Saturday, April 20, 2024
26.7 C
Jayapura

Kedepankan Nurani, Jangan Asal Tembak Mati!

JAYAPURA- Tewasnya Demianus Magai yang diduga menjadi korban penembakan oknum aparat yang bertugas dalam operasi penindakan hukum terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Mimika, Minggu (21/3) lalu sangat disayangkan Komisi Nasional Hak Asasi Nasional  (Komnas HAM).

Frits Ramandey ( foto: Elfira/Cepos)

Menurut Komnas HAM, Satgas yang bertugas di wilayah rawan seharusnya mengedepankan nurani dalam melakukan operasi. Penegakan hukum dengan menggunakan senjata adalah cara paling terakhir. “Jangan selalu mengedepankan pendekatan otot. Gunakan pendekatan nalar yang rasional,” tegas Kepala Komnas HAM RI Perwakilan Papua Frits Ramandey kepada Cenderawasih Pos, Rabu (24/3).

Lanjut Frits, jika seseorang sedang tidak melakukan perlawanan, semestinya aparat yang punya alat mendeteksi canggih tidak kemudian menggunakan cara-cara tindakan mematikan. Tetapi menggunakan cara terukur dengan melumpuhkan adalah opsi kemanusiaan. Kecuali yang bersangkutan sedang melawan atau membawa senjata.

Baca Juga :  14 Kabupaten dan Kota Masih Zona Merah

Frits juga mengingatkan kepada aparat bahwa orang Papua memiliki kebiasaan melakukan aktivitas berburu, ke kebun dan mencari ikan di sungai. “Orang Papua punya kebiasaan masuk ke hutan berburu untuk mencari makananan, sehingga  dalam melakukan operasi jangan asal tembak,” tegasnya.

Dikatakan, operasi penegakan hukum beda dengan operasi perang. Dalam konteks situasi normal, penegakan hukum dikedepankan dimana menembak cara paling terakhir dari upaya membangun situasi Kamtibmas yang lebih baik.

“Jika ada masyarakat satu dua orang sedang berburu atau sekedar melintas lalu ditembak, ini menandakan aparat membuat kebencian warga kepada negara. Satgas yang bertugas di wilayah rawan harus mengedepankan nurani dalam melakukan operasi. Penegakan  hukum dengan menggunakan senjata adalah cara paling terakhir,” pintanya.

Baca Juga :  Tiga Tukang Ojek Tewas Mengenaskan

Terkait kematian Demianus Magai yang jenazahnya ditemukan oleh istri dan anaknya di sekitar Mile 50, Senin (22/3) lalu tepatnya di pinggiran kali tidak jauh dari camp miliknya. Komnas HAM sendiri sudah menerima permintaan untuk dilakukan investigasi dari pihak keluarga. “Terkait permintaan dari pihak pihak keluarga akan kami komunikasikan dengan Komnas HAM Jakarta untuk ditindak lanjuti untuk dilakukan investigasi,” ucap Frits.

Frits sangat menyayangkan penembakan tersebut. Pasalnya aparat yang memiliki alat canggih namun selalu melakukan penembakan yang mematikan kepada warga sipil.

Sebelumnya, Demianus Magai warga Kwamki Narama menjadi korban penembakan pada Minggu (21/3). Demianus diduga tewas tertembak di bagian bokong kiri oleh oknum petugas yang bertugas dalam operasi penindakan hukum terhadap KKB. (fia/nat)

JAYAPURA- Tewasnya Demianus Magai yang diduga menjadi korban penembakan oknum aparat yang bertugas dalam operasi penindakan hukum terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Mimika, Minggu (21/3) lalu sangat disayangkan Komisi Nasional Hak Asasi Nasional  (Komnas HAM).

Frits Ramandey ( foto: Elfira/Cepos)

Menurut Komnas HAM, Satgas yang bertugas di wilayah rawan seharusnya mengedepankan nurani dalam melakukan operasi. Penegakan hukum dengan menggunakan senjata adalah cara paling terakhir. “Jangan selalu mengedepankan pendekatan otot. Gunakan pendekatan nalar yang rasional,” tegas Kepala Komnas HAM RI Perwakilan Papua Frits Ramandey kepada Cenderawasih Pos, Rabu (24/3).

Lanjut Frits, jika seseorang sedang tidak melakukan perlawanan, semestinya aparat yang punya alat mendeteksi canggih tidak kemudian menggunakan cara-cara tindakan mematikan. Tetapi menggunakan cara terukur dengan melumpuhkan adalah opsi kemanusiaan. Kecuali yang bersangkutan sedang melawan atau membawa senjata.

Baca Juga :  14 Kabupaten dan Kota Masih Zona Merah

Frits juga mengingatkan kepada aparat bahwa orang Papua memiliki kebiasaan melakukan aktivitas berburu, ke kebun dan mencari ikan di sungai. “Orang Papua punya kebiasaan masuk ke hutan berburu untuk mencari makananan, sehingga  dalam melakukan operasi jangan asal tembak,” tegasnya.

Dikatakan, operasi penegakan hukum beda dengan operasi perang. Dalam konteks situasi normal, penegakan hukum dikedepankan dimana menembak cara paling terakhir dari upaya membangun situasi Kamtibmas yang lebih baik.

“Jika ada masyarakat satu dua orang sedang berburu atau sekedar melintas lalu ditembak, ini menandakan aparat membuat kebencian warga kepada negara. Satgas yang bertugas di wilayah rawan harus mengedepankan nurani dalam melakukan operasi. Penegakan  hukum dengan menggunakan senjata adalah cara paling terakhir,” pintanya.

Baca Juga :  Satgas Yonif 411/Pandawa Kostrad Gagalkan Pasokan Senjata Api ke Nduga

Terkait kematian Demianus Magai yang jenazahnya ditemukan oleh istri dan anaknya di sekitar Mile 50, Senin (22/3) lalu tepatnya di pinggiran kali tidak jauh dari camp miliknya. Komnas HAM sendiri sudah menerima permintaan untuk dilakukan investigasi dari pihak keluarga. “Terkait permintaan dari pihak pihak keluarga akan kami komunikasikan dengan Komnas HAM Jakarta untuk ditindak lanjuti untuk dilakukan investigasi,” ucap Frits.

Frits sangat menyayangkan penembakan tersebut. Pasalnya aparat yang memiliki alat canggih namun selalu melakukan penembakan yang mematikan kepada warga sipil.

Sebelumnya, Demianus Magai warga Kwamki Narama menjadi korban penembakan pada Minggu (21/3). Demianus diduga tewas tertembak di bagian bokong kiri oleh oknum petugas yang bertugas dalam operasi penindakan hukum terhadap KKB. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya