Friday, April 19, 2024
25.7 C
Jayapura

Kado Ulang Tahun, Gubernur Enembe Launching Tiga Buku

JAYAPURA – Hari ini, Selasa (27/7) Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., genap berusia 54 tahun. Sebagai kado terindah, orang nomor satu di Papua itu juga melaunching tiga buah buku yang mengisahkan perjalan hidupnya sebagai nakhoda Pemerintah Provinsi Papua. Launching buku tersebut dilakukan secara virtual, Senin (26/7) kemarin. 

Dalam buku pertama menuliskan refleksi Gubernur Lukas Enembe yang diedit oleh Rifai Darus dengan judul “Lukas Enembe Membuat Lurus Soal Otonomi Khusus”. Kemudian buku kedua yang ditulis sendiri oleh Lukas Enembe dengan judul buku “Torang Bisa! PON XX Supremasi dan Kemuliaan Papua”

Sementara buku ketiga yang ditulis oleh Elpius Hugi dengan judul buku “Jatuh Bangun Lukas Enembe: Merakit Kisah Ancaman Kriminalisasi, Membongkar Fakta Gubernur Papua”.

Elpius Hugi, salah satu penulis buku “Jatuh Bangun Lukas Enembe” menyebutkan bahwa mereka mengisahkan perjalanan hidup Gubernur Papua, Lukas Enembe dalam buku, agar seluruh perjuangan Gubernur Lukas Enembe dalam membangun dan mensejahterakan masyarakat Papua dapat dikenang oleh generasi-generasi mendatang serta menjadi sejarah bagi Papua.

“Saya mesti menyampaikan dengan jujur bahwa semula saya tidak ada ide menulis buku. Tetapi kutipan bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah memahat peradaban! Bab-bab dalam buku “Jatuh Bangun Lukas Enembe” ini disusun sedemikian rupa sehingga pembaca dapat mengetahui latar belakang Gubernur Lukas Enembe, dan bagaimana cara pandang beliau terhadap Papua,” ungkap Elpius.

“Benang merah yang saya tarik dalam buku ini adalah kentalnya politik curiga, saling menuduh, saling menyalahkan, politik ketidakpercayaan antara Jakarta kepada para gubernur di tanah Papua. Bagaimana hal itu ternyata sudah dimulai sejak zaman gubernur pertama Orang Asli Papua (OAP) Elieser Jan Bonai, juga gubernur ketiga Brigadir Jenderal Acub Zainal hingga saat ini,” sambung Elpius.

Baca Juga :  Delapan Jenazah Berhasil Dievakuasi Gunakan Empat Helikopter

Dalam ulasannya, Elpius mengulas secara gamblang tanpa ada yang disembunyikan bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak menyukai sepak terjang Gubernur Lukas Enembe dalam membangun Papua.

“Bagaimana pihak-pihak tersebut memanfaatkan aparat Pemerintah, baik Kementerian Dalam Negeri, KPK bahkan Kepolisian. Bagaimana upaya OTT yang gagal total, upaya kriminalisasi yang bermuatan politik bahkan upaya mencelakai gubernur juga diceritakan dalam buku ini,” pungkas Elpius.

Sementara itu, Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., usai launching ketiga buku itu, dalam sambutannya mengatakan sejak diamanahkan Tuhan dan diberi kepercayaan oleh rakyat Papua serta dilegitimasi oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi gubernur, memimpin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Provinsi Papua, maka sejak itu dirinya berkomitmen untuk memimpin sebuah gerakan perubahan di Provinsi Papua. Dengan mengedepankan tagline Gerakan Bangkit, Mandiri, dan Sejahtera, Harapan Seluruh Rakyat Papua.

“Mengawali tugas sebagai gubernur (April 2013) dalam usia 46 tahun, saya merasa sebagai seorang pemimpin muda yang telah dipilih oleh Tuhan, untuk melindungi dan membangun seluruh masyarakat yang mendiami Provinsi Papua. Dengan memberi perhatian khusus bagi OAP, yang selama ini dinilai masih terabaikan, terbelakang dan terisolasi,” ungkap Gubernur Enembe.

“Keinginan besar ingin merubah wajah dan marwah Papua, telah mendorong saya untuk bekerja keras, sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan. Saya mencurahkan segala pikiran, tenaga dan waktu sepenuhnya dengan satu tujuan wajah dan marwah Papua harus berubah. Masyarakat Papua harus merasa nyaman dan bahagia hidup di atas tanah Papua. OAP harus mendapatkan hak kesulungannya untuk hidup layak di atas tanahnya. Papua harus kita lepaskan dari image (terbelakang, terisolasi, termiskin, ketidakamanan), yang seakan merendahkan harkat dan martabat kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia,” sambungnya.

Gubernur Lukas Enembe juga menyebutkan bahwa almarhum Klemen Tinal juga memiliki peran penting dalam membangun Papua. “Papua harus berkeadilan. Pembangunan harus dirasakan masyarakat di seluruh wilayah Mamta, Lapago, Meepago, Saireri dan Animha secara proporsional. Apa yang saya ungkapkan ini adalah visi saya dan Klemen Tinal sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua. Setelah tujuh tahun, kami bekerja dalam suatu sistem birokrasi pemerintahan, berkolaborasi dengan berbagai pihak, serta didukung partisipasi berbagai komponen masyarakat,” tegasnya. 

Baca Juga :  Akhir Tahun, 70 Persen Masyarakat Sudah Divaksin

Gubernur Enembe juga menceritakan suka dan duka yang dilaluinya sejak diamanahkan sebagai Gubernur Papua, selama kurun waktu tujuh tahun terakhir ini. Ia mengaku, semuanya itu sudah tertuang dalam buku-buku tersebut.

“Oleh karena itu, saya menyambut baik dan mengapresiasi penerbitan buku ‘Jatuh Bangun Lukas Enembe’ Merakit Kisah, Membongkar Fakta Gubernur Papua yang ditulis oleh Elpius Hugi. Sebagai seorang yang saya percaya selaku sekretaris pribadi (Sekpri) Gubernur Papua dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, saya yakin Elpius Hugi memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menceritakan secara baik perjalanan Gubernur Papua dari masa ke masa. Beserta potret masing-masing gubernur, secara khusus pada masa periode saya,” bebernya.

Dirinya juga berharap apa yang terungkap dalam buku tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi siapa saja, terutama kader-kader pemimpin masa depan Papua. Bahwa, Papua tidak hanya membutuhkan pemimpin yang cerdas, visioner, inovatif, tetapi yang lebih penting adalah pemimpin yang tangguh, berani membela kebenaran, konsisten, inspiratif, dan berpihak kepada masyarakat, serta takut akan Tuhan.

“Buku ini pantas menjadi bahan bacaan bagi kita semua. Khususnya bagi calon-calon pemimpin di Provinsi Papua dalam mewujudkan harapan seluruh rakyat Papua di masa yang akan datang. Kebersamaan kita menjadi modal sosial dan modal kultural dalam melangkah dan bekerja ke depan mengantarkàn Papua menjadi provinsi yang berdaya saing dan terkemuka sebagai representasi Indonesia di kawasan Pasifik,” pungkasnya. (eri/nat)

JAYAPURA – Hari ini, Selasa (27/7) Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., genap berusia 54 tahun. Sebagai kado terindah, orang nomor satu di Papua itu juga melaunching tiga buah buku yang mengisahkan perjalan hidupnya sebagai nakhoda Pemerintah Provinsi Papua. Launching buku tersebut dilakukan secara virtual, Senin (26/7) kemarin. 

Dalam buku pertama menuliskan refleksi Gubernur Lukas Enembe yang diedit oleh Rifai Darus dengan judul “Lukas Enembe Membuat Lurus Soal Otonomi Khusus”. Kemudian buku kedua yang ditulis sendiri oleh Lukas Enembe dengan judul buku “Torang Bisa! PON XX Supremasi dan Kemuliaan Papua”

Sementara buku ketiga yang ditulis oleh Elpius Hugi dengan judul buku “Jatuh Bangun Lukas Enembe: Merakit Kisah Ancaman Kriminalisasi, Membongkar Fakta Gubernur Papua”.

Elpius Hugi, salah satu penulis buku “Jatuh Bangun Lukas Enembe” menyebutkan bahwa mereka mengisahkan perjalanan hidup Gubernur Papua, Lukas Enembe dalam buku, agar seluruh perjuangan Gubernur Lukas Enembe dalam membangun dan mensejahterakan masyarakat Papua dapat dikenang oleh generasi-generasi mendatang serta menjadi sejarah bagi Papua.

“Saya mesti menyampaikan dengan jujur bahwa semula saya tidak ada ide menulis buku. Tetapi kutipan bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah memahat peradaban! Bab-bab dalam buku “Jatuh Bangun Lukas Enembe” ini disusun sedemikian rupa sehingga pembaca dapat mengetahui latar belakang Gubernur Lukas Enembe, dan bagaimana cara pandang beliau terhadap Papua,” ungkap Elpius.

“Benang merah yang saya tarik dalam buku ini adalah kentalnya politik curiga, saling menuduh, saling menyalahkan, politik ketidakpercayaan antara Jakarta kepada para gubernur di tanah Papua. Bagaimana hal itu ternyata sudah dimulai sejak zaman gubernur pertama Orang Asli Papua (OAP) Elieser Jan Bonai, juga gubernur ketiga Brigadir Jenderal Acub Zainal hingga saat ini,” sambung Elpius.

Baca Juga :  Akhir Tahun, 70 Persen Masyarakat Sudah Divaksin

Dalam ulasannya, Elpius mengulas secara gamblang tanpa ada yang disembunyikan bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak menyukai sepak terjang Gubernur Lukas Enembe dalam membangun Papua.

“Bagaimana pihak-pihak tersebut memanfaatkan aparat Pemerintah, baik Kementerian Dalam Negeri, KPK bahkan Kepolisian. Bagaimana upaya OTT yang gagal total, upaya kriminalisasi yang bermuatan politik bahkan upaya mencelakai gubernur juga diceritakan dalam buku ini,” pungkas Elpius.

Sementara itu, Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., usai launching ketiga buku itu, dalam sambutannya mengatakan sejak diamanahkan Tuhan dan diberi kepercayaan oleh rakyat Papua serta dilegitimasi oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi gubernur, memimpin penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Provinsi Papua, maka sejak itu dirinya berkomitmen untuk memimpin sebuah gerakan perubahan di Provinsi Papua. Dengan mengedepankan tagline Gerakan Bangkit, Mandiri, dan Sejahtera, Harapan Seluruh Rakyat Papua.

“Mengawali tugas sebagai gubernur (April 2013) dalam usia 46 tahun, saya merasa sebagai seorang pemimpin muda yang telah dipilih oleh Tuhan, untuk melindungi dan membangun seluruh masyarakat yang mendiami Provinsi Papua. Dengan memberi perhatian khusus bagi OAP, yang selama ini dinilai masih terabaikan, terbelakang dan terisolasi,” ungkap Gubernur Enembe.

“Keinginan besar ingin merubah wajah dan marwah Papua, telah mendorong saya untuk bekerja keras, sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan. Saya mencurahkan segala pikiran, tenaga dan waktu sepenuhnya dengan satu tujuan wajah dan marwah Papua harus berubah. Masyarakat Papua harus merasa nyaman dan bahagia hidup di atas tanah Papua. OAP harus mendapatkan hak kesulungannya untuk hidup layak di atas tanahnya. Papua harus kita lepaskan dari image (terbelakang, terisolasi, termiskin, ketidakamanan), yang seakan merendahkan harkat dan martabat kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia,” sambungnya.

Gubernur Lukas Enembe juga menyebutkan bahwa almarhum Klemen Tinal juga memiliki peran penting dalam membangun Papua. “Papua harus berkeadilan. Pembangunan harus dirasakan masyarakat di seluruh wilayah Mamta, Lapago, Meepago, Saireri dan Animha secara proporsional. Apa yang saya ungkapkan ini adalah visi saya dan Klemen Tinal sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua. Setelah tujuh tahun, kami bekerja dalam suatu sistem birokrasi pemerintahan, berkolaborasi dengan berbagai pihak, serta didukung partisipasi berbagai komponen masyarakat,” tegasnya. 

Baca Juga :  Belum Digaji, Jasa PelayananTak Dibayar, Nakes RSUD Dok II Demo

Gubernur Enembe juga menceritakan suka dan duka yang dilaluinya sejak diamanahkan sebagai Gubernur Papua, selama kurun waktu tujuh tahun terakhir ini. Ia mengaku, semuanya itu sudah tertuang dalam buku-buku tersebut.

“Oleh karena itu, saya menyambut baik dan mengapresiasi penerbitan buku ‘Jatuh Bangun Lukas Enembe’ Merakit Kisah, Membongkar Fakta Gubernur Papua yang ditulis oleh Elpius Hugi. Sebagai seorang yang saya percaya selaku sekretaris pribadi (Sekpri) Gubernur Papua dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, saya yakin Elpius Hugi memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menceritakan secara baik perjalanan Gubernur Papua dari masa ke masa. Beserta potret masing-masing gubernur, secara khusus pada masa periode saya,” bebernya.

Dirinya juga berharap apa yang terungkap dalam buku tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi siapa saja, terutama kader-kader pemimpin masa depan Papua. Bahwa, Papua tidak hanya membutuhkan pemimpin yang cerdas, visioner, inovatif, tetapi yang lebih penting adalah pemimpin yang tangguh, berani membela kebenaran, konsisten, inspiratif, dan berpihak kepada masyarakat, serta takut akan Tuhan.

“Buku ini pantas menjadi bahan bacaan bagi kita semua. Khususnya bagi calon-calon pemimpin di Provinsi Papua dalam mewujudkan harapan seluruh rakyat Papua di masa yang akan datang. Kebersamaan kita menjadi modal sosial dan modal kultural dalam melangkah dan bekerja ke depan mengantarkàn Papua menjadi provinsi yang berdaya saing dan terkemuka sebagai representasi Indonesia di kawasan Pasifik,” pungkasnya. (eri/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya