JAYAPURA – Penjualan tempurung kelapa dan arang di pasar tradisional Jayapura menurun selama Ramadan. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya kegiatan bakar-bakar ikan atau ayam yang biasanya dilakukan sebagian warga setiap ada acara.
Syamsudin, penjual tempurung kelapa di Pasar Entrop mengaku penjualan tempurung kelapa selama Ramadan tidak sebanyak hari biasa.
“Saya hanya bisa menjual empat kantong plastik tempurung kelapa per hari, dengan harga Rp 10.000 per kantong,” ujarnya, Rabu (19/3).
Namun, penjualan kelapa parut justru mengalami peningkatan selama Ramadan. “Kelapa parut lebih laris karena untuk kebutuhan membuat kue jajanan takjil atau kue Lebaran,” tambah Syamsudin.
Hal senada juga disampaikan Hasan, penjual arang di Pasar Hamadi. Ia mengaku penjualan arang menurun selama bulan puasa.
Kata Hasan, harga arang lebih mahal dibanding tempurung kelapa. Sebab ada proses pembakaran kayu untuk jadi arang.
“Belum lagi dilakukan penumbukan arang supaya ukurannya tidak terlalu besar saat dibakar, harus ada modal dan tenaga yang ekstra,” kata Hasan.
Diakui, harga arang bisa mencapai Rp 75.000 jauh lebih mahal dibanding tempurung kelapa, karena kekuatan api arang yang lebih tahan lama dibanding tempurung kelapa.
“Arang lebih banyak dibeli oleh warung makan dan cafe, karena mereka membutuhkan api yang lama untuk bakar ikan dan ayam,” tandasnya.(dil/fia)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos