Thursday, April 25, 2024
33.7 C
Jayapura

Drone Tempur Perdana Indonesia Uji Terbang Tahun Depan

Drone tipe MALE menjalani proses roll-out di hanggar komplek PT Dirgantara Indonesia (DI) di Bandung (30/12). Foto dokumentasi BPPT

JAKARTA – Untuk pertama kalinya drone karya anak bangsa bakal dijadikan sebagai alat pertahanan. Pesawat udara nir awak (PUNA) tipe medium altitude long endurance (MALE) yang mampu terbang selama 24 jam nonstop bakal dilengkapi dengan peluru kendali (rudal). Drone ini tahun depan ditargetkan mulai uji terbang.

Drone atau pesawat tanpa awak itu secara resmi dikenalkan kemarin (30/12). Prosesi roll-out dilakukan di hanggar milik PT Dirgantara dipimpin langsung oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza. Saat membacakan sambutan Menristek Bambang Brodjonegoro, Hammam menyampaikan drone itu diberi nama Elang Hitam (Black Eagle).

Hammam menuturkan drone tersebut merupakan salah satu inovasi dalam negeri di bidang pertahanan. Drone itu diyakini mampu terbang tanpa henti atau nonstop selama 24 jam. Kemudian juga dilengkapi dengan pengendalian multiple unmanned aerial vehicle (UAV) secara bersamaan. ’’Pesawat tanpa awak MALE ini hasil rancang bangun, rekayasa, dan produksi anak bangsa,’’ tegas Hammam.

Baca Juga :  PT. Telkom Digugat Rp 276 Miliar

Sebagai bagian dari sistem pertahanan, drone yang memiliki panjang 8,3 meter dan bentang sayap 16 meter itu akan dilengkapi dengan rudal. Hammam berharap tahun depan sudah tersedia dua prototype drone Elang Hitam. Sehingga mendukung rencana uji terbang yang juga dijadwalkan pada 2020 nanti.

Hammam menceritakan proyek PUNA tipe MALE atau drone Elang Hitam dimulai sejak 2015 lalu oleh Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan engineering document pada 2017 oleh Balitbang Kemenhan bersama BPPT. Pada saat itu juga dibentuk Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) MALE.

Anggota konsorsium itu dari Kemenhan, BPPT, TNI AU, ITB, PT DI, dan PT Len Industri. Kemudian tahun ini Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) ikut bergabung dalam konsorsium. Dia mengatakan tahun ini adalah tahap manufacturing. ’’Pada 2019 ini juga dilakukan pula pengadaan flight control system (FCS) yang diproduksi di Spanyol,’’ jelasnya. Rencananya FCS tersebut akan diintegrasikan pada drone Elang Hitam awal tahun depan.  

Baca Juga :  Tiga Warga Dilaporkan Tewas

Dia berharap proses uji terbang drone Elang Hitam tahun depan berjalan lancar. Kemudian proses sertifikasi dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan juga sudah keluar pada akhir 2021 nanti. Drone ini nantinya diharapkan bisa mengisi kebutuhan squadron TNI AU untuk mengawasi wilayah NKRI. CH-4 Drone ini diharapkan bisa menjalankan misi penjagaan wilayah perbatasan, kasus terorisme, penyelendupan, pembajakan, hingga illegal logging serta pencurian ikan dengan efisien. Saat ini TNI AU memiliki drone tempur CH-4 buatan Tiongkok. (wan/JPG)

Drone tipe MALE menjalani proses roll-out di hanggar komplek PT Dirgantara Indonesia (DI) di Bandung (30/12). Foto dokumentasi BPPT

JAKARTA – Untuk pertama kalinya drone karya anak bangsa bakal dijadikan sebagai alat pertahanan. Pesawat udara nir awak (PUNA) tipe medium altitude long endurance (MALE) yang mampu terbang selama 24 jam nonstop bakal dilengkapi dengan peluru kendali (rudal). Drone ini tahun depan ditargetkan mulai uji terbang.

Drone atau pesawat tanpa awak itu secara resmi dikenalkan kemarin (30/12). Prosesi roll-out dilakukan di hanggar milik PT Dirgantara dipimpin langsung oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza. Saat membacakan sambutan Menristek Bambang Brodjonegoro, Hammam menyampaikan drone itu diberi nama Elang Hitam (Black Eagle).

Hammam menuturkan drone tersebut merupakan salah satu inovasi dalam negeri di bidang pertahanan. Drone itu diyakini mampu terbang tanpa henti atau nonstop selama 24 jam. Kemudian juga dilengkapi dengan pengendalian multiple unmanned aerial vehicle (UAV) secara bersamaan. ’’Pesawat tanpa awak MALE ini hasil rancang bangun, rekayasa, dan produksi anak bangsa,’’ tegas Hammam.

Baca Juga :  Satu KKB yang Tewas Berstatus Pimpinan Kelompok

Sebagai bagian dari sistem pertahanan, drone yang memiliki panjang 8,3 meter dan bentang sayap 16 meter itu akan dilengkapi dengan rudal. Hammam berharap tahun depan sudah tersedia dua prototype drone Elang Hitam. Sehingga mendukung rencana uji terbang yang juga dijadwalkan pada 2020 nanti.

Hammam menceritakan proyek PUNA tipe MALE atau drone Elang Hitam dimulai sejak 2015 lalu oleh Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan engineering document pada 2017 oleh Balitbang Kemenhan bersama BPPT. Pada saat itu juga dibentuk Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) MALE.

Anggota konsorsium itu dari Kemenhan, BPPT, TNI AU, ITB, PT DI, dan PT Len Industri. Kemudian tahun ini Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) ikut bergabung dalam konsorsium. Dia mengatakan tahun ini adalah tahap manufacturing. ’’Pada 2019 ini juga dilakukan pula pengadaan flight control system (FCS) yang diproduksi di Spanyol,’’ jelasnya. Rencananya FCS tersebut akan diintegrasikan pada drone Elang Hitam awal tahun depan.  

Baca Juga :  Tahun 2024 Gangguan KKB Diyakini Masih Nyata

Dia berharap proses uji terbang drone Elang Hitam tahun depan berjalan lancar. Kemudian proses sertifikasi dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan juga sudah keluar pada akhir 2021 nanti. Drone ini nantinya diharapkan bisa mengisi kebutuhan squadron TNI AU untuk mengawasi wilayah NKRI. CH-4 Drone ini diharapkan bisa menjalankan misi penjagaan wilayah perbatasan, kasus terorisme, penyelendupan, pembajakan, hingga illegal logging serta pencurian ikan dengan efisien. Saat ini TNI AU memiliki drone tempur CH-4 buatan Tiongkok. (wan/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya