Namun, massa tetap melanjutkan aksi dan massa bertambah banyak ketika mahasiswa dari Fakultas Teknik dan FMIPA bergabung. Situasi mulai memanas sekitar pukul 09.56 WIT ketika Wakil Ketua BEM Uncen, Nando Tibul, berorasi dari atas mobil Polresta Jayapura. Hal ini memicu kericuhan, yang berujung pada tindakan pengamanan oleh aparat dengan penggunaan Water Cannon dan gas air mata untuk membubarkan massa.
Tak lama setelah itu kericuhan pun terjadi setelah diawali aksi saling dorong massa dengan aparat kepolisi. Kemudian, berujung pemukulan terhadap anggota. Menangapi itu, aparat kepolisian mengambil tindakan tegas dan terukur dengan menyemprotkan Water Canon dan gas air mata maupun tembakan ke udara. Sontak masa aksipun langsung terpencar dan mencari perlindungan dengan tetap melemparkan batu kepada petugas.
Situpun dilokasi semakin mencekam, aksi saling lempar antara aparat dan masa aksi pun tak bisa dikendalikan. Fredrickus menegaskan aksi tersebut tidak mengajukan permohonan izin demonstrasi sesuai prosedur yang berlaku baik kepada pihak kepolisian maupun dengan pihak kampus. “Tidak ada ijin resmi dari kami, jadi mereka ini melanggar aturan, mahasiswa aksi juga tidak berkoordinasi dengan pihak kampus,” Fredrickus kepada wartawan.
Lebih lanjut Kapolresta itu mengatakan, hingga saat ini pihaknya pun masih melakukan identifikasi untuk mengungkap pelaku pelemparan yang melukai anggotanya. Diketahui sebelumnya aksi demo penyampaian aspirasi berjalan baik dan telah didengar oleh pimpinan Universitas Cenderawasih yang diwakili oleh Pembantu Rektor (PR) III, Septinus Saa.
Lalu meski sudah berbicara dengan pimpinan kampus, para mahasiswa yang menggelar aksi demo tetap ngotot menghentikan aktivitas di kampus dengan menutup portal. Ini juga sempat mendapat penolakan dari mahasiswa lain karena merasa dirugikan. “Akhirnya terjadi gesekan bersama aparat kepolisian yang sedang melaksanakan pengamanan di lokasi, sehingga kericuhan pun terjadi,” ungkapnya.
Enes Depla salah satu kordinator dalam aksi tersebut menyebutkan bahwa kenaikan UKT atau SPP di kampus Uncen menjadi point utama dari pihaknya melakukan orasi. Kepada Cenderawasih Pos, Enes menyebut biaya UKT saat ini di kampus Uncen telah mencapai Rp 4-5 juta untuk masyarakat Orang Asli Papua (OAP). Sementara untuk mahasiswa non OAP atau pendatang telah mencapai Rp 8-10 per tahun.
“Harapan kami sebagai masyarakat asli Papua bisa turun kembali seperti sediakala pada tahun 2021 lalu diangka Rp 1.700 juta lebih, Itu harapan kami,” kata Enes. (kar/rel/fia/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos