“Contohnya kita di dokter bedah, air di kamar operasi terkadang tidak mengalir. Bahkan saat proses operasi berjalan, tiba-tiba listrik padam. Belum lagi stok obat-obatan kanker yang kerap kosong,” ceritanya.
Menurutnya, penanganan kanker harus multi disiplin. Alat-alat kesehatan yang harus memadai dan kebutuhan dokter. Sebab sampai saat ini, baru ada dua dokter kanker di RSUD Jayapura. Belum lagi alat-alat pendukung untuk penegakan diagnosa, CT Scan, USG, mamografi kerap bermasalah. Bahkan alat pendukung lainnya termasuk obat kanker yang kerap habis.
“Ini membuat penanganan pasien di RSUD Jayapura menjadi delay panjang, dan pada kasus-kasus kritis kita tidak bisa berbuat apa-apa yang membuat angka kematian cukup tinggi,” ujarnya.
dr Jan tak menampik bahwa alat medis di RSUD Jayapura tidak memadai, bahkan bisa dikatakan di bawah standar dari A hingga Z. Selain itu, masih minimnya dokter kanker di Papua.
“Di RSUD Jayapura baru ada dua dokter kanker dengan menangani pasien yang berasal dari enam provinsi di tanah Papua,” pungkasnya. Meski begitu pihaknya tak ingin pasrah dan tetap berupaya semaksimal mungkin untuk bisa menyelamatkan nyawa pasien. (fia/ade).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos