Sunday, September 8, 2024
24.7 C
Jayapura

Mendukung dengan Memberi Masukan dan Makan Bareng

Saling Dukung Kakak-Adik Chico Aura Dwi Wardoyo-Ester Nurumi Tri Wardoyo

Keberhasilan Chico menjadi bagian skuad juara Piala Thomas 2020 yang memotivasi Ester untuk bisa masuk skuad Piala Uber. ’’Bro-sist moment’’ biasanya saat Ester ingin curhat kepada Chico.

RIZKY AHMAD FAUZI-DIMAS RAMADHAN, Jakarta

BUTUH empat tahun bagi Ester Nurumi Tri Wardoyo untuk mencapai mimpi yang terinspirasi dari capaian sang kakak, Chico Aura Dwi Wardoyo. Menembus skuad Piala Uber.

Dan, pebulu tangkis kelahiran Jayapura, Papua, 18 tahun lalu itu melangkah lebih jauh lagi dalam turnamen yang berlangsung di Chengdu, Tiongkok, tersebut. Dia berperan penting atas lolosnya Merah Putih sampai ke final. Di partai puncak menghadapi tuan rumah, meski akhirnya kalah, dia satu-satunya penggawa Indonesia yang memaksa lawan bermain rubber game.

Capaian sang kakak yang menginspirasinya adalah saat tim Piala Thomas Indonesia menjuarai edisi 2020 di Aarhus, Denmark. ’’Dari situ saya bertekad bisa menjadi bagian tim (Uber) dan baru terwujud tahun ini,” ungkapnya.

Keberadaan kakak-beradik Chico-Ester dalam satu tim Thomas-Uber di satu edisi juga menjadi sejarah. Mengulangi torehan Eddy Hartono-Hariyanto Arbi di edisi Piala Thomas 1994 Jakarta dan Indra Widjaja-Candra Wijaya dalam Piala Thomas 1998.

Untuk kakak-beradik putra-putri sebelumnya tercatat atas nama Rudy Hartono-Utami Dewi. Namun, saat itu Piala Thomas dan Uber tidak berlangsung bersamaan. Rudy mengoleksi juara di empat edisi (1970, 1973, 1976, 1979) dan dua runner-up (1967, 1982). Sedangkan Dewi menjadi bagian tim Indonesia juara di edisi 1975 serta finalis edisi 1969 dan 1972.

Baca Juga :  Apindo Dukung Pengembangan Industri Hijau

Chico yang berusia enam tahun lebih tua sudah menjadi motivasi sang adik sedari kecil. ’’Dari umur 6 tahun, saat aku masih di Papua,’’ ungkapnya kepada Jawa Pos di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, awal Mei lalu.

Ternyata Ester kemudian jatuh cinta dengan badminton. ’’Aku senang abis itu, aku jadi kayak pengin mimpinya tinggi mau jadi kayak Susy (Susanti),’’ katanya.

Chico sendiri pertama kenal badminton dari sang papa. ’’Tapi, saya cuma diajak aja, belum main. Lama-lama saya lihat orang main jadi suka, jadi mulai coba-coba. Pas kelas III SD,’’ tutur pemain kelahiran Jayapura, 15 Juni 1998, itu.

Di Papua sangat jarang ada tempat bermain badminton. ’’Terus klubnya juga cuma ada dua. Jadi, pertandingan agak minim,’’ ungkapnya.

Chico kali pertama pindah ke PB Exist saat duduk di bangku kelas X SMA pada 2013. Waktu itu dia diajak Gabriela Moningka bersama sang kakak tertua,  Chikitha Wardoyo.

Saat Ester mengikuti jejaknya ke Exist sekitar 2014/2015, keduanya sempat terpisah. Sebab, Chico mulai magang di pelatnas dan Ester baru merintis di klub barunya tersebut.

Baik Chico maupun Ester sama-sama merasa beruntung orang tua mereka ikut ke Jakarta. Chico jadi bisa lebih fokus di pelatnas dan Ester turut dijaga sang mama.

Baca Juga :  Gagal ke Parlemen, Tapi Menangkan Suara Rakyat

Adapun bentuk dukungan masing-masing di luar lapangan beragam. ’’Kayak kasih masukan dan makan bareng,’’ ungkap Chico.

Tapi, makan bareng pun tak terlalu sering. Sebab, Ester lebih banyak bareng teman-temannya, baik di klub maupun di pelatnas. ’’Saya di kamar aja. Cuma ada bro-sist moment pas dia mau sharing atau apa ya sudah ketemu,’’ katanya.

Selebihnya, lanjut Chico, hubungan dengan sang adik tak banyak beda dengan kaka-adik pada umumnya. ’’Kalau udah gede nggak terlalu sering berantem. Kalau dulu biasa, saling ngeledek, ngisengin,’’ tuturnya.

Pemilik PB Exist sekaligus Ketua Harian PP PBSI Alex Tirta senang ada kakak beradik yang berasal dari klubnya. Dia menilai kemampuan Ester yang bisa menjadi tulang punggung tim Uber Indonesia tak lepas dari berbagai hal.

Pertama kerja keras pemain. ’’Artinya, di dalam klub pun punya keseriusan,’’ ujarnya.

Selain itu, pelatih yang mengarsiteki Ester di klub dan pelatnas sama. Di antaranya Herli Djaenudin yang saat ini menempati asisten pelatih tunggal putri utama pelatnas dan Asep Suharno-Morico Harda yang mengisi slot pelatih tunggal putri pratama. ’’Ke depan, dari mana pun, Exist siap membuka pintu untuk semua pemain,’’ ucapnya. (*/c17/ttg)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

Saling Dukung Kakak-Adik Chico Aura Dwi Wardoyo-Ester Nurumi Tri Wardoyo

Keberhasilan Chico menjadi bagian skuad juara Piala Thomas 2020 yang memotivasi Ester untuk bisa masuk skuad Piala Uber. ’’Bro-sist moment’’ biasanya saat Ester ingin curhat kepada Chico.

RIZKY AHMAD FAUZI-DIMAS RAMADHAN, Jakarta

BUTUH empat tahun bagi Ester Nurumi Tri Wardoyo untuk mencapai mimpi yang terinspirasi dari capaian sang kakak, Chico Aura Dwi Wardoyo. Menembus skuad Piala Uber.

Dan, pebulu tangkis kelahiran Jayapura, Papua, 18 tahun lalu itu melangkah lebih jauh lagi dalam turnamen yang berlangsung di Chengdu, Tiongkok, tersebut. Dia berperan penting atas lolosnya Merah Putih sampai ke final. Di partai puncak menghadapi tuan rumah, meski akhirnya kalah, dia satu-satunya penggawa Indonesia yang memaksa lawan bermain rubber game.

Capaian sang kakak yang menginspirasinya adalah saat tim Piala Thomas Indonesia menjuarai edisi 2020 di Aarhus, Denmark. ’’Dari situ saya bertekad bisa menjadi bagian tim (Uber) dan baru terwujud tahun ini,” ungkapnya.

Keberadaan kakak-beradik Chico-Ester dalam satu tim Thomas-Uber di satu edisi juga menjadi sejarah. Mengulangi torehan Eddy Hartono-Hariyanto Arbi di edisi Piala Thomas 1994 Jakarta dan Indra Widjaja-Candra Wijaya dalam Piala Thomas 1998.

Untuk kakak-beradik putra-putri sebelumnya tercatat atas nama Rudy Hartono-Utami Dewi. Namun, saat itu Piala Thomas dan Uber tidak berlangsung bersamaan. Rudy mengoleksi juara di empat edisi (1970, 1973, 1976, 1979) dan dua runner-up (1967, 1982). Sedangkan Dewi menjadi bagian tim Indonesia juara di edisi 1975 serta finalis edisi 1969 dan 1972.

Baca Juga :  Diharap Jadi Motivasi 86 Prodi Lain dan Berupaya Raih Akreditasi Internasional

Chico yang berusia enam tahun lebih tua sudah menjadi motivasi sang adik sedari kecil. ’’Dari umur 6 tahun, saat aku masih di Papua,’’ ungkapnya kepada Jawa Pos di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, awal Mei lalu.

Ternyata Ester kemudian jatuh cinta dengan badminton. ’’Aku senang abis itu, aku jadi kayak pengin mimpinya tinggi mau jadi kayak Susy (Susanti),’’ katanya.

Chico sendiri pertama kenal badminton dari sang papa. ’’Tapi, saya cuma diajak aja, belum main. Lama-lama saya lihat orang main jadi suka, jadi mulai coba-coba. Pas kelas III SD,’’ tutur pemain kelahiran Jayapura, 15 Juni 1998, itu.

Di Papua sangat jarang ada tempat bermain badminton. ’’Terus klubnya juga cuma ada dua. Jadi, pertandingan agak minim,’’ ungkapnya.

Chico kali pertama pindah ke PB Exist saat duduk di bangku kelas X SMA pada 2013. Waktu itu dia diajak Gabriela Moningka bersama sang kakak tertua,  Chikitha Wardoyo.

Saat Ester mengikuti jejaknya ke Exist sekitar 2014/2015, keduanya sempat terpisah. Sebab, Chico mulai magang di pelatnas dan Ester baru merintis di klub barunya tersebut.

Baik Chico maupun Ester sama-sama merasa beruntung orang tua mereka ikut ke Jakarta. Chico jadi bisa lebih fokus di pelatnas dan Ester turut dijaga sang mama.

Baca Juga :  Untuk Ayah yang Meninggal dan Ibu yang Dirawat di RS

Adapun bentuk dukungan masing-masing di luar lapangan beragam. ’’Kayak kasih masukan dan makan bareng,’’ ungkap Chico.

Tapi, makan bareng pun tak terlalu sering. Sebab, Ester lebih banyak bareng teman-temannya, baik di klub maupun di pelatnas. ’’Saya di kamar aja. Cuma ada bro-sist moment pas dia mau sharing atau apa ya sudah ketemu,’’ katanya.

Selebihnya, lanjut Chico, hubungan dengan sang adik tak banyak beda dengan kaka-adik pada umumnya. ’’Kalau udah gede nggak terlalu sering berantem. Kalau dulu biasa, saling ngeledek, ngisengin,’’ tuturnya.

Pemilik PB Exist sekaligus Ketua Harian PP PBSI Alex Tirta senang ada kakak beradik yang berasal dari klubnya. Dia menilai kemampuan Ester yang bisa menjadi tulang punggung tim Uber Indonesia tak lepas dari berbagai hal.

Pertama kerja keras pemain. ’’Artinya, di dalam klub pun punya keseriusan,’’ ujarnya.

Selain itu, pelatih yang mengarsiteki Ester di klub dan pelatnas sama. Di antaranya Herli Djaenudin yang saat ini menempati asisten pelatih tunggal putri utama pelatnas dan Asep Suharno-Morico Harda yang mengisi slot pelatih tunggal putri pratama. ’’Ke depan, dari mana pun, Exist siap membuka pintu untuk semua pemain,’’ ucapnya. (*/c17/ttg)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya