Monday, December 23, 2024
27.7 C
Jayapura

Kapolda: Situasi di Wamena Sudah Bisa Dikendalikan

TIMIKA  Situasi Kabupaten Jayawijaya pasca pembakaran dan pengerusakan beberapa fasilitas umum yang dilakukan oleh masyarakat saat ini relatif aman dan kondusif.

Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri, SIK  menyatakan situasi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya pasca kerusuhan pada Kamis (23/2) berangsur pulih dan sudah bisa dikendalikan. Hal itu diungkapkan Kapolda ketika ditemui di Timika, Jumat (24/2)

Ia menjelaskan saat ini Pemkab Jayawijaya, telah mengambil langkah-langkah untuk mengumpulkan para tokoh. Agar sama-sama, bisa mengendalikan situasi Kamtibmas di Kota Wamena.

Selain itu menurut Kapolda bahwa selaku penanggung jawab keamanan, ia telah mengirimkan 1 kompi personel Brimob Polda Papua untuk membantu menjaga situasi kamtibmas di Kota Wamena.

“Tim dari Propam Polda juga sudah ke Wamena, untuk segera mengevaluasi menyeluruh pola penanganan saat itu di lapangan. Kemudian dari Dit Reskrimum juga sudah kita kirim ke Wamena untuk lakukan langkah penanganan jatuhnya korban,”ucap Irjen Fakhiri.

Selanjutnya Kapolda menguraikan bahwa kejadian kerusuhan itu terjadi bermula, dari adanya informasi hoax yang menyebar ke masyarakat terkaitu isu penculikan anak.

Baca Juga :  Gelar Rakor dan Sinkronisasi Progam Kerja Dinspen dan Kebudayaan

“Jadi informasi terkait penculikan anak itu, direspon oleh anggota Polres Jayawijaya. Namun situasi yang terjadi malah berbalik, ada yang memprovokasi sehingga terjadilah kejadian kemarin itu,”jelasnya.

Bahkan kata Kapolda, kejadian kerusuhan itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia, 16 orang aparat keamanan mengalami luka. “Kalau untuk kerugian material yakni 2 unit ruko, dan 13 rumah serta sejumlah kendaraan  TNI dan Polri yang rusak. Saya juga sampaikan permohonan maaf, dan belasungkawa atas kejadian kemarin,”ungkap Irjen Fakhiri.

Terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo menceritakan mengapa situasi akhirnya pecah. Diawali dengan adanya informasi terkait penculikan anak yang kemudian menyebar dan terjadi aksi massa. Warga yang terpicu isu justru melakukan pembakaran dan semakin anarkis.

Disitulah aparat mencoba menenangkan namun justru mendapat perlawanan. “TNI/Polri melakukan negoisasi agar isu penculikan dapat diselesaikan dengan baik tetapi Kapolres bersama anggota yang berada di lokasi diserang menggunakan batu dan panah, sehingga anggota mengeluarkan tembakan peringatan dengan harapan massa tidak melakukan aksi penyerangan terhadap anggota,” cerita Kabid Humas, Jumat (24/2).

Baca Juga :  2.000 Lebih Anak Telah Imunisasi Campak 

Ia memastikan saat itu massa semakin anarkis dan tidak mau mendengar imbauan aparat dan tidak mau membubarkan diri saat diberi tembakan peringatan. Malah warga memilih menyerang menggunakan panah. “Akibat kerusuhan tersebut terdapat korban meninggal dunia sebanyak 10 orang dimana 2 orang diduga mengalami penganiayaan berat diakibatkan oleh anak panah dan senjata tajam,” tambah Benny.

Sedangkan korban luka-luka tercatat sebanyak 23 orang dimana 9 diantaranya sudah kembali kerumah masing-masing dan untuk korban luka-luka dari aparat sebanyak 8 orang antara lain 16 orang terkena lemparan batu dan dua orang terkena panah. “Ada  satu perwira polisi dan satu dari TNI,” sambungnya. Hingga kata Benny aparat keamanan masih siaga mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Forkompimda juga melakukan pertemuan untuk membahas penanganan akibat kejadian tersebut. Disini polisi menyampaikan bahwa Polres Jayawijaya memastikan akan menindak tegas siapa saja yang bertanggung jawab terjadinya kerusuhan yang mengakibatkan jatuhnya korban. (ryu/ade/wen)

TIMIKA  Situasi Kabupaten Jayawijaya pasca pembakaran dan pengerusakan beberapa fasilitas umum yang dilakukan oleh masyarakat saat ini relatif aman dan kondusif.

Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri, SIK  menyatakan situasi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya pasca kerusuhan pada Kamis (23/2) berangsur pulih dan sudah bisa dikendalikan. Hal itu diungkapkan Kapolda ketika ditemui di Timika, Jumat (24/2)

Ia menjelaskan saat ini Pemkab Jayawijaya, telah mengambil langkah-langkah untuk mengumpulkan para tokoh. Agar sama-sama, bisa mengendalikan situasi Kamtibmas di Kota Wamena.

Selain itu menurut Kapolda bahwa selaku penanggung jawab keamanan, ia telah mengirimkan 1 kompi personel Brimob Polda Papua untuk membantu menjaga situasi kamtibmas di Kota Wamena.

“Tim dari Propam Polda juga sudah ke Wamena, untuk segera mengevaluasi menyeluruh pola penanganan saat itu di lapangan. Kemudian dari Dit Reskrimum juga sudah kita kirim ke Wamena untuk lakukan langkah penanganan jatuhnya korban,”ucap Irjen Fakhiri.

Selanjutnya Kapolda menguraikan bahwa kejadian kerusuhan itu terjadi bermula, dari adanya informasi hoax yang menyebar ke masyarakat terkaitu isu penculikan anak.

Baca Juga :  Tokoh Adat, Tokoh Pemuda Tabi  Menolak Penetapan LE Sebagai Kepala Suku Papua

“Jadi informasi terkait penculikan anak itu, direspon oleh anggota Polres Jayawijaya. Namun situasi yang terjadi malah berbalik, ada yang memprovokasi sehingga terjadilah kejadian kemarin itu,”jelasnya.

Bahkan kata Kapolda, kejadian kerusuhan itu mengakibatkan 10 orang meninggal dunia, 16 orang aparat keamanan mengalami luka. “Kalau untuk kerugian material yakni 2 unit ruko, dan 13 rumah serta sejumlah kendaraan  TNI dan Polri yang rusak. Saya juga sampaikan permohonan maaf, dan belasungkawa atas kejadian kemarin,”ungkap Irjen Fakhiri.

Terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo menceritakan mengapa situasi akhirnya pecah. Diawali dengan adanya informasi terkait penculikan anak yang kemudian menyebar dan terjadi aksi massa. Warga yang terpicu isu justru melakukan pembakaran dan semakin anarkis.

Disitulah aparat mencoba menenangkan namun justru mendapat perlawanan. “TNI/Polri melakukan negoisasi agar isu penculikan dapat diselesaikan dengan baik tetapi Kapolres bersama anggota yang berada di lokasi diserang menggunakan batu dan panah, sehingga anggota mengeluarkan tembakan peringatan dengan harapan massa tidak melakukan aksi penyerangan terhadap anggota,” cerita Kabid Humas, Jumat (24/2).

Baca Juga :  Amankan Idul Fitri, Tujuh Pos Disiapkan

Ia memastikan saat itu massa semakin anarkis dan tidak mau mendengar imbauan aparat dan tidak mau membubarkan diri saat diberi tembakan peringatan. Malah warga memilih menyerang menggunakan panah. “Akibat kerusuhan tersebut terdapat korban meninggal dunia sebanyak 10 orang dimana 2 orang diduga mengalami penganiayaan berat diakibatkan oleh anak panah dan senjata tajam,” tambah Benny.

Sedangkan korban luka-luka tercatat sebanyak 23 orang dimana 9 diantaranya sudah kembali kerumah masing-masing dan untuk korban luka-luka dari aparat sebanyak 8 orang antara lain 16 orang terkena lemparan batu dan dua orang terkena panah. “Ada  satu perwira polisi dan satu dari TNI,” sambungnya. Hingga kata Benny aparat keamanan masih siaga mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Forkompimda juga melakukan pertemuan untuk membahas penanganan akibat kejadian tersebut. Disini polisi menyampaikan bahwa Polres Jayawijaya memastikan akan menindak tegas siapa saja yang bertanggung jawab terjadinya kerusuhan yang mengakibatkan jatuhnya korban. (ryu/ade/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya