Thursday, April 25, 2024
32.7 C
Jayapura

Stok Peti Jenazah Kosong

* Rata-rata Temuan 51 Kasus Positif, 2 Kasus Kematian per Hari

JAYAPURA-Selain rumah sakit di Kota Jayapura yang mulai kewalahan menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah sejak awal Juli 2021, usaha pembuatan dan penjualan peti jenazah di Kota Jayapura juga mulai kewalahan melayani tingginya permintaan peti jenazah. 

Dari beberapa usaha penjualan peti jenazah, krans bunga dan perlengkapan jenazah lainnya yang ditemui Cenderawasih Pos mengaku kewalahan melayani permintaan peti jenazah.  

Kevin Harimisa salah seorang karyawan di toko Sarewi Flower mengakui selama pandemi Covid-19, permintaan peti jenazah mengalami peningkatan. 

Kevin bahkan mengaku kewalahan memenuhi permintaan pembuatan peti jenazah.

“Sebelum ada pandemi Covid penjualan peti jenazah dalam satu minggu hanya dua atau tiga peti jenazah saja, tapi selama Covid-19, satu hari bisa sampai tiga peti jenazah yang terjual. Bahkan saat ini stok peti jenazah mulai kosong,” ungkapnya saat ditemui Cenderawasih Pos, Kamis (22/7).

Permintaan peti jenazah menurut Kevin tidak hanya untuk wilayah Kota Jayapura. Pihaknya juga bahkan melayani hingga ke Kabupaten Biak Numfor dan bahkan ke Provinsi Papua Barat seperti ke manokwari dan Sorong. “Harganya bervariasi mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 10 juta. Tergantung model dan tingkat kesulitan dalam pembuatan.  Namun yang banyak dibeli harga Rp 2,5 juta – Rp 3,5 juta,” bebernya.

“Kalau memang barang susah dicari, biasanya harganya naik. Seperti peti jenazah yang harganya Rp 2,5 juta kini menjadi Rp 3,5 juta karena barang kosong,” sambungnya.

Hal yang sama juga dialami Giok penjual peti jenazah, krnas bunga dan perlengkapan jenazah lainnya. Giok yang memiliki usaha Nivankev Florist di kawasan Entrop, Distrik Jayapura Selatan mengakui adanya peningkatan permintaan peti jenazah.

Baca Juga :  Volume Belanja Meningkat, Warga Diingatkan Perhatikan Masa Kadaluwarsa Barang

Bahkan Giok mengaku sudah tidak memiliki stok peti jenazah. “Kebutulan kami hanya menjual dan tidak membuat peti jenazah. Saat ini stok yang kami miliki kosong,” bebernya.

Giok mengaku mengambil barang di tempat pembuatan peti jenazah di daerah Tanah Hitam, Distrik Abepura. Untuk peti jenazah khususnya pemakaman pasien Covid-19 menurut Giok sudah ada kerja sama pihak rumah sakit dengan pembuat peti jenazah. 

Sementara bagi keluarga korban yang membeli di luar, biasanya menginginkan model peti jenazah sendiri. 

“Selama pandemi Covid-19 ini, dalam satu hari kami bisa menjual 10 peti jenazah. Untuk saat ini stok kami kosong. Karena di tempat pembuat peti jenazah, infonya juga mulai kosong akibat banyaknya permintaan,” pungkasnya. 

Secara terpisah Wali Kota Jayapur, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., menjelaskan bahwa hingga saat ini, dari 14 kampung di Kota Jayapura, 1 kampung yang masih berada di zona merah. Sementara 7 kampung berada di zona kuning, dan 6 kampung berada di zona hijau.

“Satu kampung yang berada di zona merah itu adalah kampung Yoka, dan sisanya berada di zona kuning dan hijau. Padahal,kondisi di awal Juni yang lalu semua kampung sudah berada di zona hijau,” ungkapTomi Mano, Kamis (22/7) kemarin.

Adapunsebaran kasus di 25 kelurahan di Kota Jayapura, diakuinya ada 22 kelurahan berada di zona merah. Sementara  3 kelurahan berada di zona oranye, yakni Angkasapura, Koya Timur dan Abepantai

Baca Juga :  Handphone Meledak, Dua Unit Rumah Terbakar

 “Padahal pada awal Juni ada 5 kelurahan hijau dan tersisa 1 kelurahan yang merah yaitu Hedam. Tetapi kondisi saat ini hampir semua kelurahan berada pada zona merah,” tambahnya.

Dengan peningkatan kasus yang signifikan ini, Wali Kota Tomi Mano memaparkan bahwa pada bulan Juli ini, temuan kasus per hari bisa mencapai 51 kasus. Padahal, pada Mei lalu hanya rata-rata 4 kasus per hari, dan di bulan Juni temuan kasus berada di angka 14 kasus per hari.

“Sementara itu, pada April, Mei, dan Juni, kita telah berhasil menekan angka kematian sebesar 0,7 persen. Namun pada Juli ini, angka kematian mencapai 3,3 persen, yang mana secara kumulatif dari Maret 2020 hingga 20 Juli 2021 ini, angka kematian mencapai 1,93 persen,” jelasnya.

“Tidak heran pada bulan Juli ini, kasus meninggal dunia meningkat tajam. Rata-rata yang meninggal dunia akibat Covid-19 mencapai 2 orang per harinya,” sambungnya.

Wali Kota Tomi Mano yang juga Ketua Satgas Covid-19 Kota Jayapura menyebutkan bahwa r0-rt (basic reproduction number – effective reproduction number) Kota Jayapura saat ini berada di angka 1,52. Sebelumnya, angka ini sempat melonjak hingga 3,3 pada 26 Juni.

“Melihat hal ini, kita tahu bahwa rt-r0 kita pernah mencapai 0,34. Namun, dengan terbukanya pintu masuk ke Kota Jayapura pasca Idul Fitri baik melalui perbatasan, bandara dan pelabuhan laut berperan besar meningkatkan kasus yang ada di kota Jayapura. Sampai dengan 3 Juli 72 persen kasus Kota Jayapura adalah penjaringan dari pelabuhan laut,” pungkasnya. (dil/gr/nat) 

* Rata-rata Temuan 51 Kasus Positif, 2 Kasus Kematian per Hari

JAYAPURA-Selain rumah sakit di Kota Jayapura yang mulai kewalahan menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah sejak awal Juli 2021, usaha pembuatan dan penjualan peti jenazah di Kota Jayapura juga mulai kewalahan melayani tingginya permintaan peti jenazah. 

Dari beberapa usaha penjualan peti jenazah, krans bunga dan perlengkapan jenazah lainnya yang ditemui Cenderawasih Pos mengaku kewalahan melayani permintaan peti jenazah.  

Kevin Harimisa salah seorang karyawan di toko Sarewi Flower mengakui selama pandemi Covid-19, permintaan peti jenazah mengalami peningkatan. 

Kevin bahkan mengaku kewalahan memenuhi permintaan pembuatan peti jenazah.

“Sebelum ada pandemi Covid penjualan peti jenazah dalam satu minggu hanya dua atau tiga peti jenazah saja, tapi selama Covid-19, satu hari bisa sampai tiga peti jenazah yang terjual. Bahkan saat ini stok peti jenazah mulai kosong,” ungkapnya saat ditemui Cenderawasih Pos, Kamis (22/7).

Permintaan peti jenazah menurut Kevin tidak hanya untuk wilayah Kota Jayapura. Pihaknya juga bahkan melayani hingga ke Kabupaten Biak Numfor dan bahkan ke Provinsi Papua Barat seperti ke manokwari dan Sorong. “Harganya bervariasi mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 10 juta. Tergantung model dan tingkat kesulitan dalam pembuatan.  Namun yang banyak dibeli harga Rp 2,5 juta – Rp 3,5 juta,” bebernya.

“Kalau memang barang susah dicari, biasanya harganya naik. Seperti peti jenazah yang harganya Rp 2,5 juta kini menjadi Rp 3,5 juta karena barang kosong,” sambungnya.

Hal yang sama juga dialami Giok penjual peti jenazah, krnas bunga dan perlengkapan jenazah lainnya. Giok yang memiliki usaha Nivankev Florist di kawasan Entrop, Distrik Jayapura Selatan mengakui adanya peningkatan permintaan peti jenazah.

Baca Juga :  Gagal Patahkan Dominasi Persib

Bahkan Giok mengaku sudah tidak memiliki stok peti jenazah. “Kebutulan kami hanya menjual dan tidak membuat peti jenazah. Saat ini stok yang kami miliki kosong,” bebernya.

Giok mengaku mengambil barang di tempat pembuatan peti jenazah di daerah Tanah Hitam, Distrik Abepura. Untuk peti jenazah khususnya pemakaman pasien Covid-19 menurut Giok sudah ada kerja sama pihak rumah sakit dengan pembuat peti jenazah. 

Sementara bagi keluarga korban yang membeli di luar, biasanya menginginkan model peti jenazah sendiri. 

“Selama pandemi Covid-19 ini, dalam satu hari kami bisa menjual 10 peti jenazah. Untuk saat ini stok kami kosong. Karena di tempat pembuat peti jenazah, infonya juga mulai kosong akibat banyaknya permintaan,” pungkasnya. 

Secara terpisah Wali Kota Jayapur, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., menjelaskan bahwa hingga saat ini, dari 14 kampung di Kota Jayapura, 1 kampung yang masih berada di zona merah. Sementara 7 kampung berada di zona kuning, dan 6 kampung berada di zona hijau.

“Satu kampung yang berada di zona merah itu adalah kampung Yoka, dan sisanya berada di zona kuning dan hijau. Padahal,kondisi di awal Juni yang lalu semua kampung sudah berada di zona hijau,” ungkapTomi Mano, Kamis (22/7) kemarin.

Adapunsebaran kasus di 25 kelurahan di Kota Jayapura, diakuinya ada 22 kelurahan berada di zona merah. Sementara  3 kelurahan berada di zona oranye, yakni Angkasapura, Koya Timur dan Abepantai

Baca Juga :  Penularan di Bali Masih Tinggi

 “Padahal pada awal Juni ada 5 kelurahan hijau dan tersisa 1 kelurahan yang merah yaitu Hedam. Tetapi kondisi saat ini hampir semua kelurahan berada pada zona merah,” tambahnya.

Dengan peningkatan kasus yang signifikan ini, Wali Kota Tomi Mano memaparkan bahwa pada bulan Juli ini, temuan kasus per hari bisa mencapai 51 kasus. Padahal, pada Mei lalu hanya rata-rata 4 kasus per hari, dan di bulan Juni temuan kasus berada di angka 14 kasus per hari.

“Sementara itu, pada April, Mei, dan Juni, kita telah berhasil menekan angka kematian sebesar 0,7 persen. Namun pada Juli ini, angka kematian mencapai 3,3 persen, yang mana secara kumulatif dari Maret 2020 hingga 20 Juli 2021 ini, angka kematian mencapai 1,93 persen,” jelasnya.

“Tidak heran pada bulan Juli ini, kasus meninggal dunia meningkat tajam. Rata-rata yang meninggal dunia akibat Covid-19 mencapai 2 orang per harinya,” sambungnya.

Wali Kota Tomi Mano yang juga Ketua Satgas Covid-19 Kota Jayapura menyebutkan bahwa r0-rt (basic reproduction number – effective reproduction number) Kota Jayapura saat ini berada di angka 1,52. Sebelumnya, angka ini sempat melonjak hingga 3,3 pada 26 Juni.

“Melihat hal ini, kita tahu bahwa rt-r0 kita pernah mencapai 0,34. Namun, dengan terbukanya pintu masuk ke Kota Jayapura pasca Idul Fitri baik melalui perbatasan, bandara dan pelabuhan laut berperan besar meningkatkan kasus yang ada di kota Jayapura. Sampai dengan 3 Juli 72 persen kasus Kota Jayapura adalah penjaringan dari pelabuhan laut,” pungkasnya. (dil/gr/nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya