Saturday, April 27, 2024
31.7 C
Jayapura

Kapolda Bantah Dirinya Diserang di Rumah Duka

Kapolda Irjen Pol Mathius D Fakhiri memberikan salam kepada warga yang datang melayat di rumah duka, Sabtu (22/5) malam.( FOTO: Elfira/Cepos)

JAYAPURA- Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri membantah jika dirinya diserang saat berada di rumah jabatan Wakil Gubernur Papua di Dok V Atas, Distrik Jayapura Utara, Sabtu (22/5) malam.

“Kalau orang yang tidak tahu pasti mereka kaget. Padahal itu sudah biasa dan budaya. Saya membantah adanya penyerangan terhadap Kapolda. Itu tidak benar sama sekali, itu salah dan  tidak ada dasarnya,” tegas Kapolda Mathius Fakhiri saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya, Minggu (23/5).

Kapolda mengaku memahami budaya di tanah Papua, apalagi masyarakat yang merupakan saudara-saudaranya dari pegunungan. “Saya memahami betul, sehingga kita biasa saja dan tidak apa-apa. Setelah mereka meluapkan kemarahannya, saya malah balik duduk di samping jenazah dan ditemani mereka,” jelasnya. 

Menurut Kapolda, dalam kebudayaan sebagian orang Papua, jika ada berita duka, mereka meluapkan kemarahannya.

“Memang budaya seperti ini pelan-pelan harus kita tinggalkan. Karena kita punya anak isteri dan keluarga yang tidak ada campur apa-apa. Kasihan saudara-saudara kita meluapkan kemarahan kepada isteri dan meminta penjelasan, itu yang terjadi semalam,” tuturnya.

Baca Juga :  DPRP-MRP Akan Temui Presiden

Lanjut Kapolda, dalam kebiasaan sebagian orang Papua, setelah kumpul-kumpul, mereka melakukan waita (tarian tradisional masyarakat pegunungan tengah) lalu membuang suara kasar, bahkan mereka melempar rumah. Setelah itu, mereka berkumpul dan meminta penjelasan kenapa yang bersangkutan meninggal dunia.

“Setelah dijelaskan penyebab kematian, mereka datang secara berkelompok sembari duduk menangis di depan peti jenazah. Setelah itu, mereka keluar secara tenang dan bagi rejeki lalu bubar. Itulah yang terjadi semalam,” ungkap Kapolda yang mengaku berada di rumah dinas almarhum bersama masyarakat hingga pukul 01:30 WIT.

Sementara itu di mata Kapolda, sosok seorang Klemen Tinal merupakan orang yang cukup tegas, responship dalam semua persoalan dan sangat bersahabat.

“Selaku Kapolda, saya merasa kehilangan sosok beliau yang selalu berkomunikasi baik dengan saya untuk melihat papua secara keseluruhan, kita selalu berkolaborasi,” kenang Kapolda.

Kapolda beserta seluruh keluarga besar Polri beserta Bhayangkarinya turut berbelasungkawa atas kepergian almarhum (Klemen Tinal-red) putra terbaik Papua.

Baca Juga :  Dewan Adat Meepago Sampaikan Permohonan Maaf

Kapolda juga mengenang, terakhir kalinya bertemu dengan almarhum pada akhir April lalu. Sebelum Gubernur Papua Lukas Enembe berangkat berobat ke Jakarta.

“Kami bertiga bertemu di Gedung Negara saat itu, duduk ngobrol sembari tertawa bersama. Di Gedung Negara saat itu, kami bertiga sedang mop. Itu kenangan saya bersama almarhum sebelum pergi untuk selamanya,” tambahnya.

Lanjut Kapolda, saat itu almarhum Klemen Tinal juga menyampaikan akan ke Jakarta setelah Gubernur Papua menyampaikan ke Kapolda bakal berobat ke Jakarta karena sedang sakit.

“Karena pak Gubernur mau berobat ke jakarta, beliau (Klemen Tinal-red) sampaikan ke saya, Pak Kapolda saya juga mau ke Jakarta untuk pasang gigi. Ini gigi saya sudah naik (sembari memperlihatkan gigi). Itu yang terakhir kami bertiga bercanda ria ngobrol di tempatnya gubernur,” tutur Kapolda mengenang pertemuan terakhir dirinya dengan almarhum. (fia/nat)

Kapolda Irjen Pol Mathius D Fakhiri memberikan salam kepada warga yang datang melayat di rumah duka, Sabtu (22/5) malam.( FOTO: Elfira/Cepos)

JAYAPURA- Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri membantah jika dirinya diserang saat berada di rumah jabatan Wakil Gubernur Papua di Dok V Atas, Distrik Jayapura Utara, Sabtu (22/5) malam.

“Kalau orang yang tidak tahu pasti mereka kaget. Padahal itu sudah biasa dan budaya. Saya membantah adanya penyerangan terhadap Kapolda. Itu tidak benar sama sekali, itu salah dan  tidak ada dasarnya,” tegas Kapolda Mathius Fakhiri saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya, Minggu (23/5).

Kapolda mengaku memahami budaya di tanah Papua, apalagi masyarakat yang merupakan saudara-saudaranya dari pegunungan. “Saya memahami betul, sehingga kita biasa saja dan tidak apa-apa. Setelah mereka meluapkan kemarahannya, saya malah balik duduk di samping jenazah dan ditemani mereka,” jelasnya. 

Menurut Kapolda, dalam kebudayaan sebagian orang Papua, jika ada berita duka, mereka meluapkan kemarahannya.

“Memang budaya seperti ini pelan-pelan harus kita tinggalkan. Karena kita punya anak isteri dan keluarga yang tidak ada campur apa-apa. Kasihan saudara-saudara kita meluapkan kemarahan kepada isteri dan meminta penjelasan, itu yang terjadi semalam,” tuturnya.

Baca Juga :  MRP se Tanah Papua dan Poksus Sepakat Kepala Daerah dan Wakil Harus OAP

Lanjut Kapolda, dalam kebiasaan sebagian orang Papua, setelah kumpul-kumpul, mereka melakukan waita (tarian tradisional masyarakat pegunungan tengah) lalu membuang suara kasar, bahkan mereka melempar rumah. Setelah itu, mereka berkumpul dan meminta penjelasan kenapa yang bersangkutan meninggal dunia.

“Setelah dijelaskan penyebab kematian, mereka datang secara berkelompok sembari duduk menangis di depan peti jenazah. Setelah itu, mereka keluar secara tenang dan bagi rejeki lalu bubar. Itulah yang terjadi semalam,” ungkap Kapolda yang mengaku berada di rumah dinas almarhum bersama masyarakat hingga pukul 01:30 WIT.

Sementara itu di mata Kapolda, sosok seorang Klemen Tinal merupakan orang yang cukup tegas, responship dalam semua persoalan dan sangat bersahabat.

“Selaku Kapolda, saya merasa kehilangan sosok beliau yang selalu berkomunikasi baik dengan saya untuk melihat papua secara keseluruhan, kita selalu berkolaborasi,” kenang Kapolda.

Kapolda beserta seluruh keluarga besar Polri beserta Bhayangkarinya turut berbelasungkawa atas kepergian almarhum (Klemen Tinal-red) putra terbaik Papua.

Baca Juga :  DPRP-MRP Akan Temui Presiden

Kapolda juga mengenang, terakhir kalinya bertemu dengan almarhum pada akhir April lalu. Sebelum Gubernur Papua Lukas Enembe berangkat berobat ke Jakarta.

“Kami bertiga bertemu di Gedung Negara saat itu, duduk ngobrol sembari tertawa bersama. Di Gedung Negara saat itu, kami bertiga sedang mop. Itu kenangan saya bersama almarhum sebelum pergi untuk selamanya,” tambahnya.

Lanjut Kapolda, saat itu almarhum Klemen Tinal juga menyampaikan akan ke Jakarta setelah Gubernur Papua menyampaikan ke Kapolda bakal berobat ke Jakarta karena sedang sakit.

“Karena pak Gubernur mau berobat ke jakarta, beliau (Klemen Tinal-red) sampaikan ke saya, Pak Kapolda saya juga mau ke Jakarta untuk pasang gigi. Ini gigi saya sudah naik (sembari memperlihatkan gigi). Itu yang terakhir kami bertiga bercanda ria ngobrol di tempatnya gubernur,” tutur Kapolda mengenang pertemuan terakhir dirinya dengan almarhum. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya