Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Ditetapkan sebagai Bencana Darurat Provinsi

Korban Meninggal 97 Orang, yang Tidak Teridentifikasi Dikubur Massal

BIAK-Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., segera menetapkan bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura dengan status bencana darurat provinsi. Hal ini tidak lepas dari banyaknya korban terkena dampak, baik korban jiwa, korban luka, maupun juga para pengungsi. Sehingga, penanganan khusus akan dilakukan dengan asistensi dari semua pihak.

“Kami akan tetapkan ini sebagai bencana darurat provinsi. Dengan demikian, dalam penanggulangan bencana ini, Bupati dan Wakil Bupati Jayapura beserta jajaran Pemkab Jayapura tidak bekerja sendirian. Sebaliknya, Pemerintah Provinsi Papua dan kepala daerah di kabupaten/kota di Provinsi Papua pun akan ikut memberikan kontribusinya,” ungkap Gubernur Enembe kepada wartawan, Selasa (19/3).

Sebelumnya, Gubernur Enembe mengakui bahwa dirinya telah menyampaikan turut prihatin terhadap masyarakat Kabupaten Jayapura atas peristiwa yang terjadi. Ia menyampaikan turut berduka cita yang mendalam bagi korban meninggal yang jumlahnya mencapai puluhan jiwa. Tidak ketinggalan pula keprihatinannya terhadap para korban luka yang sedang dirawat, maupun masyarakat pengungsi yang juga terdampak.

Untuk itu, Gubernur Enembe berharap kepala daerah di Papua dapat memberikan bantuan. Pemerintah Provinsi Papua sendiri akan memberikan bantuan dana sebagai bantuan awal bagi Pemerintah Kabupaten Jayapura, untuk penanganan terhadap masyarakat yang mengungsi.

Sementara itu, hingga Selasa (19/3) telah tercatat sebanyak 97 orang meninggal dunia  akibat bencana alam yang terjadi di bumi Kenambai Umbai ini. Selain korban meninggal, hingga kemarin masih ada 79 orang yang dilaporkan hilang, 84 luka berat dan 75 orang luka ringan. 

Upaya pencarian masih terus dilakukan oleh tim gabungan dari TNI-POLRI, Basarnas, BPNB, dan para relawan.

Selain korban jiwa yang bertambah, warga yang mengungsi juga terus bertambah. Menurut data yang diperoleh Cenderawasih Pos dari Posko Induk, jumlah pengungsi saat ini mencapai 9580 jiwa yang berasal dari 2.524 kepala keluarga.

Hingga kemarin, bantuan kemanusiaan terus mengalir ke Posko Induk maupun posko lainnya. Bantuan ini tidak hanya datang dari kalangan pemerintah, TNI-Polri, BUMN/BUMD, tetapi juga dari pihak swasta dan pihak lainnya.

Selain Posko pengungsi, juga dibuka posko kesehatan untuk melayani masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan. Posko kesehatan yang dibangun di antaranya di Posko Induk STIKES Jayapura di Sentani, Posko Kesehatan dari Klinik Roberthus di Gereja Katolik Sentani dan posko kesehatan lainnya.

Baca Juga :  Uncen  Usulkan Gubernur Enembe Raih Gelar Doktor Honoris Causa 

Kapolres Jayapura, AKBP Victor Dean Mackbon yang dikonfirmasi mengakui sudah ada 97 korban yang ditemukan meninggal dunia. Upaya pencarian terhadap korban yang dinyatakan hilang menurutnya masih terus dilakukan oleh tim gabungan dan dibantu oleh anjing pelacak serta besok (hari ini-red) akan dibantu oleh alat berat.

“Upaya pencarian terhadap korban yang hilang terus kami lakukan, terutama menggunakan anjing pelacak dan alat berat,” ungkapnya.

 Victor, menyatakan untuk tanggap darurat dalam penanggulangan bencana alam banjir bandang ini akan dilakukan selama kurang lebih 14 hari dan tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang, guna melakukan pencarian terhadap korban yang masih hilang maupun tindakan-tindakan lainnya kepada korban yang masih mengungsi di beberapa titik di Kabupaten Jayapura.

“Tanggap darurat 14 hari. Nanti kita akan evaluasi, apabila memang belum selesai tanggap darurat, maka akan diperpanjang,” ujar mantan Kapolres Mimika ini.

Victor, menyampaikan untuk warga yang mengungsi di beberapa titik ini masih membutuhkan barang-barang seperti kain selimut, pakaian, dan makan minum, untuk kebutuhan sehari-hari. 

Secara terpisah, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal mengatakan, dari 97 jenazah, sebanyak 81 jenazah dievakuasi ke RS Bhayangkara Polda Papua untuk diidentifikasi. “Dari 81 jenazah tersebut, 38 jenazah sudah teridentifikasi dan diserahkan ke pihak keluarga,” ungkap Kamal kepada wartawan kemarin. 

Untuk melakukan pencarian terhadap korban, Kamal menyebutkan Mabes Polri sudah mendatangkan 6 ekor anjing pelacak. Anjing pelacak ini ikut bergabung dengan tim gabungan dan kemarin berhasil menemukan 15 jenazah. “Keberadaan K9 yang berjumlah 6 ekor tersebut diharapkan mampu memaksimalkan pencarian para korban yang dibantu 9 ekor K9 dari Polda Papua,” tambahnya.

Secara terpisah, Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, SE., MM., mengatakan, jenazah korban banjir bandang yang sudah ditemukan namun tidak dapat teridentifikasi, rencananya akan dikubur secara massal. 

“Kita sudah sepakat secara bersama-sama dengan tokoh agama, tokoh masyarakat pemilik wilayah supaya korban meninggal dunia yang tidak bisa teridentifikasi  dikubur secara massal,” ungkap Wagub Klemen Tinal dalam jumpa pers di Posko Induk kantor Bupati Jayapura di Gunung Merah, Sentani, Selasa (19/3).

Sesuai rencana pemerintah akan melakukan penguburan secara massal terhadap puluhan jenazah yang belum teridentifikasi itu di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur. Rencana itu sudah dibicarakan dengan pihak keluarga dan keluarga korban sudah merestui untuk dilakukan penguburan secara massal.

Baca Juga :  Aktivitas Kantor Bupati Jayapura Lumpuh Total

Ditambahkan, pemerintah juga akan mendirikan monumen di atas kuburan massal sebagai bentuk peringatan terhadap peristiwa banjir bandang yang menelan banyak korban jiwa itu. Itu juga sebagai bentuk peringatan dini kepada masyarakat di Kabupaten Jayapura dan sekitarnya untuk lebih berhati-hati di dalam berinteraksi dengan alam, mengelola alam maupun sesama manusia.

Sementara itu, Ondoafi Kampung Sereh, Yanto Eluay terlihat berang dengan pemberitaan yang dikeluarkan oleh BBKSDA yang menyebut jika banjir bandang ini bukan karena bentuk perambahan melainkan luapan air dari tingginya intensitas hujan. Yanto menyebut  pernyataan tersebut tak sesuai kondisi jika melihat dampak dari banjir yang menurunkan material dan kayu-kayu berukuran besar. Iapun meminta dinas- dinas terkait untuk mengecek langsung ke lapangan untuk mendata, bukan hanya di ruangan. 

 “Sehubungan dengan pernyataan BBKSDA di media dimana banjir bandang bukan karena perambahan hutan di cagar alam tapi karena tingginya curah hujan dan gempa bumi. Kami tidak sependapat sebab disitulah faktor utamanya. BBKSDA lihat langsung, jangan hanya bicara Cycloop di hotel-hotel tapi turun dan jaga,” cecar Yanto Eluay saat ditemui di Kampung Sereh, Sentani, Selasa (19/3). Dikatakan sebagai Ondofolo sebagai pemilik wilayah,  pihaknya sudah melarang sebab secara alam, mereka mempercayai air ini  dikemudikan oleh akar pohon dan ketika pohon ditebang maka juru mudinya sudah tak ada. 

 “Ia meluap dan tidak melewati jalur yang selama ini. Selama kami hidup tidak pernah seperti ini. Tapi kini air tak bisa dikendalikan. Lalu BBKSDA mengeluarkan pernyataan seperti itu. Coba cek lagi,” sindirnya. Ia menyatakan bila manusia merasa tidak kita hargai dan hormati maka ia akan marah. Begitu dan alam. Alam dan hutan ini adalah wajah Allah  sang pencipta.  Dan Cyclopp menjadi satu tempat sakral bagi masyarakat di kampung Sereh karena Cyclopp adalah itu gunung yang menjaga, melindungi dan memberi makan. “Tapi sekarang dirusak. Merusak tempat sakral itu ada konsekwensi  dan sekarang kita menerima semuanya. Harusnya antara alam dan manusia itu seimbang tapi yang terjadi saat ini manusia lebih tinggi eksistensinya dan alam diabaikan hingga ia marah,” imbuh Yanto. (gr/bet/kim/fia/ade/roy/nat)

Korban Meninggal 97 Orang, yang Tidak Teridentifikasi Dikubur Massal

BIAK-Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., segera menetapkan bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura dengan status bencana darurat provinsi. Hal ini tidak lepas dari banyaknya korban terkena dampak, baik korban jiwa, korban luka, maupun juga para pengungsi. Sehingga, penanganan khusus akan dilakukan dengan asistensi dari semua pihak.

“Kami akan tetapkan ini sebagai bencana darurat provinsi. Dengan demikian, dalam penanggulangan bencana ini, Bupati dan Wakil Bupati Jayapura beserta jajaran Pemkab Jayapura tidak bekerja sendirian. Sebaliknya, Pemerintah Provinsi Papua dan kepala daerah di kabupaten/kota di Provinsi Papua pun akan ikut memberikan kontribusinya,” ungkap Gubernur Enembe kepada wartawan, Selasa (19/3).

Sebelumnya, Gubernur Enembe mengakui bahwa dirinya telah menyampaikan turut prihatin terhadap masyarakat Kabupaten Jayapura atas peristiwa yang terjadi. Ia menyampaikan turut berduka cita yang mendalam bagi korban meninggal yang jumlahnya mencapai puluhan jiwa. Tidak ketinggalan pula keprihatinannya terhadap para korban luka yang sedang dirawat, maupun masyarakat pengungsi yang juga terdampak.

Untuk itu, Gubernur Enembe berharap kepala daerah di Papua dapat memberikan bantuan. Pemerintah Provinsi Papua sendiri akan memberikan bantuan dana sebagai bantuan awal bagi Pemerintah Kabupaten Jayapura, untuk penanganan terhadap masyarakat yang mengungsi.

Sementara itu, hingga Selasa (19/3) telah tercatat sebanyak 97 orang meninggal dunia  akibat bencana alam yang terjadi di bumi Kenambai Umbai ini. Selain korban meninggal, hingga kemarin masih ada 79 orang yang dilaporkan hilang, 84 luka berat dan 75 orang luka ringan. 

Upaya pencarian masih terus dilakukan oleh tim gabungan dari TNI-POLRI, Basarnas, BPNB, dan para relawan.

Selain korban jiwa yang bertambah, warga yang mengungsi juga terus bertambah. Menurut data yang diperoleh Cenderawasih Pos dari Posko Induk, jumlah pengungsi saat ini mencapai 9580 jiwa yang berasal dari 2.524 kepala keluarga.

Hingga kemarin, bantuan kemanusiaan terus mengalir ke Posko Induk maupun posko lainnya. Bantuan ini tidak hanya datang dari kalangan pemerintah, TNI-Polri, BUMN/BUMD, tetapi juga dari pihak swasta dan pihak lainnya.

Selain Posko pengungsi, juga dibuka posko kesehatan untuk melayani masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan. Posko kesehatan yang dibangun di antaranya di Posko Induk STIKES Jayapura di Sentani, Posko Kesehatan dari Klinik Roberthus di Gereja Katolik Sentani dan posko kesehatan lainnya.

Baca Juga :  Aktivitas Kantor Bupati Jayapura Lumpuh Total

Kapolres Jayapura, AKBP Victor Dean Mackbon yang dikonfirmasi mengakui sudah ada 97 korban yang ditemukan meninggal dunia. Upaya pencarian terhadap korban yang dinyatakan hilang menurutnya masih terus dilakukan oleh tim gabungan dan dibantu oleh anjing pelacak serta besok (hari ini-red) akan dibantu oleh alat berat.

“Upaya pencarian terhadap korban yang hilang terus kami lakukan, terutama menggunakan anjing pelacak dan alat berat,” ungkapnya.

 Victor, menyatakan untuk tanggap darurat dalam penanggulangan bencana alam banjir bandang ini akan dilakukan selama kurang lebih 14 hari dan tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang, guna melakukan pencarian terhadap korban yang masih hilang maupun tindakan-tindakan lainnya kepada korban yang masih mengungsi di beberapa titik di Kabupaten Jayapura.

“Tanggap darurat 14 hari. Nanti kita akan evaluasi, apabila memang belum selesai tanggap darurat, maka akan diperpanjang,” ujar mantan Kapolres Mimika ini.

Victor, menyampaikan untuk warga yang mengungsi di beberapa titik ini masih membutuhkan barang-barang seperti kain selimut, pakaian, dan makan minum, untuk kebutuhan sehari-hari. 

Secara terpisah, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal mengatakan, dari 97 jenazah, sebanyak 81 jenazah dievakuasi ke RS Bhayangkara Polda Papua untuk diidentifikasi. “Dari 81 jenazah tersebut, 38 jenazah sudah teridentifikasi dan diserahkan ke pihak keluarga,” ungkap Kamal kepada wartawan kemarin. 

Untuk melakukan pencarian terhadap korban, Kamal menyebutkan Mabes Polri sudah mendatangkan 6 ekor anjing pelacak. Anjing pelacak ini ikut bergabung dengan tim gabungan dan kemarin berhasil menemukan 15 jenazah. “Keberadaan K9 yang berjumlah 6 ekor tersebut diharapkan mampu memaksimalkan pencarian para korban yang dibantu 9 ekor K9 dari Polda Papua,” tambahnya.

Secara terpisah, Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, SE., MM., mengatakan, jenazah korban banjir bandang yang sudah ditemukan namun tidak dapat teridentifikasi, rencananya akan dikubur secara massal. 

“Kita sudah sepakat secara bersama-sama dengan tokoh agama, tokoh masyarakat pemilik wilayah supaya korban meninggal dunia yang tidak bisa teridentifikasi  dikubur secara massal,” ungkap Wagub Klemen Tinal dalam jumpa pers di Posko Induk kantor Bupati Jayapura di Gunung Merah, Sentani, Selasa (19/3).

Sesuai rencana pemerintah akan melakukan penguburan secara massal terhadap puluhan jenazah yang belum teridentifikasi itu di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur. Rencana itu sudah dibicarakan dengan pihak keluarga dan keluarga korban sudah merestui untuk dilakukan penguburan secara massal.

Baca Juga :  Uncen  Usulkan Gubernur Enembe Raih Gelar Doktor Honoris Causa 

Ditambahkan, pemerintah juga akan mendirikan monumen di atas kuburan massal sebagai bentuk peringatan terhadap peristiwa banjir bandang yang menelan banyak korban jiwa itu. Itu juga sebagai bentuk peringatan dini kepada masyarakat di Kabupaten Jayapura dan sekitarnya untuk lebih berhati-hati di dalam berinteraksi dengan alam, mengelola alam maupun sesama manusia.

Sementara itu, Ondoafi Kampung Sereh, Yanto Eluay terlihat berang dengan pemberitaan yang dikeluarkan oleh BBKSDA yang menyebut jika banjir bandang ini bukan karena bentuk perambahan melainkan luapan air dari tingginya intensitas hujan. Yanto menyebut  pernyataan tersebut tak sesuai kondisi jika melihat dampak dari banjir yang menurunkan material dan kayu-kayu berukuran besar. Iapun meminta dinas- dinas terkait untuk mengecek langsung ke lapangan untuk mendata, bukan hanya di ruangan. 

 “Sehubungan dengan pernyataan BBKSDA di media dimana banjir bandang bukan karena perambahan hutan di cagar alam tapi karena tingginya curah hujan dan gempa bumi. Kami tidak sependapat sebab disitulah faktor utamanya. BBKSDA lihat langsung, jangan hanya bicara Cycloop di hotel-hotel tapi turun dan jaga,” cecar Yanto Eluay saat ditemui di Kampung Sereh, Sentani, Selasa (19/3). Dikatakan sebagai Ondofolo sebagai pemilik wilayah,  pihaknya sudah melarang sebab secara alam, mereka mempercayai air ini  dikemudikan oleh akar pohon dan ketika pohon ditebang maka juru mudinya sudah tak ada. 

 “Ia meluap dan tidak melewati jalur yang selama ini. Selama kami hidup tidak pernah seperti ini. Tapi kini air tak bisa dikendalikan. Lalu BBKSDA mengeluarkan pernyataan seperti itu. Coba cek lagi,” sindirnya. Ia menyatakan bila manusia merasa tidak kita hargai dan hormati maka ia akan marah. Begitu dan alam. Alam dan hutan ini adalah wajah Allah  sang pencipta.  Dan Cyclopp menjadi satu tempat sakral bagi masyarakat di kampung Sereh karena Cyclopp adalah itu gunung yang menjaga, melindungi dan memberi makan. “Tapi sekarang dirusak. Merusak tempat sakral itu ada konsekwensi  dan sekarang kita menerima semuanya. Harusnya antara alam dan manusia itu seimbang tapi yang terjadi saat ini manusia lebih tinggi eksistensinya dan alam diabaikan hingga ia marah,” imbuh Yanto. (gr/bet/kim/fia/ade/roy/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya