saka 1944 yang jatuh pada Kamis (3/3, umat Hindu melakukan serangkaian kegiatan upacara yang dimulai dengan upacara Melasti, Mecaru atau Tawur Agung.  Kemudian dilanjutkan  catur brata penyepian dan terakhir  melakukan dharma santi

  Perayaan Melasti di Kota Jayapura dilakukan secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan. Upacara Melasti yang berlangsung di Pantai Holtekamp tak jauh dari Jembatan Youtefa, Senin (28/2) hanya diikuti puluhan umat hindu dari Parisade Pura Agung Surya Bhuvana Jayapura.

     Upacara Melasti, Mecaru dan Tawur Agung merupakan beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu di Kota Jayapura sebelum memasuki Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1944 yang jatuh pada Kamis (3/3).

   “Melasti adalah memisahkan unsur unsur kekotoran dalam alam besar dan alam kecil,” terang Pinandita I Wayan Wiranyane kepada Cenderawasih Pos.

    Selain mensucikan diri manusia, lanjut Wiranyane, simbol simbol juga perlu disucikan kembali, karena unsur manusia, sifat manusia perkataan, pikiran dan tingkah laku manusia itu sendiri. “Jika kita sudah sama sama memiliki pemikiran yang suci, dampaknya akan membawa kebaikan dan bagaimana memoderasikan pikiran beragama kita sesuai dengan khalayak umat manusia sendiri,” terangnya.

Baca Juga :  Menginap di Bibir Kawah Bawa Kubis dan Bawang Merah

   Setelah upacara Melasti, Umat Hindu Rabu (2/3) lalu melaksanakan upacara tawur yang tingkatannya adalah caru. Sejumalh umat Hindu, dengan kedua tangan memegang sesajen terlihat mengitari Pura diiringi dengan alunan musik gamelan di Pura Agung Surya Bhuvana. Umat Hindu benar-benar khusyuk melakukan persembahyangan menyambut Nyepi.

   Sehari sebelum Nyepi, umat Hindu di Kota Jayapura melakukan upacara Tawur Agung di Pura Agung Surya Bhuvana Kota Jayapura. Ritual ini merupakan persembahan yang tulus ikhlas kepada alam semesta. Setelah upacara macaru dimana membersihkan alam, setelah itu melaksanakan catur brata penyepian pada Kamis (3/3) kemarin.

  Pinandita Pura Agung Surya Bhuvana Kota Jayapura Wayan Wira Adnyana, S.Ag menyampaikan, upacara Mecaru maknanya untuk mengembalikan energi-energi positif.

“Upacara membawa kita untuk hidup rukun dan tentram, sehingga apa yang menjadi tujuan orang melaksanakan Nyepi bisa terwujud,” kata Wayan Wira kepada wartawan.

   Ia juga menyebut dalam pelaksanaan setiap kali upacara menyambut Nyepi, umat Hindu yang hadir tetap dengan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan, jumlah umatpun dibatasi. Hal ini agar pelaksanaan menyambut Nyepi berjalan lancar dan sesuai dengan anjuran pemerintah.

  “Selama 24 jam, kami bisa melaksanakan catur brata penyepian untuk menyambut tahun baru saka 1944  dengan suka cita yaitu Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan dan Amati Lelunguan,” ucapnya.

  Sebagaimana Amati Geni dalam bahasa Bali mengandung makna api. Dengan kata lain, amati geni artinya tidak menyalakan api atau lampu dan tidak boleh mengobarkan hawa nafsu. Amati Karya tidak melakukan kerja atau kegiatan fisik dan tidak bersetubuh, melainkan tekun mengerjakan penyucian rohani.

Baca Juga :  Terkesan Dibiarkan dan Tidak Ada Ketegasan, Aksi  Pungutan Makin Marak

  Amati Lelungan, tidak bepergian kemana-mana, namun senantiasa mawas diri di rumah dan memusatkan pikiran ke hadapan Tuhan dalam berbagai perwujudan-Nya dan Amati Lelanguan mengacu pada larangan mengadakan hiburan, rekreasi, atau kegiatan bersenang-senang. Ini termasuk tidak makan dan tidak minum.

  “Selain pembersihan alam, secara ritual memiliki hubungan sosialnya. Karena tema yang diangkat pada Nyepi kali ini adalah aktualisasi Tattwa Masi. Kami harus hidup berdampingan dengan alam, berdampingan dengan sesama dan tidak menganggu satu dan lainnya,” jelasnya.

  Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Papua I Komang A. Wardana, SH, MM menyambut Nyepi, umat Hindu melakukan intropeksi diri terhadap hal hal yang sudah 1 tahun dilakukan. Entah itu kebaikan atau keburukan.

  “Tepat perayaan Nyepi, kita melaksanakan kegiatan secara batin. Bagaimana kita mendekatkan diri kepada sang pencipta sesuai dengan visi misi Gubernur menjadi Papua bangkit, mandiri dan sejahtera. Itulah harapan kami selaku umat Hindu, bagaimana kita juga bisa menjaga keharmonisan antara umat yang lain hidup berdampingan  di Provinsi Papua,” ucapnya.

  “Mari kita hidup saling mengasihi satu dan lainnya, sehingga keharmonisan kedamaian menjadi utama bagi kami selaku umat Hindu di Kota Jayapura,” sambungnya.

  Ketua Parisada juga menyampaikan selamat Isra Miraj untuk umat muslim yang merayakan Isra Miraj. Ia berharap semua umat Hindu dimanapun berada mengikuti anjuran pemerintah. Terutama soal vaksin yang saat ini gencar dilakukan oleh pemerintah dan menjaga Prokes. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya