Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Vegetasi Rusak, Teluk Youtefa Terancam

WARNING: Foto landscape Teluk Youtefa dan Kampung Engros yang terlihat ditumbuhi berbagai jenis pohon dan ilalang. Kondisi vegetasi seperti ini dianggap patut dipertahankan dan bukan justru dibabat habis karena akan mengancam posisi atau keberadaan Teluk Youtefa itu sendiri jika terjadi anomali air atau air naik dengan tingkat kewajaran yang tak biasa. (FOTO: Gamel/Cepos)

JAYAPURA-Salah satu akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Yehuda Hamokwarong mengingatkan masyarakat di kawasan Teluk Youtefa untuk tidak membabat habis lahan tanaman yang ada di sepanjang teluk. Mulai dari pohon besar maupun yang berjenis pandan dan lainnya. 

Ini agar kondisi tanah atau pasir di teluk tetap terjaga meski mendapat terjangan air. Yehuda menyampaikan bahwa masyarakat di kampung perlu memahami soal kondisi asli teluk dan tidak merubahnya sedemikian cepat. 

“Yang saya perhatikan seperti itu, mulai dari jembatan hingga Holtekam sudah dibersihkan. Ini kalau air pasang atau terjadi anomali iklim maka air akan  berbalik ke arah darat dan merusak fasilitas disepanjang teluk termasuk jembatan. Ini seperti yang sudah terjadi di Mendug, yang tak jauh dari lokasi jembatan,” kata Yehuda melalui ponselnya, Kamis (2/1). 

Baca Juga :  Dianggap Tak Berperan Aktif Dalam Penyelamatan Pilot

Untuk jangka pendek kata Yehuda memang menarik karena bersih dan  membuat warga ingin mampir tapi untuk jangka panjang justru bisa menimbulkan masalah. 

Ia mengatakan jika semua dibersihkan dan merusak vegetasinya maka akan memberi dampak besar bagi teluk. Pikirannya perlu ada rekayasa  untuk mengantisipasi. Harus diisi kembali untuk memperkuat struktur tanah dengan menanami pohon berakar tunggang. 

“Jadi  jangan kelapa sebab kelapa hanya 2 meter ke dalam tanah. Lokasi itu butuh cemara yang bisa mengikat jauh ke dalam,” imbuhnya. Yehuda melihat banyak yang memotong cemara padahal pohon ini membantu mengatasi intrusi air laut atau masuk atau menyusupnya air laut ke dalam pori-pori bebatuan dan mencemari ait tanah yang terkandung di dalamnya. 

Baca Juga :  Tiga PJU dan Sebelas Kapolres Promosi Jabatan

“Setelah intrusi maka slanjutnya terjadi abrasi. Interusi akan kencang jika tak ada akar tunggang. Fungsi akar ini adalah membentuk tanah kemudian menjerat kandungan kadar garam guna kebutuhan batang pohon. Makanya di bagian belakangnya air bisa terasa lebih tawar karena sudah terserap pada lahan vegetasi ini,” imbuhnya. 

Yehuda menambahkan bahwa biasanya daerah pantai berpasir vegetasinya berbentuk diamond yang ke atasnya segitiga dan di bagian bawah segitiga terbalik ditambah sistem pengakaran tunggang persis di tengah.  

Model ini yang harus ditanam di pantai berpasir. “Tapi saya perhatikan polarisasi dari bentuk diamond ini tak terlihat lagi padahal jika tak ada diamond maka abrasi terus terjadi dan akan mengganggu badan jalan,” imbuhnya. (ade/nat)

WARNING: Foto landscape Teluk Youtefa dan Kampung Engros yang terlihat ditumbuhi berbagai jenis pohon dan ilalang. Kondisi vegetasi seperti ini dianggap patut dipertahankan dan bukan justru dibabat habis karena akan mengancam posisi atau keberadaan Teluk Youtefa itu sendiri jika terjadi anomali air atau air naik dengan tingkat kewajaran yang tak biasa. (FOTO: Gamel/Cepos)

JAYAPURA-Salah satu akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Yehuda Hamokwarong mengingatkan masyarakat di kawasan Teluk Youtefa untuk tidak membabat habis lahan tanaman yang ada di sepanjang teluk. Mulai dari pohon besar maupun yang berjenis pandan dan lainnya. 

Ini agar kondisi tanah atau pasir di teluk tetap terjaga meski mendapat terjangan air. Yehuda menyampaikan bahwa masyarakat di kampung perlu memahami soal kondisi asli teluk dan tidak merubahnya sedemikian cepat. 

“Yang saya perhatikan seperti itu, mulai dari jembatan hingga Holtekam sudah dibersihkan. Ini kalau air pasang atau terjadi anomali iklim maka air akan  berbalik ke arah darat dan merusak fasilitas disepanjang teluk termasuk jembatan. Ini seperti yang sudah terjadi di Mendug, yang tak jauh dari lokasi jembatan,” kata Yehuda melalui ponselnya, Kamis (2/1). 

Baca Juga :  Saksi Sempat Ketakutan Ditembak

Untuk jangka pendek kata Yehuda memang menarik karena bersih dan  membuat warga ingin mampir tapi untuk jangka panjang justru bisa menimbulkan masalah. 

Ia mengatakan jika semua dibersihkan dan merusak vegetasinya maka akan memberi dampak besar bagi teluk. Pikirannya perlu ada rekayasa  untuk mengantisipasi. Harus diisi kembali untuk memperkuat struktur tanah dengan menanami pohon berakar tunggang. 

“Jadi  jangan kelapa sebab kelapa hanya 2 meter ke dalam tanah. Lokasi itu butuh cemara yang bisa mengikat jauh ke dalam,” imbuhnya. Yehuda melihat banyak yang memotong cemara padahal pohon ini membantu mengatasi intrusi air laut atau masuk atau menyusupnya air laut ke dalam pori-pori bebatuan dan mencemari ait tanah yang terkandung di dalamnya. 

Baca Juga :  Hari ini, Jalur CV Tomas Ditutup Total

“Setelah intrusi maka slanjutnya terjadi abrasi. Interusi akan kencang jika tak ada akar tunggang. Fungsi akar ini adalah membentuk tanah kemudian menjerat kandungan kadar garam guna kebutuhan batang pohon. Makanya di bagian belakangnya air bisa terasa lebih tawar karena sudah terserap pada lahan vegetasi ini,” imbuhnya. 

Yehuda menambahkan bahwa biasanya daerah pantai berpasir vegetasinya berbentuk diamond yang ke atasnya segitiga dan di bagian bawah segitiga terbalik ditambah sistem pengakaran tunggang persis di tengah.  

Model ini yang harus ditanam di pantai berpasir. “Tapi saya perhatikan polarisasi dari bentuk diamond ini tak terlihat lagi padahal jika tak ada diamond maka abrasi terus terjadi dan akan mengganggu badan jalan,” imbuhnya. (ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya