Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

BEI: Investor di Tanah Papua Terus Tumbuh

JAYAPURA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklaim, investor di tanah Papua berkembang sepanjang tahun 2023. Dari data yang dimiliki, ada 74.263 investor pasar modal. Dimana terbagi di wilayah Papua sebanyak 51.244 investor dan Papua Barat berjumlah 23.019 investor.

Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Perwakilan Papua dan Papua Barat, Kresna A. Payokwa menyebut, jumlah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya berjumlah 44.945 investor.

“Pertumbuhan secara total hingga Agustus 2023 ada 10.275 investor baru di Wilayah Papua dan Papua Barat,” kata Kresna yang ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Selasa (26/9).

Lanjut Kresna, dilihat dari sisi transaksi secara total Papua dan Papua Barat hingga Agustus secara akumulasi transaksinya mencapai Rp 2,5 triliun. Angka ini juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, dimana periode 8 bulan pertama di angka sekitar Rp 2,3 triliun.“Peningkatan ini ditunjang oleh peningkatan jumlah investor di wilayah Papua dan Papua Barat,” kata Kresna.

Baca Juga :  Jumlah Kasus DBD Bertambah di Asmat

Menurut Kresna, peningkatan investor pasar modal dan transaksi berkaitan erat dengan kegiatan kegiatan literasi dan sosialisasi yang terus dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia di Papua.

“Dari segi kegiatan edukasi pasar modal yang kami lakukan hingga pertengahan tahun ini menunjukan total pesertanya sampai Juni 2023 mencapai 2.234 peserta, baik secara  online maupun ofline. Sementara total seluruh kegiatan yang kami lakukan telah menjaring jumlah peserta sebanyak sekitar 22.637 peserta,” bebernya.

Sejauh ini kata Kresna, pembelian saham didominasi oleh saham- saham perbankan, beberapa lainnya dibagian sektor komoditas.

“Investor masih nyaman berinvestasi pada saham-saham perbankan diantaranya seperti BCA, Mandiri dan BRI. Sebab ketiga perusahaan itu merupakan perusahaan yang saat ini mendominasi market cap di BEI,” ucapnya.

Kresna menerangkan, alasan investor tertarik dengan perbankan lantaran melihat Perbankan relatif lebih stabil. Bahkan berdasarkan data BEI, ketika terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada saat covid dan peran Rusia Ukraina. Sektor perbankan  merupakan sektor yang cepat terdampak, namun juga paling cepat pulih.“Hal inilah yang membuat investor lebih suka menanamkan investasinya pada sektor perbankan,” ucapnya.

Baca Juga :  Harga Emas Bertahan Diangka Rp 850 ribu/gram

Bagi masyarakat yang ingin berinvestasi, Kresna mengingatkan dua hal penting yakni legal dan logis. Legal dalam artian masyarakat harus memastikan bahwa yang menawarkan investasi benar- benar legal dan diawasi oleh otoritas di negara kita dalam hal ini OJK. Harus memiliki badan hukum yang jelas, perusahaan bisnisnya juga harus bisa diklarifikasi posisinya dimana.

Sementara logis adalah keuntungan yang ditawarkan perusahaan tersebut harus logis, jangan sampai masyarakat tergiur lantara penawaran keuntungannya besar dan dikasih bunya yang tinggi dalam waktu yang singkat.

“Jangan sampai kita mudah terbujuk dengan penawaran investasi yang tidak legal dan tidak logis, dua hal itu bisa menjadi pegangan masyarakat untuk berinvestasi,” tandasnya. (fia/ary)

JAYAPURA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklaim, investor di tanah Papua berkembang sepanjang tahun 2023. Dari data yang dimiliki, ada 74.263 investor pasar modal. Dimana terbagi di wilayah Papua sebanyak 51.244 investor dan Papua Barat berjumlah 23.019 investor.

Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Perwakilan Papua dan Papua Barat, Kresna A. Payokwa menyebut, jumlah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya berjumlah 44.945 investor.

“Pertumbuhan secara total hingga Agustus 2023 ada 10.275 investor baru di Wilayah Papua dan Papua Barat,” kata Kresna yang ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Selasa (26/9).

Lanjut Kresna, dilihat dari sisi transaksi secara total Papua dan Papua Barat hingga Agustus secara akumulasi transaksinya mencapai Rp 2,5 triliun. Angka ini juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, dimana periode 8 bulan pertama di angka sekitar Rp 2,3 triliun.“Peningkatan ini ditunjang oleh peningkatan jumlah investor di wilayah Papua dan Papua Barat,” kata Kresna.

Baca Juga :  Penukaran UPK 75 Tahun RI Dapat Dilakukan Kolektif dan Individu

Menurut Kresna, peningkatan investor pasar modal dan transaksi berkaitan erat dengan kegiatan kegiatan literasi dan sosialisasi yang terus dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia di Papua.

“Dari segi kegiatan edukasi pasar modal yang kami lakukan hingga pertengahan tahun ini menunjukan total pesertanya sampai Juni 2023 mencapai 2.234 peserta, baik secara  online maupun ofline. Sementara total seluruh kegiatan yang kami lakukan telah menjaring jumlah peserta sebanyak sekitar 22.637 peserta,” bebernya.

Sejauh ini kata Kresna, pembelian saham didominasi oleh saham- saham perbankan, beberapa lainnya dibagian sektor komoditas.

“Investor masih nyaman berinvestasi pada saham-saham perbankan diantaranya seperti BCA, Mandiri dan BRI. Sebab ketiga perusahaan itu merupakan perusahaan yang saat ini mendominasi market cap di BEI,” ucapnya.

Kresna menerangkan, alasan investor tertarik dengan perbankan lantaran melihat Perbankan relatif lebih stabil. Bahkan berdasarkan data BEI, ketika terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada saat covid dan peran Rusia Ukraina. Sektor perbankan  merupakan sektor yang cepat terdampak, namun juga paling cepat pulih.“Hal inilah yang membuat investor lebih suka menanamkan investasinya pada sektor perbankan,” ucapnya.

Baca Juga :  Sumpah Pemuda, Hypermart Hadirkan Promo Menarik

Bagi masyarakat yang ingin berinvestasi, Kresna mengingatkan dua hal penting yakni legal dan logis. Legal dalam artian masyarakat harus memastikan bahwa yang menawarkan investasi benar- benar legal dan diawasi oleh otoritas di negara kita dalam hal ini OJK. Harus memiliki badan hukum yang jelas, perusahaan bisnisnya juga harus bisa diklarifikasi posisinya dimana.

Sementara logis adalah keuntungan yang ditawarkan perusahaan tersebut harus logis, jangan sampai masyarakat tergiur lantara penawaran keuntungannya besar dan dikasih bunya yang tinggi dalam waktu yang singkat.

“Jangan sampai kita mudah terbujuk dengan penawaran investasi yang tidak legal dan tidak logis, dua hal itu bisa menjadi pegangan masyarakat untuk berinvestasi,” tandasnya. (fia/ary)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya