JAYAPURA – Presiden klub PSBS Biak, Yan Mandenas membeberkan plus minus bermain di Jayapura. Menurutnya, tim harus memiliki finansial yang kuat untuk bisa bermarkas di Jayapura. Khususnya menggunakan Stadion Utama Lukas Enembe sebagai markas. Menurut Mandenas, bermain di SULE butuh budget yang tak sedikit. Selain itu, biaya laga away (tandang) ke luar daerah juga butuh finansial yang besar.
“Ya plus minusnya main di sini kita butuh biaya yang lebih besar. Dari sisi LOC, biaya transportasi tinggi, biaya operasional juga tinggi di Papua,” ungkap Mandenas kepada Cenderawasih Pos, Kamis (17/1).
“Tapi ini kita coba memaksimalkan, dan kita harus akui tidak semua tim bersedia main di Papua karena dengan biaya yang tinggi,” sambungnya. Meski begitu, Mandenas tetap berupaya agar PSBS tetap bermarkas di SULE. Mengingat PSBS kini menjadi representasi klub Papua di kancah sepakbola tertinggi tanah air.
Mandenas juga membeberkan biaya sewa di SULE sekali main berjumlah Rp 75 juta. Tentu sangat jauh bila dibandingkan dengan Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar Bali yang menjadi markas PSBS pada putaran pertama kemarin.
“Kalau biaya sewa 75 juta sekali pertandingan, belum yang lain-lain. Kalau di Bali 10 juta sekali pertandingan untuk sewa lapangan. Memang jauh, tapi kita berharap kepada Pemda dan Pak Gubernur sendiri sudah memberikan arahan kepada Disorda semoga kedepan ada keringanan untuk PSBS tetap bermarkas di Stadion Lukas Enembe,” ucapnya.
“Yang jelas kita bisa bermain di sini (SULE-red) karena dukungan pemerintah daerah khususnya teman-teman di Disorda. Dengan keterbatasan dari sisi anggaran pemeliharaan stadion tapi bisa membantu kita dengan tenaga disana bisa melakukan cleanup stadion dan kita bisa bermain di sana,” pungkasnya. (eri/ade).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos