MERAUKE-Pemerintah PNG dilaporkan mengaku tidak melakukan penembakan terhadap KMN Calvin-02, yang merupakan kapal nelayan asal Indonesia di Kabupaten Merauke yang menyebabkan nahkoda kapal bernama Sugeng meninggal dunia.
Tentang hal itu disampaikan Wakil Bupati Merauke H. Riduwan, S.Sos, M.Pd yang terus mengikuti laporan perkembangan kasus tersebut. “’Dari pemerintah PNG tidak mengakui tentaranya melakukan penembakan terhadap kapal nelayan kita. Diberondong tembakan begitu tapi kok tidak mau mengakui.
Makanya, foto-foto semua kita sudah kirim ke ibu Suzanna Wanggai (Kepala Badan Pengelolaan Perbatasan dan Kerja Sama Luar Negeri Papua) dan ini atas perintah Mendagri. Itu diperintahkan untuk segera melaporkan semua tanpa ada ditutup-tutupi,” kata Wabup Riduwan, menjawab pertanyaan media ini usai membuka pertandingan pencak silat, di GOR Hiad Sai Merauke, Jumat (26/8).
Wabup Riduwan juga menjelaskan bahwa sebelumnya dari keduataan PNG menyampaikan bahwa berdasarkan laporan Polisi setempat, kapal nelayan asal Indonesia yang diamankan otoritas PNG hanya satu kapal.
“Kita juga punya data bahwa itu memang 2 kapal dengan jumlah 13 ABK. Tapi kemarin sore sekira pukul 16.00 WIT, dari sana menyampaikan bahwa memang betul ada 2 kapal. Tapi, satu kapal masih di tengah laut dan belum bisa berlabuh karena surutnya sangat jauh sehingga itu sudah dipastikan 2 kapal dengan 13 ABK di sana dan tinggal prosesnya.
Dan nanti kepala Badan Pengelolaan Perbatasan Provinsi Papua sangat konsen untuk mengurus hal ini Ibu Suzanna Wanggai dan tadi malam sudah koordinasi dengan Kapolres, untuk bukti-bukti visum itu dan terhadap peluru-peluru yang ada di kapal bahwa itu bukti karena memang ada korban. Karena mereka tidak mengaku menembak.
Padahal diberondong sangat banyak sejaki dari kiri kanan dan dari belakang. Kalau ABK tidak menyelamatkan di kamar mesin, mungkin semua juga habis’’ jelas Wabup Riduwan panjang lebar.
Dengan kejadian tersebut, Wabup Riduwan berharap tidak ada kejadian yang sama terulang dimasa mendatang. ‘’Memang dari nelayan kita salah, karena sudah melewati batas wilayah. Mungkin mereka juga sudah tahu karena sudah melewati batas negara. Tapi bukan seharusnya langsung ditembak.
Karena nelayan kita bukan teroris, bukan penjahat dan bukan membawa barang-barang terlarang. Tapi mereka hanya mencari makan. Itu yang kita sesalkan. Kalau mereka melintas melewati batas negara, mereka itu seharusnya diproses sesuai hukum yang berlaku.
Itu saja yang kita harapkan. Kita masih mencari keadilan dan kita memperingatkan dengan tegas bahwa itu sesungguhnya kita sangat kecam dan kecewa dengan tindakan seperti itu,’’ pungkasnya. (ulo/nat)