Contoh konkret dari pergaulan bebas, ungkap kepala Bapas itu, seperti merokok, menenggak minuman keras, tawuran, mengonsumsi obat-obatan terlarang, hingga melakukan seks bebas. Kasus-kasus itu rata-rata dari anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua. Kebanyakan umur mereka masih sekitar 18 tahun.
Karena itu, ia mengharapkan peran orang tua dalam mengawasi pergaulan anak penting untuk mencegah anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Pergaulan bebas dapat berdampak negatif pada anak, seperti kenakalan remaja, penurunan prestasi belajar, dan tindakan merugikan diri sendiri.
“Ketika sosok yang seharusnya menjadi sumber cinta dan kasih sayang itu hilang atau mungkin bahkan hadir namun gagal memberikan hal-hal tersebut, sang anak akan kehilangan amunisi penting dalam pengembangan karakternya. Bahkan kebanyakan remaja melampiaskan amarahnya ke hal-hal yang berbau negatif, contohnya pergaulan bebas, pergi ke club, dan lain-lain,” terangnya.
Selain itu, orang tua juga dapat memberikan pendidikan dan sosialisasi yang tepat mengenai betapa bahaya pergaulan bebas dan dampak negatifnya pada remaja. Untuk mengatasi hal itu, jelas Frianty pihaknya giat melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah guna memberikan pemahaman kepada remaja tentang pentingnya pendidikan, agar kedepan para remaja tersebut memiliki motivasi hidup yang lebih terarah dan terencana. (kar/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos