Friday, November 22, 2024
31.7 C
Jayapura

40 Menit Lepas Landas, Bayi Laki-laki Lahir di Pesawat

Pilot dan Penumpang Memberi Semangat, Puji Tuhan Bayinya Lahir

JAYAPURA-Empat puluh menit setelah pesawat MAF lepas landas dari Bandara Mulia, Kabupaten Puncak Jaya menuju Jayapura, seorang bayi laki-laki lahir dari rahim seorang ibu Yokina Tabuni.

Bayi tersebut lahir di dalam pesawat dengan ketinggian ribuan feet, Rabu (22/12) lalu.

Suasana dalam pesawat kecil kala itu mendadak hening dan sebagian penumpang pesawat diselimuti kecemasan. Tak terkecuali Bidan Elisabet Pasaribu yang dengan tenang membantu ibu 6 anak itu saat melahirkan.

Bidan Elisabet memang sengaja mendampingi Yokina pasien rujukan dari RSUD Mulia Puncak Jaya ke RSUD Jayapura untuk melahirkan. Hanya saja, anak keenam Yokina dilahirkan dalam pesawat.

“Saya tidak mengingat seperti apa posisi saya ketika membantu Yokina melahirkan. Saya hanya mengingat kursi pesawat yang kecil dengan kondisi pasien setengah duduk lalu saya jongkok membantu Yokina melahirkan. Ketika bayi keluar dari rahim ibunya, saya bergumam puji Tuhan bayinya lahir dan selamat,” ucap Bidan Elisabet kepada Cenderawasih Pos, Selasa (28/12) kemarin.

Sebelumnya, Yokina mengalami kontraksi hebat. Elisabet kemudian observasi pasien hingga tidak lama kemudian melahirkan. Saat lahir, sang bayi tidak menangis dengan warna kulit membiru kala itu.

Menurut Elisabet, saat itu tak ada kain atau apapun untuk membungkus tubuh sang bayi saat itu. Seketika, seorang Polisi dalam pesawat membuka jaketnya lalu menyodorkan kepadanya untuk membungkus tubuh sang bayi yang baru lahir.

Baca Juga :  Taraweh Bisa Lebih Rapat

Tidak hanya itu, sang Polisi tersebut juga memberikan sapu tangannya untuk membersihkan darah yang ada. Sementara penumpang lainnya dan pilot pesawat tak henti-hentinya menyemangati bidan 32 tahun itu.

“Saya berusaha semampu saya untuk menyelamatkan bayi dan ibunya. Sekira 35 menit kemudian, bayinya mulai merengek dan warna kulitnya mulai merah,” tutur bidan yang sejak 11 tahun silam mengabdi di Puncak Jaya menjadi tenaga kesehatan.

Perasaan Elisabet kala itu tak karuan. Terlebih posisi bayi yang tidak normal alias sunsang. Pilot dan para penumpang pesawatlah yang menguatkan dan memotivasi dirinya untuk tenang saat membantu ibu dan bayi yang akan dilahirkan.

Dalam pikirannya, ibu dan anak harus selamat apapun yang terjadi. Sembari terus bergumam “Tuhan bantu saya selamatkan ibu dan anaknya”.

“Pilot dan penumpang pesawat tak henti-hentinya menyemangati saya, hanya semangat  yang bisa mereka lakukan. Karena saat saya menolong pasien, mereka tidak  berani melihat ke belakang. Karena privasi ibunya mereka jaga,” tuturnya.

Tak lama setelah bayi lahir, pesawat mendarat di Bandara Sentani. Ibu dan bayi langsung dilarikan ke Rumah Sakit Yowari mendapatkan penanganan medis sebelum dibawa ke RSUD Jayapura.

Baca Juga :  KPU Lanny Jaya, Tetapkan 25 Kursi Anggota DPRD

Nakes Elisabet Pasaribu bekerja di RSUD Mulia Puncak Jaya sejak tahun 2010. Sejak lulus tes CPNS, dirinya ditempatkan di RSUD Mulia. Ia lulusan Akademi Kebidanan Tarutung, Sumatera Utara.

Satu hal yang membuat dirinya termotivasi menjadi Nakes di Papua karena ingin membantu masyarakat. “Saya melihat mama-mama Papua yang begitu baik dan tulus, sehingga saya ingin mengabdikan diri kepada mereka. Saya selalu bekerja dengan baik dan saya  melakukan sesuai dengan sumpah profesi saya,” tutur ibu satu anak ini.

Membantu pasien melahirkan di atas pesawat merupakan pengalaman pertama bagi Elisabet. Namun, soal merujuk pasien sudah sering ia tangani. Bahkan, suatu waktu pasien yang dirujuknya melahirkan dalam ambulance.

“Selama saya menjadi Nakes di Puncak Jaya, puji Tuhan hingga saat ini baik-baik. Tidak ada masalah, respon masyarakat terhadap medis sangat baik, mereka (masyarakat-red) begitu baik terhadap kami (nakes-red),” ucap perempuan kelahiran Lintong, Medan, Sumatra Utara  ini.

Yang paling diingatnya, ketika ibu dan anak selamat. Para pasien selalu menyampaikan terima kasih terhadap dirinya. Termasuk ketika membantu Ibu Yokina melahirkan anak laki-lakinya dalam pesawat.(fia/nat)

Pilot dan Penumpang Memberi Semangat, Puji Tuhan Bayinya Lahir

JAYAPURA-Empat puluh menit setelah pesawat MAF lepas landas dari Bandara Mulia, Kabupaten Puncak Jaya menuju Jayapura, seorang bayi laki-laki lahir dari rahim seorang ibu Yokina Tabuni.

Bayi tersebut lahir di dalam pesawat dengan ketinggian ribuan feet, Rabu (22/12) lalu.

Suasana dalam pesawat kecil kala itu mendadak hening dan sebagian penumpang pesawat diselimuti kecemasan. Tak terkecuali Bidan Elisabet Pasaribu yang dengan tenang membantu ibu 6 anak itu saat melahirkan.

Bidan Elisabet memang sengaja mendampingi Yokina pasien rujukan dari RSUD Mulia Puncak Jaya ke RSUD Jayapura untuk melahirkan. Hanya saja, anak keenam Yokina dilahirkan dalam pesawat.

“Saya tidak mengingat seperti apa posisi saya ketika membantu Yokina melahirkan. Saya hanya mengingat kursi pesawat yang kecil dengan kondisi pasien setengah duduk lalu saya jongkok membantu Yokina melahirkan. Ketika bayi keluar dari rahim ibunya, saya bergumam puji Tuhan bayinya lahir dan selamat,” ucap Bidan Elisabet kepada Cenderawasih Pos, Selasa (28/12) kemarin.

Sebelumnya, Yokina mengalami kontraksi hebat. Elisabet kemudian observasi pasien hingga tidak lama kemudian melahirkan. Saat lahir, sang bayi tidak menangis dengan warna kulit membiru kala itu.

Menurut Elisabet, saat itu tak ada kain atau apapun untuk membungkus tubuh sang bayi saat itu. Seketika, seorang Polisi dalam pesawat membuka jaketnya lalu menyodorkan kepadanya untuk membungkus tubuh sang bayi yang baru lahir.

Baca Juga :  KNPI Papua: KPK Stop ‘Kriminalisasi’ Gubernur Papua

Tidak hanya itu, sang Polisi tersebut juga memberikan sapu tangannya untuk membersihkan darah yang ada. Sementara penumpang lainnya dan pilot pesawat tak henti-hentinya menyemangati bidan 32 tahun itu.

“Saya berusaha semampu saya untuk menyelamatkan bayi dan ibunya. Sekira 35 menit kemudian, bayinya mulai merengek dan warna kulitnya mulai merah,” tutur bidan yang sejak 11 tahun silam mengabdi di Puncak Jaya menjadi tenaga kesehatan.

Perasaan Elisabet kala itu tak karuan. Terlebih posisi bayi yang tidak normal alias sunsang. Pilot dan para penumpang pesawatlah yang menguatkan dan memotivasi dirinya untuk tenang saat membantu ibu dan bayi yang akan dilahirkan.

Dalam pikirannya, ibu dan anak harus selamat apapun yang terjadi. Sembari terus bergumam “Tuhan bantu saya selamatkan ibu dan anaknya”.

“Pilot dan penumpang pesawat tak henti-hentinya menyemangati saya, hanya semangat  yang bisa mereka lakukan. Karena saat saya menolong pasien, mereka tidak  berani melihat ke belakang. Karena privasi ibunya mereka jaga,” tuturnya.

Tak lama setelah bayi lahir, pesawat mendarat di Bandara Sentani. Ibu dan bayi langsung dilarikan ke Rumah Sakit Yowari mendapatkan penanganan medis sebelum dibawa ke RSUD Jayapura.

Baca Juga :  Berharap Keerom Jadi Lumbung Peternakan Sapi

Nakes Elisabet Pasaribu bekerja di RSUD Mulia Puncak Jaya sejak tahun 2010. Sejak lulus tes CPNS, dirinya ditempatkan di RSUD Mulia. Ia lulusan Akademi Kebidanan Tarutung, Sumatera Utara.

Satu hal yang membuat dirinya termotivasi menjadi Nakes di Papua karena ingin membantu masyarakat. “Saya melihat mama-mama Papua yang begitu baik dan tulus, sehingga saya ingin mengabdikan diri kepada mereka. Saya selalu bekerja dengan baik dan saya  melakukan sesuai dengan sumpah profesi saya,” tutur ibu satu anak ini.

Membantu pasien melahirkan di atas pesawat merupakan pengalaman pertama bagi Elisabet. Namun, soal merujuk pasien sudah sering ia tangani. Bahkan, suatu waktu pasien yang dirujuknya melahirkan dalam ambulance.

“Selama saya menjadi Nakes di Puncak Jaya, puji Tuhan hingga saat ini baik-baik. Tidak ada masalah, respon masyarakat terhadap medis sangat baik, mereka (masyarakat-red) begitu baik terhadap kami (nakes-red),” ucap perempuan kelahiran Lintong, Medan, Sumatra Utara  ini.

Yang paling diingatnya, ketika ibu dan anak selamat. Para pasien selalu menyampaikan terima kasih terhadap dirinya. Termasuk ketika membantu Ibu Yokina melahirkan anak laki-lakinya dalam pesawat.(fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya