Friday, February 21, 2025
31.7 C
Jayapura

Terdeteksi 2.864 Kasus TBC di Kota Jayapura

   Dari data Dinkes Kota Jayapura, tiap tahun penemuan kasus TBC ini alami peningkatan, tahun 2022 TBC SO 2.202 dan TBC RO 57 total 2.259 kasus. Tahun 2023, TBC SO 2.403 dan TBC RO 65 jadi total 2.468 sedangkan tahun 2024, jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 2.864, yang berhasil diobati sebanyak 2.594 dengan rincian, TBC RO 67 kasus dan TBC SO 2.527 kasus.

   “Tiap tahunnya sejak 2022 hinga 2024 alami kenaikan baik itu TBC SO maupun TBC RO,” bebernya.

   Menurut Ni Nyoman Sri Antari, agak berbeda pada kasus TBC anak, yang paling tinggi 2023 ada 161 kasus, tahun 2022 143 kasus, namun di tahun 2024 malah menurun 142 kasus. “Khusus penderita anak dan balita ini perlu ada pengawasan orang tua, salah satu contohnya jauhkan anak atau balita dari asap rokok dan penyebab lainnya,” ujarnya.

   Dijelaskan, untuk trend kasus TBC berdasarkan bulan, di Kota Jayapura sepanjang tahun 2024, yang paling tinggi pada bulan Juli sebanyak 291 kasus, disusul bulan Mei 285 kasus juga bulan Maret dan Agustus sebanyak 265 kasus.

Baca Juga :  Dana Otsus Papua Dipangkas Rp 19 Miliar

   “Dari kasusnya, Januari diawali dengan 254 kasus, untuk Februari hingga Juni trend kasusnya naik turun, namun masuk bulan Juli angkanya naik drastis capai 291. Mulai turun lagi itu pada bulan September hingga Desember hanya 131 kasus,” tuturnya.

   Penyebaran kasus berdasarkan kelurahan, yang paling tinggi di semua kelurahan dari 5 distrik adalah kelurahan Whano Distrik Abepura dengan total 219 kasus kemudian Waena Distrik Heram sebanyak 165 kasus.

   “Kalau kasus yang paling sedikit itu ada di Kampung Kayu Batu Distrik Jayapura Utara, Kampung Skouw Sae 2 kasus dan Mosso 1 kasus Distrik Muaratami. Memang secara keseluruhan di 5 distrik, Muaratami yang paling rendah kasus TBC nya hanya 121 kasus, dibanding terbalik dengan Distrik Abepura yang mencapai 855 kasus,” ungkapnya.

Baca Juga :  Soal Beasiswa, Pemkot Juga Angkat Tangan

   Meski TBC dikategorikan sebagai penyakit menular, penularan penyakit ini tidak secepat pilek dan flu. Namun, ada beberapa kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC, yaitu Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh, Petugas medis yang sering merawat penderita TBC, Orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak, Pengguna NAPZA, Penderita penyakit ginjal stadium lanjut.

  Selain itu juga Orang yang mengalami kekurangan gizi, Penderita kecanduan alcohol, Perokok, Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, orang yang menjalani transplantasi organ, dan lain sebagainya, Orang yang sedang dalam terapi obat imunosupresif, misalnya penderita lupus, psoriasis, rheumatoid arthritis, atau penyakit Crohn.

   Apapun perbedaan TBC RO dan TBC SO ,TBC RO adalah tuberkulosis yang kebal terhadap obat TBC lini pertama, sedangkan TBC SO adalah tuberkulosis yang sensitif terhadap obat TBC lini pertama.

   Dari data Dinkes Kota Jayapura, tiap tahun penemuan kasus TBC ini alami peningkatan, tahun 2022 TBC SO 2.202 dan TBC RO 57 total 2.259 kasus. Tahun 2023, TBC SO 2.403 dan TBC RO 65 jadi total 2.468 sedangkan tahun 2024, jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 2.864, yang berhasil diobati sebanyak 2.594 dengan rincian, TBC RO 67 kasus dan TBC SO 2.527 kasus.

   “Tiap tahunnya sejak 2022 hinga 2024 alami kenaikan baik itu TBC SO maupun TBC RO,” bebernya.

   Menurut Ni Nyoman Sri Antari, agak berbeda pada kasus TBC anak, yang paling tinggi 2023 ada 161 kasus, tahun 2022 143 kasus, namun di tahun 2024 malah menurun 142 kasus. “Khusus penderita anak dan balita ini perlu ada pengawasan orang tua, salah satu contohnya jauhkan anak atau balita dari asap rokok dan penyebab lainnya,” ujarnya.

   Dijelaskan, untuk trend kasus TBC berdasarkan bulan, di Kota Jayapura sepanjang tahun 2024, yang paling tinggi pada bulan Juli sebanyak 291 kasus, disusul bulan Mei 285 kasus juga bulan Maret dan Agustus sebanyak 265 kasus.

Baca Juga :  Negara Federal Pertanyakan Komitmen Dewan Adat Papua

   “Dari kasusnya, Januari diawali dengan 254 kasus, untuk Februari hingga Juni trend kasusnya naik turun, namun masuk bulan Juli angkanya naik drastis capai 291. Mulai turun lagi itu pada bulan September hingga Desember hanya 131 kasus,” tuturnya.

   Penyebaran kasus berdasarkan kelurahan, yang paling tinggi di semua kelurahan dari 5 distrik adalah kelurahan Whano Distrik Abepura dengan total 219 kasus kemudian Waena Distrik Heram sebanyak 165 kasus.

   “Kalau kasus yang paling sedikit itu ada di Kampung Kayu Batu Distrik Jayapura Utara, Kampung Skouw Sae 2 kasus dan Mosso 1 kasus Distrik Muaratami. Memang secara keseluruhan di 5 distrik, Muaratami yang paling rendah kasus TBC nya hanya 121 kasus, dibanding terbalik dengan Distrik Abepura yang mencapai 855 kasus,” ungkapnya.

Baca Juga :  Bank Papua Launching Layanan PACE

   Meski TBC dikategorikan sebagai penyakit menular, penularan penyakit ini tidak secepat pilek dan flu. Namun, ada beberapa kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC, yaitu Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh, Petugas medis yang sering merawat penderita TBC, Orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak, Pengguna NAPZA, Penderita penyakit ginjal stadium lanjut.

  Selain itu juga Orang yang mengalami kekurangan gizi, Penderita kecanduan alcohol, Perokok, Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, orang yang menjalani transplantasi organ, dan lain sebagainya, Orang yang sedang dalam terapi obat imunosupresif, misalnya penderita lupus, psoriasis, rheumatoid arthritis, atau penyakit Crohn.

   Apapun perbedaan TBC RO dan TBC SO ,TBC RO adalah tuberkulosis yang kebal terhadap obat TBC lini pertama, sedangkan TBC SO adalah tuberkulosis yang sensitif terhadap obat TBC lini pertama.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/