Friday, April 26, 2024
33.7 C
Jayapura

Duri Jadikan Mahkota, Salib Jadi Tahta-Nya

JALAN SALIB: Visualisasi Kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus yang dilakukan oleh Orang Muda Katolik Gereja Gembala Baik Abepura, pada ibadah jalan salib yang mengawali Perayaan Jumat Agung, Jumat (19/4) kemarin. ( FOTO : Agung/Cepos)

JAYAPURA-“Diutus sebagai abdi, Yesus taat sampai mati. Diperolok dan disiksa, dibunuh dengan hina. Lihatlah raja sengsara, duri jadikan mahkota, darahNya Mutu Permata dan Saliblah TahtahNya.”

 Lantunan dari  bait nyanyian dari madah bakti ini, mengantar umat katolik di Gereja Katolik  Gembala Baik Abepura untuk  merenungkan kisah sengsara dan wafat Tuhan Yesus Kristus di Kayu Salib  untuk menebus dosa manusia, dalam ibadah Jumat Agung, Jumat (19/4) sore kemarin. 

   Dalam perayaan ini, umat memadati gedung gereja hingga kursi-kursi yang di bawah tenda yang menutup halaman gereja. Perayaan Jumat Agung ini, dipimpin oleh tiga Pastor Konselebran, yakni Pastor Paroki James Kosay, Pastor Jhon Buiney dan Pastor Jhon Imanuel Kayame. 

  Mengawali perayaan tri hari suci ini, Kamis (18/4) malam sebelumnya, dirayakan Kamis Putih  untuk mengenang  perjamuan terakhir Yesus Kristus bersama para murid. Misa Kamis Putih ini, juga diwarnai dengan pembasuhan kaki para rasul, yang dilakukan oleh Pastor Jhon Kayame kepada 12 umat pewakilan Kombas.  Dalam perayaan ini, Pastor Jhon  Buiney mengajak seluruh umat, menyerahkan segala beban dan masalah  hidup ini dalam tubuh dan darah kristus. “Kalau kita percaya, Mukjizat itu pasti terjadi,”ujarnya. 

  Sementara itu, Jumat  pagi kemarin, Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Gembala Baik, melakukan visualisasi kisah sengsara Tuhan Yesus di halaman gereja.  Menariknya, para pemain dalam kegiatan ini, memakai pakaian adat masing-masing, mulai dari adat Wamena, suku Mee, Toraja, Bali, Tanimbar dan sejumlah adat lainnya.  

  Setiap tahapan, mulai Yesus diadili di hadapan Pontius Pilatus, disiksa, memanggul Salib menuju golgota, hingga wafat di kayu salib dibawakan dengan penuh penghayatan, hingga mampu membawa suasana haru.  Bahkan, siksaan, hinaan dan cacian hingga  suara cambuk yang mendera tubuh Yesus, membuat  sebagian besar umat menitikan air mata. 

Baca Juga :  Motif Selingkuh, Cinta Segitiga Berujung Maut

  Pada jumat  sore kemarin, tiga pastor konselebran  Gereja Gembala Baik kembali  memimpin ibadah Jumat Agung. Pastor Jhon Buiney, kembali mengingatkan umat katolik bahwa segala salah dan dosa manusia telah ditanggung Yesus. Dosa yang sering diperbuat manusia, membuat Yesus terluka dan berdarah, serta jatuh di bawah tindihan salibNya. 

  Lanjut Pastor Jhon, menjadi murid Kristus itu tidak mudah. Pastor Jhon, juga menyinggung masih banyak umat Katolik yang takut menunjukkan identitasnya. Contoh kecil seperti membuat tanda salib saat makan di warung atau tempat makan. Padahal, Yesus telah mengorbankan diri untuk keselamatan manusia.  “ Untuk itu, setiap orang yang percaya pada Kristus, harus mau memanggul “salibnya” masing-masing.”ujarnya. 

 Di penghujung perayaan Jumat Agung ini, juga diwarnai dengan penghormatan Salib Yesus. Dimana ribuan umat antre, untuk  mendekat dan  mencium salib Yesus.  

KAMIS PUTIH: Suasana Misa Kamis Putih di Gereja Katolik Kristus Juru Selamat, Kotaraja, Kamis (18/4) malam. (FOTO : Elfira/Cepos)

Sementara itu, sehari sebelumnya Kamis (18/4) juga digelar misa Kamis Putih. Dari pantauan Cenderawasih Pos di Gereja Katolik Kristus Juru Selamat, Kotaraja, Distrik Abepura, ratusan umat hadir mengikuti misa yang dipimpin Pastor Isa Resubun.

Pastor Isa Resubun mengatakan, perayaan Kamis Putih dalam Gereja Katolik diperingati sebagai hari Tuhan  Yesus  mengadakan perjamuan dengan murid-murid-Nya. Dimana Tuhan berpesan  agar apa yang Dia perbuat akan diteruskan oleh  para pengikut-Nya. Dalam artian, para pengikut-Nya yang  nanti akan menuruti  teladan yang diperbuat oleh Tuhan Yesus. “Pertama dalam hal kerendahan hati untuk melayani satu sama lain dalam kehidupan untuk berbagi satu dan lainnya,” jelas Pator Isa Resubun kepada Cenderawasih Pos, Kamis (18/4).

Baca Juga :  Theo: Peluru Aparat Melukai Hati Rakyat 

Dikatakan, Kamis Putih bagi umat Katolik lebih diwarnai dengan suasana kasih. Sebagaimana dalam keyakinan mereka, Tuhan menyerahkan hidup-Nya. Maka karena kasih-Nya,  Tuhan menebus  umat manusia dari dosa dan salahnya. “Kami berharap, dengan orang merayakan Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah, orang  bisa membawa kasih dalam kehidupanya sehari-hari,” tambahnya. 

Secara terpisah, Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., berharap melalui momen peringatan perayaan Paskah tahun 2019, umat Kristen di tanah Papua khususnya Kota Jayapura, bisa menjadi manusia Kristiani yang membawa berkah, kedamaian dan ketenangan di tanah Papua. 

“Momen Paskah harus bisa menjadi berkat untuk dirinya sendiri dan orang lain, menciptakan manusia seutuhnya cinta Tuhan dan taat akan perintah Tuhan, saling mengasihi, menyayangi antar sesama, dan sebagai spirit dan inspirasi buat sesama,” tuturnya. 

Sementara itu, ribuan umat Katolik di Sentani, Kabupaten Jayapura mengikuti prosesi cium salib di Gereja Paroki Sang Penebus Sentani, Jumat (19/4).

Dari pantauan Cenderawasih Pos, prosesi cium salib itu didahului dengan prosesi Jalan Salib yang digelar pagi hari sementara prosesi cium salib dilakukan mulai pukul 15.00 WIT. 

Pastor Gereja Paroki Sang Penebus Sentani, Hendrikus Nahak dalam renungan yang disampaikan kepada umat mengatakan, wafatnya Yesus di kayu salib untuk menebus dosa seluruh umat manusia. 

Yesus rela memikul kayu salib, dimahkotai duri dan lambungnya ditombaki hingga Dia wafat merupakan simbol cinta Tuhan kepada manusia agar kembali kepada jalannya.
“Kenapa Tuhan melakukan ini, Jawabannya adalah karena kasih Allah kepada manusia. Allah rela mengorbankan putranya yang tunggal supaya setiap orang percaya dan tidak binasa,” ungkapnya.(try/fia/dil/roy/nat) 

JALAN SALIB: Visualisasi Kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus yang dilakukan oleh Orang Muda Katolik Gereja Gembala Baik Abepura, pada ibadah jalan salib yang mengawali Perayaan Jumat Agung, Jumat (19/4) kemarin. ( FOTO : Agung/Cepos)

JAYAPURA-“Diutus sebagai abdi, Yesus taat sampai mati. Diperolok dan disiksa, dibunuh dengan hina. Lihatlah raja sengsara, duri jadikan mahkota, darahNya Mutu Permata dan Saliblah TahtahNya.”

 Lantunan dari  bait nyanyian dari madah bakti ini, mengantar umat katolik di Gereja Katolik  Gembala Baik Abepura untuk  merenungkan kisah sengsara dan wafat Tuhan Yesus Kristus di Kayu Salib  untuk menebus dosa manusia, dalam ibadah Jumat Agung, Jumat (19/4) sore kemarin. 

   Dalam perayaan ini, umat memadati gedung gereja hingga kursi-kursi yang di bawah tenda yang menutup halaman gereja. Perayaan Jumat Agung ini, dipimpin oleh tiga Pastor Konselebran, yakni Pastor Paroki James Kosay, Pastor Jhon Buiney dan Pastor Jhon Imanuel Kayame. 

  Mengawali perayaan tri hari suci ini, Kamis (18/4) malam sebelumnya, dirayakan Kamis Putih  untuk mengenang  perjamuan terakhir Yesus Kristus bersama para murid. Misa Kamis Putih ini, juga diwarnai dengan pembasuhan kaki para rasul, yang dilakukan oleh Pastor Jhon Kayame kepada 12 umat pewakilan Kombas.  Dalam perayaan ini, Pastor Jhon  Buiney mengajak seluruh umat, menyerahkan segala beban dan masalah  hidup ini dalam tubuh dan darah kristus. “Kalau kita percaya, Mukjizat itu pasti terjadi,”ujarnya. 

  Sementara itu, Jumat  pagi kemarin, Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Gembala Baik, melakukan visualisasi kisah sengsara Tuhan Yesus di halaman gereja.  Menariknya, para pemain dalam kegiatan ini, memakai pakaian adat masing-masing, mulai dari adat Wamena, suku Mee, Toraja, Bali, Tanimbar dan sejumlah adat lainnya.  

  Setiap tahapan, mulai Yesus diadili di hadapan Pontius Pilatus, disiksa, memanggul Salib menuju golgota, hingga wafat di kayu salib dibawakan dengan penuh penghayatan, hingga mampu membawa suasana haru.  Bahkan, siksaan, hinaan dan cacian hingga  suara cambuk yang mendera tubuh Yesus, membuat  sebagian besar umat menitikan air mata. 

Baca Juga :  14 Orang Pendukung Lukas Enembe Dipulangkan

  Pada jumat  sore kemarin, tiga pastor konselebran  Gereja Gembala Baik kembali  memimpin ibadah Jumat Agung. Pastor Jhon Buiney, kembali mengingatkan umat katolik bahwa segala salah dan dosa manusia telah ditanggung Yesus. Dosa yang sering diperbuat manusia, membuat Yesus terluka dan berdarah, serta jatuh di bawah tindihan salibNya. 

  Lanjut Pastor Jhon, menjadi murid Kristus itu tidak mudah. Pastor Jhon, juga menyinggung masih banyak umat Katolik yang takut menunjukkan identitasnya. Contoh kecil seperti membuat tanda salib saat makan di warung atau tempat makan. Padahal, Yesus telah mengorbankan diri untuk keselamatan manusia.  “ Untuk itu, setiap orang yang percaya pada Kristus, harus mau memanggul “salibnya” masing-masing.”ujarnya. 

 Di penghujung perayaan Jumat Agung ini, juga diwarnai dengan penghormatan Salib Yesus. Dimana ribuan umat antre, untuk  mendekat dan  mencium salib Yesus.  

KAMIS PUTIH: Suasana Misa Kamis Putih di Gereja Katolik Kristus Juru Selamat, Kotaraja, Kamis (18/4) malam. (FOTO : Elfira/Cepos)

Sementara itu, sehari sebelumnya Kamis (18/4) juga digelar misa Kamis Putih. Dari pantauan Cenderawasih Pos di Gereja Katolik Kristus Juru Selamat, Kotaraja, Distrik Abepura, ratusan umat hadir mengikuti misa yang dipimpin Pastor Isa Resubun.

Pastor Isa Resubun mengatakan, perayaan Kamis Putih dalam Gereja Katolik diperingati sebagai hari Tuhan  Yesus  mengadakan perjamuan dengan murid-murid-Nya. Dimana Tuhan berpesan  agar apa yang Dia perbuat akan diteruskan oleh  para pengikut-Nya. Dalam artian, para pengikut-Nya yang  nanti akan menuruti  teladan yang diperbuat oleh Tuhan Yesus. “Pertama dalam hal kerendahan hati untuk melayani satu sama lain dalam kehidupan untuk berbagi satu dan lainnya,” jelas Pator Isa Resubun kepada Cenderawasih Pos, Kamis (18/4).

Baca Juga :  Raperdasi-Raperdasus Segera Ditindaklanjuti

Dikatakan, Kamis Putih bagi umat Katolik lebih diwarnai dengan suasana kasih. Sebagaimana dalam keyakinan mereka, Tuhan menyerahkan hidup-Nya. Maka karena kasih-Nya,  Tuhan menebus  umat manusia dari dosa dan salahnya. “Kami berharap, dengan orang merayakan Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah, orang  bisa membawa kasih dalam kehidupanya sehari-hari,” tambahnya. 

Secara terpisah, Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., berharap melalui momen peringatan perayaan Paskah tahun 2019, umat Kristen di tanah Papua khususnya Kota Jayapura, bisa menjadi manusia Kristiani yang membawa berkah, kedamaian dan ketenangan di tanah Papua. 

“Momen Paskah harus bisa menjadi berkat untuk dirinya sendiri dan orang lain, menciptakan manusia seutuhnya cinta Tuhan dan taat akan perintah Tuhan, saling mengasihi, menyayangi antar sesama, dan sebagai spirit dan inspirasi buat sesama,” tuturnya. 

Sementara itu, ribuan umat Katolik di Sentani, Kabupaten Jayapura mengikuti prosesi cium salib di Gereja Paroki Sang Penebus Sentani, Jumat (19/4).

Dari pantauan Cenderawasih Pos, prosesi cium salib itu didahului dengan prosesi Jalan Salib yang digelar pagi hari sementara prosesi cium salib dilakukan mulai pukul 15.00 WIT. 

Pastor Gereja Paroki Sang Penebus Sentani, Hendrikus Nahak dalam renungan yang disampaikan kepada umat mengatakan, wafatnya Yesus di kayu salib untuk menebus dosa seluruh umat manusia. 

Yesus rela memikul kayu salib, dimahkotai duri dan lambungnya ditombaki hingga Dia wafat merupakan simbol cinta Tuhan kepada manusia agar kembali kepada jalannya.
“Kenapa Tuhan melakukan ini, Jawabannya adalah karena kasih Allah kepada manusia. Allah rela mengorbankan putranya yang tunggal supaya setiap orang percaya dan tidak binasa,” ungkapnya.(try/fia/dil/roy/nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya