
*Satu di RSUD Jayapura dan Satu Lagi di RSUD Biak
JAYAPURA-Seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) virus Corona (Covid-19) kini tengah dirawat di ruang isolasi RSUD Jayapura. Direktur RSUD Jayapura, drg. Aloysius Giyai, M.Kes., mengatakan, PDP adalah pasien yang menunjukkan gejala sakit yang menyerupai Covid-19, namun belum positif Covid-19.
“Ada satu pasien yang kemarin datang sendiri ke IGD RSUD Jayapura. Pasien laki-laki (40) ini mengakui bahwa pada 25-28 Februari melakukan kontak. Di mana ia tinggal bersama dengan salah satu orang yang sudah terkena Covid-19 di Bogor,” ungkap Aloysius Giyai menjawab Cenderawasih Pos, Senin (16/3) kemarin.
Dikatakan, gejala pasien ini ringan, seperti demam dan batuk. Namun, karena ada kontak dengan seorang yang sudah positif Covid-19 pada akhir Februari lalu, sehingga pasien ini masuk dalam pengawasan RSUD Jayapura dengan status PDP.
“Pasien ini akan diambil sampel darahnya untuk dikirim ke Jakarta. Sesuai standarnya, dalam 3-5 hari, sudah kita terima hasil pemeriksaan sampelnya. Selama hasilnya belum kami terima, maka pasien tersebut masih tetap dalam pengawasan kami di ruang isolasi,” bebernya.
Terkait kondisi ini, Aloysius Giyai meminta masyarakat untuk tidak membuat atau menyebarkan berita yang belum diverifikasi kebenarannya, yang menyesatkan, serta membuat panik masyarakat. Pasalnya, PDP yang dirawat di RSUD Jayapura belum positif Covid-19.
“Masyarakat diminta untuk tidak membuat atau menyebarkan berita yang menyesatkan, yang membuat panik masyarakat lainnya. Karena, pasien ini belum positif Covid-19, melainkan masih PDP. Bukan hanya pasien ini saja, melainkan siapa saja yang memiliki gejala klinis seperti Covid-19, ditambah memiliki riwayat kontak dengan orang yang terkena Covid-19, atau baru datang dari daerah yang telah terdampak Covid-19, maka wajib kita isolasi,” tuturnya.
“Kami RSUD Jayapura merencakan untuk membentuk posko screening khusus. Dimana jikalau terdapat masyarakat dengan gejala menyerupai Covid-19, sebelum masuk IGD, harus kita screening dulu di posko khusus yang kita bentuk tersebut,” pungkasnya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Biak Numfor menetapkan siaga Covid-19 setelah menggelar rapat koordinasi dengan Forkopimda, instansi terkait dan semua stakeholder, di Guest House, Senin (16/3) kemarin.
Berbagai langkah-langkah pencegahan dan meminimalisir terjadinya penyebaran virus Covid-19 itu juga disepakati akan dilakukan secara serius.
Penetapan siaga virus Covid-19 dilakukan pasca adanya satu Pasien Dalam Pengawasan (PDP) karena diduga tertular virus Covid-19 dan saat ini dirawat dan diisolasi di RSUD Biak. Masyarakat juga diminta tetap memperhatikan hal-hal pencegahan dan tidak percaya pada berita-berita yang nantinya dapat membuat masyarakat resah.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Biak Numfor juga sudah melakukan berbagai langkah-langkah pengawasan dengan serius terhadap satu PDP ini dan terus melakukan pencegahan secara serius untuk memutus mata rantai masuknya virus Covid-19.
Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap, S.Si.,M.Pd mengatakan, terkait dengan adanya satu PDP Covid-19 di RSUD Biak, pihaknya telah dilakukan langkah-langkah penanganan oleh petugas medis secara cepat. Bahkan pasien tersebut sudah diisolasi khusus di ruang korsinan di RSUD Biak.
Untuk memastikan, pasien asal yang berangkat dari Bandung, Jawab Barat ini benar terinfeksi virus Covid-19 atau tidak maka harus diambil sampel lalu dilakukan uji laboratorium di Jakarta. Pemkab Biak Numfor juga akan memperketat keluar masuknya masyarakat lewat pelabuhan udara dan pelabuhan laut.
“Jadi kerja sama dan koordinasi terus dibangun. Setiap orang yang berangkat ke luar dari Biak wajib memperlihatkan surat keterangan sehat di pelabuhan atau bandara. Demikian halnya penumpang yang datang di Biak wajib memperlihatkan indentitas dan diperiksa kesehatannya. Baik di pelabuhan laut maupun pelabuhan udara,” ungkap Bupati Herry Naap didampingi Ketua DPRD Biak Numfor, Milka Rumaropen dan Kajari Biak Sigit J. Pribadi, SH., MH., serta jajaran anggota Fokopimda Biak Numfor lainnya ketika memberikan keterangan pers.
Sekedar diketahui, sebelum menggelar konferensi pers menetapkan Kabupaten Biak Numfor siaga Covid-19, Bupati Herry Naap siang kemarin langsung menggelar rapat terbatas dengan sejumlah instansi terkait menyikapi dugaan adanya pasien yang masuk dalam pengawasan dimaksud, di Guest House, Senin (16/3) tadi.
Rapat terbatas itu dihadiri Direktur RSUD Biak, Plt. Kadinkes, Plt. Asisten I dan Asisten II, Karantina Kesehatan Pelabuhan (KKP), Kepala Dinas Perindag, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan sejumlah pejabat terkait lainnya.
Pertemuan dengan sejumlah instansi terkait lainnya juga masih akan dilanjutkan pukul 17.00 WIT yang dihadiri sejumlah stakeholder, termasuk jajaran Forkopimda, pihak pengelola Bandara Udara Frans Kaisiepo instansi terkait di pelabuhan laut dan sejumlah lainnya.
“Intinya pemerintah daerah telah bergerak cepat, dan sebelumnya sudah ada diberikan imbauan. Bahkan tim sudah dibentuk melakukan berbagai pengawasan,” jelasnya.
Menyikapi terjadinya kelangkaan sejumlah masker dan peralatan pendukung lainnya, Bupati Herry Naap langsung memerintahkan supaya segera dipesan ke Jakarta. Bahkan, bupati juga dalam kesempatan itu dengan tegas mewarning semua toko dan apotik yang menjual masker dan anti septic supaya tidak melakukan penimbunan.
“Saya sudah perintahkan supaya semua yang tidak ada di Biak segera dipesan, dan besok (hari ini, red) sudah yang tiba. Intinya, kita harus bergerak cepat dan melakukan langkah-langkah konkrit menyikapi virus corona yang saat ini sudah menjadi persoalan internasional,” pungkasnya.
Direktur RSUD Biak dr. Ricardo Mayor, M.Kes., menambahkan bahwa pasien yang saat ini dirawat di RSUD Biak Numfor, berangkat menggunakan kapal laut dari Jakarta menuju Biak dan tiba tanggal 12 Maret. “Tadi malam (kemarin, red) masuk di UGD sekira pukul 18.30 WIT dan dilakukan penanganan, dan sekitar jam 10.00 WIT dan disimpulkan sementara bahwa pasien itu perlu dalam pengawasan,” jelas Ricardo Mayor.
Ricardo Mayor mengatakan, pasien tersebut dikatakan suspect karena memperhatikan gejala klinisnya. Namun untuk memastikan itu positif terinfeksi Covid-19 atau tidak harus melalui uji laboratorium dan sampelnya akan dikirim ke Jakarta.
Semenatar dari Merauke dilaporkan, kondisi pasien terduga Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di RSUD Merauke kondisinya terus membaik.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr. Nevile R. Muskita kepada wartawan di Merauke mengatakan, kondisi pasien terus membaik, stabil dan keluhan mulai berkurang.
“Sementara 10 anggota keluarga dari pasien tersebut, sementara dalam pemantauan. Jadi mereka dalam status orang dalam pemantauan atau ODP tenaga medis,’’ jelasnya.
Sebagai orang dalam pemantauan tenaga medis menurut Nevile Muskita, mereka dikarantina di rumahnya atau disebut karantina mandiri selama 14 hari.
Nevile Muskita juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sedang mempersiapkan pesimen dari pasien laki-laki 46 tahun yang sedang dirawat di RSUD Merauke. ‘’Dokumen terkait dengan pengiriman pesimen yang gagal itu sekarang sedang kita siapkan,’’ katanya.
Nevile menjelaskan bahwa pada Minggu (15/3), pesimen yang akan dikirim lewat pesawat Garuda Indonesia itu ditolak karena belum ada dokumen material safety data sift. ‘’Jadi kemarin itu gagal karena belum ada dokumen MSDS. Nah, ini yang sementara kita siapkan dengan teman-teman rumah sakit hari ini (kemarin, red). Kami telah berkoordinasi dengan maskapai dan mudah-mudahan pengiriman pesimen ini bisa terkirim,’’ katanya.
Nevile juga menjelaskan, pihaknya sebelumnya kurang memahami jika dimaskapai dibutuhkan persyaratan tersebut. ‘’Untuk MSDS sudah kita siapkan dan rencana besok (hari ini, red) pesimen tersebut kita kirim,’’ terangnya.
Terkait dengan berbagai informasi yang beredar di masyarakat, Nevile Muskita menjelaskan bahwa pada prinsipnya bahwa Covid-19 sudah berada di Indonesia. “Kalau kita tidak mengambil langkah-langkah tepat, kita tunggu waktu ada di Papua . Kemarin ada di Jakarta, sekarang sudah di Jogyakarta, Solo dan sebagainya. Untuk itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan,’’ jelasnya.
Dikatakan, penyakit menular ketika sedikit ditekan penyebarannya maka gerakan interaksi sosial yang harus mulai dikurangi. ‘’Karena dari kerumunan manusia itu kita tidak tahu siapa yang sudah terinfeksi. Upaya-upaya pencengahan yang harus kita lakukan seperti cuci tangan dan sebagainya,’’ tambahnya. (gr/itb/ulo/gr/nat)