Thursday, March 28, 2024
31.7 C
Jayapura

Wamena Membara

TERBAKAR: Kompleks kantor Bupati Jayawijaya yang ikut terbakar dalam aksi demo yang berakhir rusuh di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Senin (23/9). (FOTO : Denny/Cepos)

*17 Warga Meregang Nyawa, 66 Luka-luka

*Kapolda: Penyebar Hoaks di Wamena Akan Kita Cari!

WAMENA-Wamena ibukota Kabupaten Jayawijaya, Senin (23/9) kemarin dilanda kerusuhan. Kerusuhan yang mengakibatkan 17 orang warga meninggal dunia dan 66 orang luka-luka, dipicu oleh beredarnya informasi berbau rasis yang diduga hoaks. 

  Selain menewaskan 17 warga, dalam kerusuhan kemarin sejumlah kantor pemerintah dirusak dan dibakar. Seperti kantor Dinas Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah yang berada di kompleks kantor Bupati Jayawijaya, kantor PLN, kantor Statistik dan Kementerian Agama.

   Massa yang merupakan oknum pelajar SMA/SMK se-Jayawijaya yang awalnya melakukan aksi demo lantaran dugaan adanya informasi berbau rasis ini juga merusak mobil yang digunakan Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya yang kemarin berada di kantor Bupati Jayawijaya.

  Dari pantauan Cenderawasih Pos di lapangan, oknum pelajar SMA/SMK ini melakukan aksi anarkis dengan melempari kantor dan pertokoan di Jalan Irian Atas. Mereka kemudian menuju kantor Bupati Jayawijaya untuk menyampaikan aspirasinya kepada Bupati Jayawijaya. Namun saat Bupati Jayawijaya, Jhon R Banua menemui pelajar yang hendak menyampaikan aspirasi, tiba-tiba ada oknum yang bertindak anarkis dengan melempar kantor bupati dan membakar kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

  Aksi massa yang sudah bercampur dengan warga ini kemudian dihadang aparat dengan mengeluarkan tembakan peringatan, kemudian massa melakukan perlawanan dengan melempari aparat keamanan. Aksi massa ini secara kolektif dari segala penjuru kota Wamena. Seperti dari Wouma, Wesaput, Pike dan Sinakma. Mereka ingin melakukan aksi dalam kota, namun berhasil diblok aparat gabungan yang menutup beberapa jalur masuk ke arah kota. 

  Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua mengatakan pemerintah berharap masyarakat di distrik dan kampung tidak terpancing isu, yang akhirnya mengakibatkan terjadi kerusuhan. 

  Bupati Jhon Banua menegaskan bahwa aksi yang terjadi kemarin bukan lagi demo. Tetapi aksi anarkis yang dilakukan oknum masyarakat yang memanfaatkan atau menunggangi para pelajar.  

  ” Ini bukan demo. Ini aksi anarkis yang dilakukan. Sudah banyak tempat yang dibakar. Seperti Ruko dan ini masyarakat lainnya juga jadi korban,” ungkap Bupati Jhon Banua saat memantau percobaan pembakaran gedung Wenehule Hubi Wamena, Senin (23/9) kemarin.

Untuk meredam aksi tersebut, Bupati Jhon Banua mengaku sudah berdiskusi dengan anak sekolah, sehingga mereka membubarkan diri. 

“Kami coba fokus pada tempat-tempat vital seperti rumah sakit harus tetap ada pelayanan di sana. Jangan sampai di sana juga dibakar,” bebernya.

Baca Juga :  CPNS Wajib Ikut Latsar

Secara terpisah Komandan Kodim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto menyebutkan, jumlah korban jiwa dalam insiden aksi anarkis di Jayawijaya sampai dengan Senin (23/9) malam, sebanyak 17 orang meninggal dunia dan 66 orang mengalami luka-luka. 

DEMO: Ratusan pelajar SMA saat berkumpul di halaman kantor Bupati Jayawijaya untuk melakukan aksi unjuk rasa. Unjuk rasa ini berakhir ricuh. ( FOTO : Denny/Cepos )

  Sementara, 66 orang yang luka ini diakibatkan terkena alat tajam seperti parang, panah, dan juga yang terkena rekoset peluru yang saat ini sedang dilakukan penanganan medis.

“Dari 17 korban meninggal dan 66 korban luka tentunya ini belum maksimal dilakukan evakuasi. Sementara besok (hari ini, red) kami akan melanjutkan melakukan evakuasi pencarian korban. Karena ada beberapa rumah dan Ruko yang terbakar belum kita lakukan pemeriksaan,” ungkapnya Senin (23/9) malam.

  Malam kemarin, Dandim mengatakan, pihaknya melakukan patroli gabungan. Adapun personel keamanan yang telah tergelar sebanyak 1.300 personil TNI dan Polri. Termasuk bantuan BKO Brimob. 

“Tadi juga sudah didatangkan 100 personel Brimob dari Jayapura. Saat terjadi keributan, sejak pagi anggota melihat ada seorang warga yang membawa senpi,” bebernya.

“Tadi siang juga ada aksi baku tembak di wilayah Pasar Baru antara anggota Batalyon 756/ Wimane Sili dengan kelompok yang diduga adalah Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata. Mereka diperkirakan membawa pistol dan beberapa senpi laras panjang dan diperkirakan ada 3 pucuk senpi,” sambungnya. 

  Ia menambahkan, awal kejadian ini memang tak ada yang tahu. Dimana karena ada berita yang diviralkan tentang adanya ujaran rasisme. Namun pihak keamanan telah menindaklanjuti hal itu dengan menanyakan kepada pihak sekolah dan guru yang bersangkutan.

“Setelah kami klarifikasi, tak ada pernyataan rasisme yang keluar seperti itu. Namun ini masih didalami. Pemicu ini yang menyebabkan adanya aksi anarkis, dimana ada siswa dari SMA PGRI yang digiring oleh Kepolisian untuk menyelesaikan masalah ini di Polres Jayawijaya, namun ditengah perjalanan mereka melakukan aksi,” tambahnya.

Dandim menyebutkan, aksi yang dilakukan kemarin tidak murni dilakukan oleh pelajar. Menurutnya ada beberapa pihak ketiga yang menunggangi aksi mereka. Dimana ada yang sengaja menggunakan seragam sekolah dan setelah aksi dimulai spontanitas mereka mengajak semua sekolah turun ke jalan, 

“Karena jiwa muda mereka terbakar sehingga mereka ikut -ikutan semuanya. Padahal hari ini mereka ada ujian. mereka juga sempat melempar sekolah SMA Yapis Wamena, karena ingin mengajak siswanya melakukan aksi,” sesalnya. 

  Secara terpisah, Kapolda Papua, Irjen Pol. Rudolf A. Rodja mengakui, kerusuhan yang terjadi di Wamena berawal dari hoaks yang mengarah ke rasisme. 

Baca Juga :  Jangan Lagi Ada Ego Tertentu

“Yang di Wamena itu awalnya ada isu dua minggu lalu, ada oknum guru yang dituduh mengeluarkan kata rasisme. Namun setelah dilakukan pemeriksaan, guru tersebut mengaku tidak pernah mengeluarkan perkataan yang berbau rasis,” ungkap Kapolda Alberth Rodja kepada wartawan saat ikut memantau pengamanan aksi demi di Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, kemarin. 

Terkait hal ini, Kapolda mengimbau masyarakat Wamena khususnya Papua untuk tidak mudah terprofokasi terhadap info atau isu yang belum tentu kebenaranya. “Terkait pelaku yang menyebarkan hoaks isu rasis tersebut kita akan cari,”tegasnya.

Kadib Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal menambahkan, dalam aksi di Wamena ada kelompok tertentu yang melakukan provokasi supaya Wamena tidak kondusif.

Diakuinya, Bupati Jayawijaya sempat melakukan negosiasi dengan sejumlah masa aksi. “Setelah itu malah mereka melakukan pembakaran terhadap kantor bupati dan kantor yang lainya,” sesalnya.

Dikatakan, terkait kejadian tersebut akan dilakukan identifikasi semua kerugian terkait material maupun korban jiwa.

“Tentu kita akan menuggu hasil identifikasi. Karena sampai saat ini aparat masih melakukan patroli. Aparat juga harus berhati-hati sebab terdapat suara tembakan dari arah massa yang dihalau,” ucap Kamal yang ditemui wartawan di RS Bhayangkara Polda Papua. 

Kamal mengaku mendapat laporan dari Wamena sekira pukul 15:00 WIT, situasi di Wamena sudah mulai kondusif. Meskipun menurutnya ada sebagin masyarakat yang mengungsi ke Makodim dan Mapolres serta tempat aman lainnya. 

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Aloysius Giyai mengatakan akan mengirim sejumlah tenaga kesehatan ke Wamena pasca aksi yang berlangsung, Senin (23/9).

“Kami akan berkordinasi dengan TNI AU untuk mengirimkan sejumlah dokter bedah ke Wamena, untuk memberikan pelayanan kepada korban. Terutama dalam melayani traumatik bedah,” ungkap Aloysius Giyai kepada wartawan di RS Bhayangkara.

Dirinya berharap situasi di Wamena cepat kondusif khususnya aktivitas penerbangan agar bisa mengirim tim kesehatan tersebut.

Aloysius Giyai mengatakan bahwa dalam menangani korban aksi massa baik di Jayapura maupun di Wamena, pihaknya melakukan kegiatan tangap darurat dengan melakukan evakuasi di lapangan dan membawa korban ke rumah sakit terdekat atau yang menjadi induk pelayanan.

“Untuk Kota Jayapura kami sudah berkordinasi dengan sejumlah rumah sakit untuk bisa memberikan pelayanan kepada semua korban. Baik luka ringan, luka berat maupun korban jiwa,” pungkasnya. (jo/oel/fia/kim/nat)

TERBAKAR: Kompleks kantor Bupati Jayawijaya yang ikut terbakar dalam aksi demo yang berakhir rusuh di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Senin (23/9). (FOTO : Denny/Cepos)

*17 Warga Meregang Nyawa, 66 Luka-luka

*Kapolda: Penyebar Hoaks di Wamena Akan Kita Cari!

WAMENA-Wamena ibukota Kabupaten Jayawijaya, Senin (23/9) kemarin dilanda kerusuhan. Kerusuhan yang mengakibatkan 17 orang warga meninggal dunia dan 66 orang luka-luka, dipicu oleh beredarnya informasi berbau rasis yang diduga hoaks. 

  Selain menewaskan 17 warga, dalam kerusuhan kemarin sejumlah kantor pemerintah dirusak dan dibakar. Seperti kantor Dinas Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah yang berada di kompleks kantor Bupati Jayawijaya, kantor PLN, kantor Statistik dan Kementerian Agama.

   Massa yang merupakan oknum pelajar SMA/SMK se-Jayawijaya yang awalnya melakukan aksi demo lantaran dugaan adanya informasi berbau rasis ini juga merusak mobil yang digunakan Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya yang kemarin berada di kantor Bupati Jayawijaya.

  Dari pantauan Cenderawasih Pos di lapangan, oknum pelajar SMA/SMK ini melakukan aksi anarkis dengan melempari kantor dan pertokoan di Jalan Irian Atas. Mereka kemudian menuju kantor Bupati Jayawijaya untuk menyampaikan aspirasinya kepada Bupati Jayawijaya. Namun saat Bupati Jayawijaya, Jhon R Banua menemui pelajar yang hendak menyampaikan aspirasi, tiba-tiba ada oknum yang bertindak anarkis dengan melempar kantor bupati dan membakar kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

  Aksi massa yang sudah bercampur dengan warga ini kemudian dihadang aparat dengan mengeluarkan tembakan peringatan, kemudian massa melakukan perlawanan dengan melempari aparat keamanan. Aksi massa ini secara kolektif dari segala penjuru kota Wamena. Seperti dari Wouma, Wesaput, Pike dan Sinakma. Mereka ingin melakukan aksi dalam kota, namun berhasil diblok aparat gabungan yang menutup beberapa jalur masuk ke arah kota. 

  Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua mengatakan pemerintah berharap masyarakat di distrik dan kampung tidak terpancing isu, yang akhirnya mengakibatkan terjadi kerusuhan. 

  Bupati Jhon Banua menegaskan bahwa aksi yang terjadi kemarin bukan lagi demo. Tetapi aksi anarkis yang dilakukan oknum masyarakat yang memanfaatkan atau menunggangi para pelajar.  

  ” Ini bukan demo. Ini aksi anarkis yang dilakukan. Sudah banyak tempat yang dibakar. Seperti Ruko dan ini masyarakat lainnya juga jadi korban,” ungkap Bupati Jhon Banua saat memantau percobaan pembakaran gedung Wenehule Hubi Wamena, Senin (23/9) kemarin.

Untuk meredam aksi tersebut, Bupati Jhon Banua mengaku sudah berdiskusi dengan anak sekolah, sehingga mereka membubarkan diri. 

“Kami coba fokus pada tempat-tempat vital seperti rumah sakit harus tetap ada pelayanan di sana. Jangan sampai di sana juga dibakar,” bebernya.

Baca Juga :  Mengevaluasi Pelaksanaan Operasi Pencarian Pilot

Secara terpisah Komandan Kodim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto menyebutkan, jumlah korban jiwa dalam insiden aksi anarkis di Jayawijaya sampai dengan Senin (23/9) malam, sebanyak 17 orang meninggal dunia dan 66 orang mengalami luka-luka. 

DEMO: Ratusan pelajar SMA saat berkumpul di halaman kantor Bupati Jayawijaya untuk melakukan aksi unjuk rasa. Unjuk rasa ini berakhir ricuh. ( FOTO : Denny/Cepos )

  Sementara, 66 orang yang luka ini diakibatkan terkena alat tajam seperti parang, panah, dan juga yang terkena rekoset peluru yang saat ini sedang dilakukan penanganan medis.

“Dari 17 korban meninggal dan 66 korban luka tentunya ini belum maksimal dilakukan evakuasi. Sementara besok (hari ini, red) kami akan melanjutkan melakukan evakuasi pencarian korban. Karena ada beberapa rumah dan Ruko yang terbakar belum kita lakukan pemeriksaan,” ungkapnya Senin (23/9) malam.

  Malam kemarin, Dandim mengatakan, pihaknya melakukan patroli gabungan. Adapun personel keamanan yang telah tergelar sebanyak 1.300 personil TNI dan Polri. Termasuk bantuan BKO Brimob. 

“Tadi juga sudah didatangkan 100 personel Brimob dari Jayapura. Saat terjadi keributan, sejak pagi anggota melihat ada seorang warga yang membawa senpi,” bebernya.

“Tadi siang juga ada aksi baku tembak di wilayah Pasar Baru antara anggota Batalyon 756/ Wimane Sili dengan kelompok yang diduga adalah Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata. Mereka diperkirakan membawa pistol dan beberapa senpi laras panjang dan diperkirakan ada 3 pucuk senpi,” sambungnya. 

  Ia menambahkan, awal kejadian ini memang tak ada yang tahu. Dimana karena ada berita yang diviralkan tentang adanya ujaran rasisme. Namun pihak keamanan telah menindaklanjuti hal itu dengan menanyakan kepada pihak sekolah dan guru yang bersangkutan.

“Setelah kami klarifikasi, tak ada pernyataan rasisme yang keluar seperti itu. Namun ini masih didalami. Pemicu ini yang menyebabkan adanya aksi anarkis, dimana ada siswa dari SMA PGRI yang digiring oleh Kepolisian untuk menyelesaikan masalah ini di Polres Jayawijaya, namun ditengah perjalanan mereka melakukan aksi,” tambahnya.

Dandim menyebutkan, aksi yang dilakukan kemarin tidak murni dilakukan oleh pelajar. Menurutnya ada beberapa pihak ketiga yang menunggangi aksi mereka. Dimana ada yang sengaja menggunakan seragam sekolah dan setelah aksi dimulai spontanitas mereka mengajak semua sekolah turun ke jalan, 

“Karena jiwa muda mereka terbakar sehingga mereka ikut -ikutan semuanya. Padahal hari ini mereka ada ujian. mereka juga sempat melempar sekolah SMA Yapis Wamena, karena ingin mengajak siswanya melakukan aksi,” sesalnya. 

  Secara terpisah, Kapolda Papua, Irjen Pol. Rudolf A. Rodja mengakui, kerusuhan yang terjadi di Wamena berawal dari hoaks yang mengarah ke rasisme. 

Baca Juga :  Pemkab Sarmi, KPU dan Bawaslu Tandatangani NPHD Pilkada Serentak

“Yang di Wamena itu awalnya ada isu dua minggu lalu, ada oknum guru yang dituduh mengeluarkan kata rasisme. Namun setelah dilakukan pemeriksaan, guru tersebut mengaku tidak pernah mengeluarkan perkataan yang berbau rasis,” ungkap Kapolda Alberth Rodja kepada wartawan saat ikut memantau pengamanan aksi demi di Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, kemarin. 

Terkait hal ini, Kapolda mengimbau masyarakat Wamena khususnya Papua untuk tidak mudah terprofokasi terhadap info atau isu yang belum tentu kebenaranya. “Terkait pelaku yang menyebarkan hoaks isu rasis tersebut kita akan cari,”tegasnya.

Kadib Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal menambahkan, dalam aksi di Wamena ada kelompok tertentu yang melakukan provokasi supaya Wamena tidak kondusif.

Diakuinya, Bupati Jayawijaya sempat melakukan negosiasi dengan sejumlah masa aksi. “Setelah itu malah mereka melakukan pembakaran terhadap kantor bupati dan kantor yang lainya,” sesalnya.

Dikatakan, terkait kejadian tersebut akan dilakukan identifikasi semua kerugian terkait material maupun korban jiwa.

“Tentu kita akan menuggu hasil identifikasi. Karena sampai saat ini aparat masih melakukan patroli. Aparat juga harus berhati-hati sebab terdapat suara tembakan dari arah massa yang dihalau,” ucap Kamal yang ditemui wartawan di RS Bhayangkara Polda Papua. 

Kamal mengaku mendapat laporan dari Wamena sekira pukul 15:00 WIT, situasi di Wamena sudah mulai kondusif. Meskipun menurutnya ada sebagin masyarakat yang mengungsi ke Makodim dan Mapolres serta tempat aman lainnya. 

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Aloysius Giyai mengatakan akan mengirim sejumlah tenaga kesehatan ke Wamena pasca aksi yang berlangsung, Senin (23/9).

“Kami akan berkordinasi dengan TNI AU untuk mengirimkan sejumlah dokter bedah ke Wamena, untuk memberikan pelayanan kepada korban. Terutama dalam melayani traumatik bedah,” ungkap Aloysius Giyai kepada wartawan di RS Bhayangkara.

Dirinya berharap situasi di Wamena cepat kondusif khususnya aktivitas penerbangan agar bisa mengirim tim kesehatan tersebut.

Aloysius Giyai mengatakan bahwa dalam menangani korban aksi massa baik di Jayapura maupun di Wamena, pihaknya melakukan kegiatan tangap darurat dengan melakukan evakuasi di lapangan dan membawa korban ke rumah sakit terdekat atau yang menjadi induk pelayanan.

“Untuk Kota Jayapura kami sudah berkordinasi dengan sejumlah rumah sakit untuk bisa memberikan pelayanan kepada semua korban. Baik luka ringan, luka berat maupun korban jiwa,” pungkasnya. (jo/oel/fia/kim/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya