JAYAPURA – Galeri Kreatif Dinas Kehutanan Provinsi Papua yang merupakan pusat oleh-oleh khas Papua, menyediakan 200 lebih hasil produksi hasil hutan bukan kayu. Beralamatkan di Jalan Raya Abepura – Sentani, Distrik Abepura tepatnya di Lingkaran Abepura.
Galeri kreatif ini meningkatkan produksi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sekaligus turut berpartisipasi menyediakan pasar bagi pelaku UMKM lokal yang da di Papua, sebab ia menampung setiap produksi hutan bukan kayu.
Plt. Kadis Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Aristoteles Ap mengatakan Galeri Kreatif Dinas Kehutanan Provinsi Papua ini dibuka sejak 18 Agustus 2021. Hasil tidak lanjut binaan yang dilakukan DKLH kepada kelompok-kelompok tani hutan di Papua.
“Pembinaan yang kami lakukan tersebut nampak memberikan hasil berupa olahan hasil hutan bukan kayu,” kata Aristoteles kepada Cenderawasih Pos, Senin (28/10).
Aristoteles menjelaskan, pembinaan yang dilakukan melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) DKLH. Dan ini merupakan solusi dari dinas kehutanan untuk menyelamatkan hutan Papua.
Lanjutnya, dengan upaya tersebut, dinas kehutanan mengajak masyarakat tetap menjaga hutan tanpa harus menebang pohon.
“Tidak heran dengan pengembangan tersebut banyak produksi olahan hutan tapi bukan kayu yang tersedia di dalam Galeri Kreatif Dinas Kehutanan Provinsi Papua, seperti minyak kayu putih, minyak buah merah, minyak siri, minyak kemiri, minyak kelapa atau VCO, tepung sagu, aneka olahan sagu, noken, anyaman kulit kayu hingga aksesoris lainnya,” terangnya.
“Kurang lebih 200 produk yang kami sediakan di galeri ini, dan ini semua hasil produksi dari masyarakat asli Papua. Kami menyiapkan pasar bagi mereka, memberikan pendampingan, bahkan pendampingan yang dilakukan secara bertahap, terus ada pengawasan kepada kelompok-kelompok usaha tersebut agar usahanya terus berlanjut,” sambungnya.
DKLH Papua melalui galeri kreatif menerima semua produk yang ada di Papua, khususnya hasil hutan bukan kayu. Dimana sebagian besar adalah produk-produk binaan mereka, selain itu juga menampung hasil produksi dari kelompok lainnya. Baik itu perajin kulit kayu, noken, kopi dan olahan sagu lainnya.
Diakuinya, untuk harga sangat terjangkau. Olahan sagu seperti aneka kue kering, cemilan sagu, steak sagu gula aren, steak sagu keju, tuna, ubi ungu mulai dari Rp 30 ribuan. Harga aksesoris dimulai dari Rp 15 ribuan, dan minyak kayu putih dimulai dari Rp 30 ribuan.
“Yang paling mahal di sini adalah harga tas rajut angrek, harganya bisa mencapai jutaan. Sedangkan untuk kuliner dimulai dari Rp 30 ribuan,” jelasnya.
Sekadar diketahui, Galeri Kreatif Dinas Kehutanan Provinsi Papua merupakan pusat oleh-oleh Papua terlengkap, khususnya olahan hutan bukan kayu. Tersedia juga jajanan kripik dan aksesoris lainnya. (ana/fia)