JAYAPURA– Siapa yang tidak kenal dengan fakultas ilmu sosial politik (FISIP) Universitas Cendrawasih (Uncen). Mungkin tidak banyak yang membicarakan keberhasilan mereka, karena sebagian besar publik akan fokus dan tertuju pada aksi-aksi mahasiswanya yang sering kali terlihat aktif dalam berbagai aksi-aksi protes, demo menentang kebijakan pemerintah.
Belum lagi terkadang ada doktrin-doktrin yang diberikan pihak luar terhadap mahasiswa. Bahkan sampai masuk kampus. Tapi jangan lupa bahwa ternyata dibalik aksi kondisi negatif tersebut ada juga mahasiswa Fisip yang berprestasi. Prestasi yang ditorehkan baik akademik maupun non akademik.
Sementara lulusan Fisip ini juga sudah sangat banyak menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Hal itu diakui oleh Dekan Fakultas FISIP Uncen, Dr. Marlina Flassy, ketika diwawancarai Cenderwasih Pos di ruang kerjanya, Jumat (14/2).
Dia menjelaskan, FISIP Uncen merupakan salah satu fakultas tertua di Universitas Cendrawasih, yang lahir pada saat Uncen didirikan pada tahun 1962, yang awalnya dinamakan fakultas ketatanegaraan dan ketataniagaan. Di dalamnya dulu ada jurusan hukum dan ekonomi sampai akhirnya dua jurusan itu berpisah dan menjadi fakultas sendiri.
“Kalau dicek, hampir semua lulusan Fisip kami mereka selesai dan mengisi sejumlah jabatan diinstansi pemerintah. Mulai dari pemerintah kampung, distrik, kabupaten, kota, bahkan gubernur. Itu anak-anak kami ada dimana-mana dan jadi pemimpin. Contoh nanti alumni yang akan dilantik jadi Gubenur Papua Barat Daya, pak Elisa Kambu dan pak Mote jadi bupati, semua alumni Fisip,”ujarnya penuh bangga.
Diakuinya, jika selama ini mata publik memang selalu menyoroti peran mahasiswa Fisip yang selalu turun demo. Kata dia, demo ini juga banyak alasan yang memicunya. “Kitakan 80 persen itu anak anak Papua dan berasal dari daerah pegunungan. Memang betul saya pernah dipanggil polisi bersama pak rektor pada masa pak Apollo,”ungkapnya.
Pihaknya memenuhi pemanggilan itu sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai dosen dan juga peran sebagai orang tua. Di hadapan polisi, ia menyampaikan bahwa anak-anak ini butuh kasih sayang. Caranya merangkul mereka, apapun yang mereka lakukan. Dari sisi pandangan pemerintah mungkin salah, lembaga juga menganggap itu salah.
“Tapi ini adalah anak – anak kita. Mereka adalah aset bangsa. Jadi saat itu kita merangkul mereka, bagaimana merubah mereka. Kampus ini hadir, didirikan pemerintah untuk mendidik manusia Papua,” tutupnya.(roy/ade).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos