Sunday, October 13, 2024
31.7 C
Jayapura

Ekonomi RI Kuartal II-2024 Diprediksi Melambat Hanya 5,02 Persen

JAKARTA– Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi RI pada Kuartal II-2024 akan melambat menjadi 5,02 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,11 persen.

“Kami memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat, namun tetap berkisar 5 persen (yoy) di 2Q24 (Kuartal II-2024). Pertumbuhan PDB pada 2Q24 diperkirakan akan melambat menjadi sekitar 5,02 persen (yoy), melambat dari 5,11 persen (yoy) yang tercatat pada 1Q24 (Kuartal I-2024),” kata Josua dalam risetnya, Senin (5/8).
Dia menjelaskan, pertumbuhan yang masih berada di kisaran 5 persen terutama didorong oleh permintaan domestik yang relatif tetap kuat meskipun terjadi penurunan permintaan eksternal.
Adapun penurunan permintaan eksternal sebagian besar disebabkan oleh perlambatan ekonomi global, terutama Tiongkok, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan mitra dagang utama Indonesia.
Di mana pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat secara signifikan dari 5,3 persen (yoy) pada Kuartal I-2024 menjadi 4,7 persen (yoy) pada Kuartal II-2024 yang berdampak buruk pada kinerja ekspor.
“Namun, permintaan domestik juga diperkirakan akan melambat di Kuartal II-2024 karena beberapa faktor. Pertama, pergeseran bulan Ramadan dari kuartal kedua ke kuartal pertama tahun ini dapat mengurangi pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal kedua, yang biasanya mengalami lonjakan selama periode ini,” jelasnya.
“Mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh perekonomian Indonesia, pergeseran ini dapat berdampak pada PDB secara keseluruhan,” imbuhnya.
Selanjutnya, Josua membeberkan belanja pemerintah diperkirakan akan melambat secara signifikan seiring dengan normalisasi belanja setelah Pemilu 2024 pada 24 Februari. Kemudian, investasi swasta kemungkinan akan tetap lemah, seperti yang ditunjukkan oleh PMI manufaktur yang menurun.
“Hal ini mencerminkan pendekatan ‘wait and see’ yang terus berlanjut di kalangan produsen, didorong oleh ketidakpastian atas agenda kebijakan ekonomi pemerintah baru dan risiko yang terkait dengan perlambatan ekonomi global, dan dampak yang bersumber dari risiko suku bunga kebijakan ‘higher for longer’ oleh The Fed yang menyebabkan pelemahan Rupiah. Kami melihat bahwa hal ini memang menghambat rencana ekspansi bisnis,” bebernya.
Di sisi lain, Josua menyampaikan ada beberapa faktor yang dapat memberikan momentum kenaikan di Kuartal II-2024. Mulai dari percepatan investasi pemerintah, terutama di bidang infrastruktur yang terkait dengan Proyek Strategis Nasional (PSN). Lalu, dampak ekonomi yang lebih tinggi dari mudik selama perayaan Idul Fitri dan hari libur nasional lainnya.
“Serta, produksi pertanian, terutama padi yang diperkirakan akan kembali normal setelah kejadian El Nino yang menggeser musim panen dari kuartal pertama ke kuartal kedua,” pungkasnya. (*)
Sumber: Jawapos
Baca Juga :  BPS: Ekonomi Papua Alami Pertumbuhan 3,81 Persen

JAKARTA– Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi RI pada Kuartal II-2024 akan melambat menjadi 5,02 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,11 persen.

“Kami memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat, namun tetap berkisar 5 persen (yoy) di 2Q24 (Kuartal II-2024). Pertumbuhan PDB pada 2Q24 diperkirakan akan melambat menjadi sekitar 5,02 persen (yoy), melambat dari 5,11 persen (yoy) yang tercatat pada 1Q24 (Kuartal I-2024),” kata Josua dalam risetnya, Senin (5/8).
Dia menjelaskan, pertumbuhan yang masih berada di kisaran 5 persen terutama didorong oleh permintaan domestik yang relatif tetap kuat meskipun terjadi penurunan permintaan eksternal.
Adapun penurunan permintaan eksternal sebagian besar disebabkan oleh perlambatan ekonomi global, terutama Tiongkok, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan mitra dagang utama Indonesia.
Di mana pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat secara signifikan dari 5,3 persen (yoy) pada Kuartal I-2024 menjadi 4,7 persen (yoy) pada Kuartal II-2024 yang berdampak buruk pada kinerja ekspor.
“Namun, permintaan domestik juga diperkirakan akan melambat di Kuartal II-2024 karena beberapa faktor. Pertama, pergeseran bulan Ramadan dari kuartal kedua ke kuartal pertama tahun ini dapat mengurangi pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal kedua, yang biasanya mengalami lonjakan selama periode ini,” jelasnya.
“Mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh perekonomian Indonesia, pergeseran ini dapat berdampak pada PDB secara keseluruhan,” imbuhnya.
Selanjutnya, Josua membeberkan belanja pemerintah diperkirakan akan melambat secara signifikan seiring dengan normalisasi belanja setelah Pemilu 2024 pada 24 Februari. Kemudian, investasi swasta kemungkinan akan tetap lemah, seperti yang ditunjukkan oleh PMI manufaktur yang menurun.
“Hal ini mencerminkan pendekatan ‘wait and see’ yang terus berlanjut di kalangan produsen, didorong oleh ketidakpastian atas agenda kebijakan ekonomi pemerintah baru dan risiko yang terkait dengan perlambatan ekonomi global, dan dampak yang bersumber dari risiko suku bunga kebijakan ‘higher for longer’ oleh The Fed yang menyebabkan pelemahan Rupiah. Kami melihat bahwa hal ini memang menghambat rencana ekspansi bisnis,” bebernya.
Di sisi lain, Josua menyampaikan ada beberapa faktor yang dapat memberikan momentum kenaikan di Kuartal II-2024. Mulai dari percepatan investasi pemerintah, terutama di bidang infrastruktur yang terkait dengan Proyek Strategis Nasional (PSN). Lalu, dampak ekonomi yang lebih tinggi dari mudik selama perayaan Idul Fitri dan hari libur nasional lainnya.
“Serta, produksi pertanian, terutama padi yang diperkirakan akan kembali normal setelah kejadian El Nino yang menggeser musim panen dari kuartal pertama ke kuartal kedua,” pungkasnya. (*)
Sumber: Jawapos
Baca Juga :  Tahun Ini Perbatasan RI-PNG Miliki SPBU Satu Harga

Berita Terbaru

Artikel Lainnya