JAYAPURA – Menteri Sosial, Tri Rismaharini memiliki keyakinan bahwa ke depan Papua bisa menciptakan motor listrik sendiri. Keyakinan ini dilihat setelah mengetahui ada sekelompok mahasiswa asal Mamberamo Raya yang terlibat dalam rancang bangun perahu fiberglass atau speed boat.
Risma menyampaikan itu saat menyerahkan perahu fiberglass dan motor listrik buah kerja sama Kementerian Sosial, Universitas Cenderawasih dan Institut Teknologi Surabaya (ITS).
Di sini Risma menyampaikan bahwa dari hasil yang sudah ditunjukkan anak – anak Papua ini, paling tidak menjawab sebuah tantangan. Tinggal disuport agar teknologi terus berkembang. “Saya yakin itu, satu saat motor listrik harus bisa diproduksi di Papua untuk menjawab tantangan ke depan. Kasi tau ke yang lain bahwa Papua bisa,” ujar Risma disela – sela kegiatan di Galangan Kapal Dok IV Jayapura Utara, Rabu (23/3).
Disitu Risma menjelaskan awal mengapa ada hasil karya seperti itu. Mantan Wali Kota Surabaya ini mengatakan awalnya ia diundang oleh Ketua FKUB Papua, Pdt Lypius Biniluk ke tempat pelatihan dan saat itu ada seorang meminta dibantu jhonson.
“Saya bingung jhonson itu apa. Lalu dijawab bahwa itu mesin kapal dan nanti mereka buat dari pohon yang ditebang kemudian dilubangi. Tapi saya menolak karena saya tak mau disoroti pegiat lingkungan dunia akibat ada pohon yang ditebang,” ceritanya.
Dari situlah ia meminta untuk anak-anak ini belajar membuat perahu fiberglass. “Jadi saya tidak mau memberikan kapal dan saya minta untuk dibuat sendiri. Saya akhirnya ingat ITS dan disitulah dibantu. Kemudian anak – anak ini bekerja langsung di Papua, bukan dibawa ke Surabaya,” sambungnya.
Risma mengaku juga mendiskusikan bagaimana dengan kondisi aksesibilitas di wilayah pegunungan dan akhirnya muncul ide motor yang bisa mengatasi kondisi geografi di Papua. Tercetuslah motor listrik. “Satu saat motor listrik harus diciptakan dari Papua. Saya ingin menyampaikan bahwa kita semua bisa dan kita harus bisa memecahkan apa yang menjadi hambatan saat kita melakukan pekerjaan. Lalu kalau kita bisa membuat kapal mengapa daerah lain tidak kita bantu,” pintanya.
Iapun sedikit berceramah bahwa anak – anak muda di Papua tidak perlu mimpi yang macam – macam tapi fokus pada tugas dan menuntaskan tersebut. Ia lantas menceritakan pengalamannya dimana saat diawal menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Tuhan mengujinya dengan banjir. Tiga malam ia tak tidur hanya untuk menemui warganya. Sebab banjir saat itu menggenangi hampir seluruh Surabaya.
“Tiga malam saya tidak tidur dan saya sudah tidak kuat tapi saya harus bertahan. Dan ketika itu ada yang datangi saya mengatakan bagaimana mereka bisa sejahtera dan mendongkrak ekonomi jika setiap tahun banjir. Setiap tahun dari uang yang didapat hanya dipakai untuk mengganti perabotan, barang yang dibeli mencicil semua musnah dan saya percaya Tuhan mendengar doa umat-Nya,” kenang Mensos.
Iapun berinisiatif mencari arah atau sumber airnya dan dapat. “Saya hanya berdua dengan sopir lalu sopirnya bilang, ibu harus turun dari mobil karena kalau mobil ini terseret air kita akan celaka dan saya akan disalahkan warga Surabaya. Saya pun turun sendiri dan memegang pohon – pohon dan itu sampai jam 4 pagi mencari sumber air dan dari ketekunan tersebut akhirnya saat ini jika banjir Surabaya relatif aman. Persoalan banjir bisa diselesaikan,” tegasnya.
“Kita harus percaya diri sebab tidak ada anak yang bodoh dan tak ada anak yang pintar. Semua anak berhak untuk berhasil dan sukses. Sama seperti semua yang ada disini, berhak untuk berhasil dan sukses selama digeluti dan didoakan,” tutupnya.
Dalam kesempatan ini Risma juga mencoba perahu fiberglass tersebut didampingi sejumlah anak – anak Mamberamo Raya. (ade/cr-267/nat)