Thursday, March 28, 2024
26.7 C
Jayapura

Terkendala, 18 Kontainer Ekspor Belum Terisi

Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Jayapura, Jumat (12/4) kemarin. Ekspor kayu yang mengalami kendala berdampak pada belum terisinya 18 kontainer ekspor kayu yang didatangkan oleh PT.SPIL.( FOTO : Yohana/Cepos)

JAYAPURA – Sudah sebulan lebih, 18 kontainer ekspor kayu yang didatangkan oleh  PT. SPIL sampai saat ini masih belum keluar dari Pelabuhan Jayapura, karena proses pengiriman ekspor kayu dari Jayapura mengalami kendala.

 Pimpinan Cabang SPIL Jayapura Bambang Sunardi  mengatakan, kontainer ekspor memang khusus pihaknya datangkan langsung dari luar negeri, karena permintaan dari pihak distributor kayu ekspor. Namun 18 kontainer tersebut sampai dengan saat ini belum terisi.

“Sampai dengan saat ini kontainer ekspor yang kami datangkan sudah sebulan di Pelabuhan Jayapura, semenjak ekspor kayu terkendala. Sekarang kami lebih dominan melayani pengiriman minyak kelapa sawit atau yang sering dikenal dengan CPO (Crude Palm Oil),’ ungkap Bambang kepada Cenderawasih Pos, Jumat (12/4) kemarin.

Baca Juga :  Sektor Perhotelan Harus Ikuti Aturan Membayar Pajak

 Diakuinya, selain CPO pihaknya juga melayani pengiriman besi tua dari Jayapura, akan tetapi yang paling dominan adalah CPO. Khusus untuk Papua memiliki banyak potensi yang belum digali. Pihaknya dalam melayani jasa angkutan untuk ekspor maupun antar pulau sudah sangat siap, akan tetapi komoditinya yang belum disiapkan.

“Dalam sebulan jumlah kontainer yang masuk ke Jayapura khusus untuk kami SPIL sebanyak 1.800 – Rp 2.000 kontainer, akan tetapi kontainer yang kembali dengan muatan hanya sebanyak 20 persen dari jumlah 1.800-2.000 kontainer. Hal ini mengingat di Papua merupakan daerah konsumtif sehingga lebih banyak mendatangkan produk ketimbang menjual kembali,” jelasnya.

 Lanjutnya, untuk 20 persen kontainer yang teriisi setiap bulannya, disumbangkan oleh CPO yang biasanya terisi 20 kontainer setiap bulan. Belum ditambah dengan besi tua dan kayu, akan tetapi saat ini ekspor kayu terkendala dan secara otomatis akan sangat mempengaruhi penurunan jumlah ekspor ke luar Papua. (ana/ary)

Baca Juga :  Tarif Tiket Naik, Target Penumpang Juga Naik
Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Jayapura, Jumat (12/4) kemarin. Ekspor kayu yang mengalami kendala berdampak pada belum terisinya 18 kontainer ekspor kayu yang didatangkan oleh PT.SPIL.( FOTO : Yohana/Cepos)

JAYAPURA – Sudah sebulan lebih, 18 kontainer ekspor kayu yang didatangkan oleh  PT. SPIL sampai saat ini masih belum keluar dari Pelabuhan Jayapura, karena proses pengiriman ekspor kayu dari Jayapura mengalami kendala.

 Pimpinan Cabang SPIL Jayapura Bambang Sunardi  mengatakan, kontainer ekspor memang khusus pihaknya datangkan langsung dari luar negeri, karena permintaan dari pihak distributor kayu ekspor. Namun 18 kontainer tersebut sampai dengan saat ini belum terisi.

“Sampai dengan saat ini kontainer ekspor yang kami datangkan sudah sebulan di Pelabuhan Jayapura, semenjak ekspor kayu terkendala. Sekarang kami lebih dominan melayani pengiriman minyak kelapa sawit atau yang sering dikenal dengan CPO (Crude Palm Oil),’ ungkap Bambang kepada Cenderawasih Pos, Jumat (12/4) kemarin.

Baca Juga :  Jelang Idul Fitri, Pemkab Mappi Gelar Pasar Murah

 Diakuinya, selain CPO pihaknya juga melayani pengiriman besi tua dari Jayapura, akan tetapi yang paling dominan adalah CPO. Khusus untuk Papua memiliki banyak potensi yang belum digali. Pihaknya dalam melayani jasa angkutan untuk ekspor maupun antar pulau sudah sangat siap, akan tetapi komoditinya yang belum disiapkan.

“Dalam sebulan jumlah kontainer yang masuk ke Jayapura khusus untuk kami SPIL sebanyak 1.800 – Rp 2.000 kontainer, akan tetapi kontainer yang kembali dengan muatan hanya sebanyak 20 persen dari jumlah 1.800-2.000 kontainer. Hal ini mengingat di Papua merupakan daerah konsumtif sehingga lebih banyak mendatangkan produk ketimbang menjual kembali,” jelasnya.

 Lanjutnya, untuk 20 persen kontainer yang teriisi setiap bulannya, disumbangkan oleh CPO yang biasanya terisi 20 kontainer setiap bulan. Belum ditambah dengan besi tua dan kayu, akan tetapi saat ini ekspor kayu terkendala dan secara otomatis akan sangat mempengaruhi penurunan jumlah ekspor ke luar Papua. (ana/ary)

Baca Juga :  Triwulan III 2023,  Perekonomian Papua Tumbuh 8,28 Persen

Berita Terbaru

Artikel Lainnya