Friday, April 26, 2024
25.7 C
Jayapura

PON Bukan Tujuan Terakhir

I’ied Rahmat Rifadin, wartawan olahraga Jawa Pos

SEBAGAI warga negara Indonesia yang cinta olahraga, merasakan euforia Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua di tanah air dua minggu terakhir (2–15 Oktober) begitu membahagiakan. Kesuksesan tanah Papua menggelar multievent olahraga tingkat nasional terbesar ini dengan aman saya yakin juga membuat sebagian besar warga Indonesia lega.

Paling tidak, sejauh ini kita bisa melihat, anggaran negara sebesar Rp 10,43 triliun yang digunakan untuk melangsungkan hajatan ini tidak sia-sia.

Seperti diketahui, ada beberapa poin tujuan dari diselenggarakannya PON. Di antaranya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selain itu, mempercepat pembangunan daerah.

Ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 yang mengatur tentang penyelenggaraan dan kejuaraan olahraga. Melihat gegap gempita pergelaran PON di Papua, saya hakulyakin dua poin tujuan itu tercapai.

Tapi, jangan lupa, ada poin-poin lain tentang tujuan diadakannya PON. Dan itu juga tidak kalah penting. Mungkin juga bisa lebih penting. Dua tujuan lain tersebut adalah meningkatkan prestasi olahraga Indonesia. Selain itu, menjaring bibit-bibit atlet potensial.

Dari PON, diharapkan makin banyak ditemukan atlet-atlet potensial dari 34 provinsi di Indonesia. Mereka nantinya bisa dibina lebih lanjut hingga mampu tampil dan membanggakan saat mewakili Indonesia di ajang-ajang olahraga internasional.

Tujuan dari PON yang disebut sebagai wadah untuk menjaring bibit-bibit atlet potensial dari seluruh Indonesia juga bisa diartikan bahwa PON bukan tujuan terakhir atlet untuk mencari prestasi. Namun, setelah tampil di PON, atlet-atlet terbaik daerah ini diharapkan bisa lebih termotivasi untuk tampil pada kejuaraan olahraga level yang lebih tinggi. Mulai SEA Games, Asian Games, sampai Olimpiade.

Baca Juga :  Berharap Agustus Sudah New Normal

Terkait dua tujuan terakhir PON ini, ada kabar yang menggembirakan dan tidak menggembirakan. Yang tidak menggembirakan, masih maraknya aksi perpindahan atlet yang telah berprestasi di tingkat nasional hingga internasional jelang PON ke daerah lain. 

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S. Dewo Broto dalam sebuah pemberitaan menyebutkan, ada sekitar 1.300 atlet yang berganti bendera provinsi pada PON Papua ini. Jumlah itu hampir sama dengan jumlah perpindahan atlet dari PON 2012 Riau ke PON 2016 Jawa Barat.

Mutasi atlet dari suatu daerah ke daerah lain memang sah-sah saja jika dilakukan sesuai aturan yang berlaku. Namun, jika itu dilakukan dengan sponsor pemerintah daerah, hanya sekadar agar daerah tersebut mampu meraih posisi klasemen lebih baik di PON, jelas itu sudah melenceng dari niat awal diselenggarakannya PON ini.

Lepas dari fenomena tersebut, ada juga kabar yang menggembirakan. Laporan Kemenpora dan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) menyebut ada 60 pemecahan rekor baru selama pergelaran PON kali ini.

Mulai pemecahan rekor tingkat nasional sampai dunia. Pemecahan rekor tersebut datang dari beberapa cabang olahraga. Di antaranya angkat besi, atletik, renang, dan panjat tebing.

Atlet angkat besi putri Jawa Barat Tsabita Alfiah yang turun di kelas 67 kg memecahkan tiga rekor dunia junior sekaligus. Angkatannya di snatch serta clean and jerk total mencapai 212 kg. 

Baca Juga :  Segera Tetapkan Tersangka Korupsi Dermaga Teba

Setiap angkatan yang dia lakukan itu memecahkan rekor dunia junior atas namanya sendiri yang dia catat pada kejuaraan dunia angkat besi junior di Tashkent, Uzbekistan, Mei lalu. Saat itu dia total membuat angkatan 204 kg.

Atlet panjat tebing Jawa Barat Raharjati Nursyamsa juga membuat rekor dunia baru di nomor speed world record putra. Dia mampu membukukan catatan waktu 5,14 detik. Itu memecahkan rekor dunia sebelumnya yang juga dipegang atlet Indonesia lainnya, Veddriq Leonardo, dengan catatan waktu 5,20 detik. Meski, catatan waktu yang dibuat Raharjati ini memang masih harus diurus lebih lanjut agar bisa diakui dunia.

Capaian-capaian tersebut patut dirayakan. Mengingat, dua tahun belakangan sangat jarang event olahraga nasional maupun internasional mampu diselenggarakan. Pemecahan rekor ini sekaligus menunjukkan pahlawan-pahlawan kita di pentas olahraga tidak berhenti berlatih keras. Meski, kegiatan mereka kini harus menyesuaikan dengan pembatasan-pembatasan ruang gerak yang dicanangkan pemerintah tingkat pusat sampai desa.

Tapi, sekali lagi, PON bukanlah tujuan akhir atlet untuk berprestasi. SEA Games 2021 yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, Mei tahun depan adalah pergelaran multievent olahraga internasional terdekat yang akan berlangsung.

Di pergelaran itu, kita semua berharap atlet-atlet tanah air bisa mengharumkan nama Indonesia di tingkat Asia Tenggara. Begitu juga di pergelaran-pergelaran selanjutnya. Seperti Asian Games 2022 Hangzhou, Tiongkok, maupun Olimpiade Paris 2024. Salam olahraga. (*)

I’ied Rahmat Rifadin, wartawan olahraga Jawa Pos

SEBAGAI warga negara Indonesia yang cinta olahraga, merasakan euforia Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua di tanah air dua minggu terakhir (2–15 Oktober) begitu membahagiakan. Kesuksesan tanah Papua menggelar multievent olahraga tingkat nasional terbesar ini dengan aman saya yakin juga membuat sebagian besar warga Indonesia lega.

Paling tidak, sejauh ini kita bisa melihat, anggaran negara sebesar Rp 10,43 triliun yang digunakan untuk melangsungkan hajatan ini tidak sia-sia.

Seperti diketahui, ada beberapa poin tujuan dari diselenggarakannya PON. Di antaranya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selain itu, mempercepat pembangunan daerah.

Ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 yang mengatur tentang penyelenggaraan dan kejuaraan olahraga. Melihat gegap gempita pergelaran PON di Papua, saya hakulyakin dua poin tujuan itu tercapai.

Tapi, jangan lupa, ada poin-poin lain tentang tujuan diadakannya PON. Dan itu juga tidak kalah penting. Mungkin juga bisa lebih penting. Dua tujuan lain tersebut adalah meningkatkan prestasi olahraga Indonesia. Selain itu, menjaring bibit-bibit atlet potensial.

Dari PON, diharapkan makin banyak ditemukan atlet-atlet potensial dari 34 provinsi di Indonesia. Mereka nantinya bisa dibina lebih lanjut hingga mampu tampil dan membanggakan saat mewakili Indonesia di ajang-ajang olahraga internasional.

Tujuan dari PON yang disebut sebagai wadah untuk menjaring bibit-bibit atlet potensial dari seluruh Indonesia juga bisa diartikan bahwa PON bukan tujuan terakhir atlet untuk mencari prestasi. Namun, setelah tampil di PON, atlet-atlet terbaik daerah ini diharapkan bisa lebih termotivasi untuk tampil pada kejuaraan olahraga level yang lebih tinggi. Mulai SEA Games, Asian Games, sampai Olimpiade.

Baca Juga :  Genap Dua Dekade, Pemkab Keerom Terus Menata Kesejahteraan

Terkait dua tujuan terakhir PON ini, ada kabar yang menggembirakan dan tidak menggembirakan. Yang tidak menggembirakan, masih maraknya aksi perpindahan atlet yang telah berprestasi di tingkat nasional hingga internasional jelang PON ke daerah lain. 

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S. Dewo Broto dalam sebuah pemberitaan menyebutkan, ada sekitar 1.300 atlet yang berganti bendera provinsi pada PON Papua ini. Jumlah itu hampir sama dengan jumlah perpindahan atlet dari PON 2012 Riau ke PON 2016 Jawa Barat.

Mutasi atlet dari suatu daerah ke daerah lain memang sah-sah saja jika dilakukan sesuai aturan yang berlaku. Namun, jika itu dilakukan dengan sponsor pemerintah daerah, hanya sekadar agar daerah tersebut mampu meraih posisi klasemen lebih baik di PON, jelas itu sudah melenceng dari niat awal diselenggarakannya PON ini.

Lepas dari fenomena tersebut, ada juga kabar yang menggembirakan. Laporan Kemenpora dan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) menyebut ada 60 pemecahan rekor baru selama pergelaran PON kali ini.

Mulai pemecahan rekor tingkat nasional sampai dunia. Pemecahan rekor tersebut datang dari beberapa cabang olahraga. Di antaranya angkat besi, atletik, renang, dan panjat tebing.

Atlet angkat besi putri Jawa Barat Tsabita Alfiah yang turun di kelas 67 kg memecahkan tiga rekor dunia junior sekaligus. Angkatannya di snatch serta clean and jerk total mencapai 212 kg. 

Baca Juga :  Dorong OPM Jadi Organisasi Terlarang

Setiap angkatan yang dia lakukan itu memecahkan rekor dunia junior atas namanya sendiri yang dia catat pada kejuaraan dunia angkat besi junior di Tashkent, Uzbekistan, Mei lalu. Saat itu dia total membuat angkatan 204 kg.

Atlet panjat tebing Jawa Barat Raharjati Nursyamsa juga membuat rekor dunia baru di nomor speed world record putra. Dia mampu membukukan catatan waktu 5,14 detik. Itu memecahkan rekor dunia sebelumnya yang juga dipegang atlet Indonesia lainnya, Veddriq Leonardo, dengan catatan waktu 5,20 detik. Meski, catatan waktu yang dibuat Raharjati ini memang masih harus diurus lebih lanjut agar bisa diakui dunia.

Capaian-capaian tersebut patut dirayakan. Mengingat, dua tahun belakangan sangat jarang event olahraga nasional maupun internasional mampu diselenggarakan. Pemecahan rekor ini sekaligus menunjukkan pahlawan-pahlawan kita di pentas olahraga tidak berhenti berlatih keras. Meski, kegiatan mereka kini harus menyesuaikan dengan pembatasan-pembatasan ruang gerak yang dicanangkan pemerintah tingkat pusat sampai desa.

Tapi, sekali lagi, PON bukanlah tujuan akhir atlet untuk berprestasi. SEA Games 2021 yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, Mei tahun depan adalah pergelaran multievent olahraga internasional terdekat yang akan berlangsung.

Di pergelaran itu, kita semua berharap atlet-atlet tanah air bisa mengharumkan nama Indonesia di tingkat Asia Tenggara. Begitu juga di pergelaran-pergelaran selanjutnya. Seperti Asian Games 2022 Hangzhou, Tiongkok, maupun Olimpiade Paris 2024. Salam olahraga. (*)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya