Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Konflik Bersenjata di Papua Salah Jakarta

Pdt. Dorman Wandikbo: Orang Papua Saat ini Seakan Numpang Saja Bukan Kami Punya Tanah

JAYAPURA-Kontak senjata antara TPN-OPM dan TNI-Polri masih berlangsung hingga saat ini di tanah Papua. Sabtu (19/2), satu anggota TNI dan seorang sipil ditembak di Kabupaten Puncak.

Peristiwa kontak senjata antara TPNOPM dan TNI-Polri juga sering terjadi di kabupaten lainnya seperti Intan Jaya, Pegunungan Bintang dan Nduga.

Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Pdt. Dorman Wandikbo menyampaikan bahwa bukan masyarakat Puncak yang salah dalam hal ini juga bukan TPN-OPM. Namun menurutnya yang salah adalah pengiriman pasukan non organik di Papua.

Padahal lanjut Pdt. Dorman, sudah sering diingatkan agar pasukan non organik ditarik dari tanah Papua. “Yang salah adalah mengirim pasukan non organik di Papua. Disuruh tarik pasukan non organik tidak mau, kesalahan ada di Jakarta. Konflik di Papua itu semua karena Jakarta,” tegas Pdt. Dorman Wandikbo saat menghadiri persidangan perdana Victor Yeimo di Pengadilan Negeri Jayapura, Senin (21/2).

Baca Juga :  Wamendagri: Anggota MRPB Jangan Berpolitik Praktis!

Lanjut Pdt Dorman, saat Tito Karnavian menjabat sebagai Kapolri, pihaknya sudah memberi tahu pada tanggal 26 Agustus tahun 2019. Bahkan gereja di Papua menurutnya, sudah tanda tangan meminta penarikan pasukan non organik dari Papua. Namun hingga saat ini tidak ada penarikan pasukan non organik tersebut.

“Jika tidak ada penarikan pasukan non organik dari Papua, maka konflik akan terus terjadi di tanah Papua. Coba saja tarik semua pasukan non organik dan tinggalkan pasukan organik di Papua. Karena pasukan organik ini kita sudah lama tinggal dengan mereka  dan aman-aman saja. Pasukan organik ini tahu dengan kondisi dan situasi Papua,” bebernya.

“Yang bikin kacau adalah orang luar (pasukan non organik, red). Begitu datang tiba-tiba dan melakukan penembakan kiri kanan. Kalau Papua mau aman, tarik saja pasukan non organik. Bukan Intan Jaya yang salah, bukan Ilaga yang salah, bukan juga TPN-OPM yang salah. Tapi kesalahannya adalah mereka yang kirim pasukan non organik di Papua,” sambungnya.

Baca Juga :  Kanwil Kemenkumham Papua Siap Bekerja Sama

Dikatakan, orang Papua saat ini seakan numpang saja dan bukan punya tanah. Tujuh wilayah adat di Papua menurutnya menjadi milik para jenderal-jenderal di Jakarta.

“Orang Jakarta sebenarnya tidak sedang mempertahankan NKRI, tapi mereka mempertahankan bisnis mereka di Papua. Mereka mempertahankan emosional dan bisnis mereka, sehingga orang Papua dan aparat menjadi korban. Kasihan masyarakat Indonesia ini,” tuturnya.

Menurut Pdt Dorman, orang Papua saat ini tidak bisa hidup di atas tanah mereka sendiri dengan rasa aman dan nyaman. Semua menjadi ketakutan.

Pdt. Dorman juga menyinggung soal hilangnya seorang pendeta di Pegunungan Bintang dan belum ditemukan hingga saat ini. “Sampai saat ini pendeta yang hilang belum juga ditemukan. Saya sudah suruh semua pendeta untuk mencarinya. Namun hingga saat ini belum ditemukan. Kalau orang sudah dibunuh dan dibuang di tempat lain, mungkin sudah tidak bisa lagi menemukannya. Hal seperti itu bukan hal yang baru,” sesalnya. (fia/nat)

Pdt. Dorman Wandikbo: Orang Papua Saat ini Seakan Numpang Saja Bukan Kami Punya Tanah

JAYAPURA-Kontak senjata antara TPN-OPM dan TNI-Polri masih berlangsung hingga saat ini di tanah Papua. Sabtu (19/2), satu anggota TNI dan seorang sipil ditembak di Kabupaten Puncak.

Peristiwa kontak senjata antara TPNOPM dan TNI-Polri juga sering terjadi di kabupaten lainnya seperti Intan Jaya, Pegunungan Bintang dan Nduga.

Presiden Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Pdt. Dorman Wandikbo menyampaikan bahwa bukan masyarakat Puncak yang salah dalam hal ini juga bukan TPN-OPM. Namun menurutnya yang salah adalah pengiriman pasukan non organik di Papua.

Padahal lanjut Pdt. Dorman, sudah sering diingatkan agar pasukan non organik ditarik dari tanah Papua. “Yang salah adalah mengirim pasukan non organik di Papua. Disuruh tarik pasukan non organik tidak mau, kesalahan ada di Jakarta. Konflik di Papua itu semua karena Jakarta,” tegas Pdt. Dorman Wandikbo saat menghadiri persidangan perdana Victor Yeimo di Pengadilan Negeri Jayapura, Senin (21/2).

Baca Juga :  Kanwil Kemenkumham Papua Siap Bekerja Sama

Lanjut Pdt Dorman, saat Tito Karnavian menjabat sebagai Kapolri, pihaknya sudah memberi tahu pada tanggal 26 Agustus tahun 2019. Bahkan gereja di Papua menurutnya, sudah tanda tangan meminta penarikan pasukan non organik dari Papua. Namun hingga saat ini tidak ada penarikan pasukan non organik tersebut.

“Jika tidak ada penarikan pasukan non organik dari Papua, maka konflik akan terus terjadi di tanah Papua. Coba saja tarik semua pasukan non organik dan tinggalkan pasukan organik di Papua. Karena pasukan organik ini kita sudah lama tinggal dengan mereka  dan aman-aman saja. Pasukan organik ini tahu dengan kondisi dan situasi Papua,” bebernya.

“Yang bikin kacau adalah orang luar (pasukan non organik, red). Begitu datang tiba-tiba dan melakukan penembakan kiri kanan. Kalau Papua mau aman, tarik saja pasukan non organik. Bukan Intan Jaya yang salah, bukan Ilaga yang salah, bukan juga TPN-OPM yang salah. Tapi kesalahannya adalah mereka yang kirim pasukan non organik di Papua,” sambungnya.

Baca Juga :  Garuda Indonesia akan Tambah Frekuensi Penerbangan Intra Papua

Dikatakan, orang Papua saat ini seakan numpang saja dan bukan punya tanah. Tujuh wilayah adat di Papua menurutnya menjadi milik para jenderal-jenderal di Jakarta.

“Orang Jakarta sebenarnya tidak sedang mempertahankan NKRI, tapi mereka mempertahankan bisnis mereka di Papua. Mereka mempertahankan emosional dan bisnis mereka, sehingga orang Papua dan aparat menjadi korban. Kasihan masyarakat Indonesia ini,” tuturnya.

Menurut Pdt Dorman, orang Papua saat ini tidak bisa hidup di atas tanah mereka sendiri dengan rasa aman dan nyaman. Semua menjadi ketakutan.

Pdt. Dorman juga menyinggung soal hilangnya seorang pendeta di Pegunungan Bintang dan belum ditemukan hingga saat ini. “Sampai saat ini pendeta yang hilang belum juga ditemukan. Saya sudah suruh semua pendeta untuk mencarinya. Namun hingga saat ini belum ditemukan. Kalau orang sudah dibunuh dan dibuang di tempat lain, mungkin sudah tidak bisa lagi menemukannya. Hal seperti itu bukan hal yang baru,” sesalnya. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya