Friday, March 29, 2024
29.7 C
Jayapura

Akui Kota Jayapura Unik dan Nyaman, Bawa Beras dan Gas Elpiji

Sopir Bus  PON XX Papua 2021 Klaster Jayapura yang Siap Sukseskan PON

Sebanyak 88 orang sopir utama, 27 orang sopir cadangan dan 7 orang mekanik serta beberapa kru bus medium untuk PON XX Papua sudah 14 hari berada di Kota Jayapura. Bagaimana pengalaman mereka ? 

Laporan: Priyadi, Jayapura

TAK terasa sudah 14 hari Teguh Suroso bersama  87 orang sopir utama, 27 orang sopir cadangan, 7 orang mekanik dan beberapa kru bus medium untuk PON XX Papua, berada di Kota Jayapura yang menjadi salah satu klaster PON XX Papua tahun 2021.

Teguh yang dipercayakan sebagai koordinator sopir bus medium PON XX Papua untuk klaster Kota Jayapura, didatangkan bersama 88 bus medium untuk memberikan dukungan transportasi bagi atlet dan official selama perhelatan PON nanti.

Tugas yang diemban oleh Teguh dan kawan-kawan tentunya cukup vital dalam menyukseskan penyelenggaraan PON XX Papua.   

Teguh dan kawan-kawan bersama 88 unit bus medium, didatangkan Kementerian Perhubungan RI untuk membantu kelancaran transportasi para atlet dan official selama PON.

Selain Kota Jayapura, Kementerian Perhubungan juga mendatangkan bus di tiga klaster lainnya yaitu Kabupaten Jayapura, Mimika dan Merauke. Selain mendatangkan bus medium, Kementerian Perhubungan juga mendatangkan bus mikro yang nantinya, dioperasikan oleh sopir putra asli Papua sudah sudah direkrut. 

Saat ditemui Cenderawasih Pos di eks Terminal PTC Entrop yang menjadi pool bus mediaum dan mikro untuk PON Papua, Selasa (14/9) pagi sekira pukul 10.00 WIT., Teguh mengaku tiba di Kota Jayapura tanggal 1 September 2021 dan akan menjalankan tugas hingga selesai PON XX tanggal 16 Oktober 2021.

Selama 14 hari di Kota Jayapura, Teguh mengaku mendapat pelayanan dan perhatian yang baik dari pemerintah setempat. Mereka diberi makan sehari tiga kali. Meskipun demikian, ada pula beberapa sopir dan kru yang membawa beras, mie instan, gas elpiji serta barang kebutuhan lainnya.

Barang-barang tersebut menurut Teguh dibawa lantaran sebelumnya mereka mendapat informasi bahwa makanan dan  bahan kebutuhan pokok lainnya di Papua mahal. 

Baca Juga :  Cakupan Capai 52,7 Persen, Masyarakat Harus Vaksin

“Tapi itu hanya untuk antisipasi saja. Jadi kalau teman-teman mau makan, bisa masak sendiri dan sudah ada perbekalan yang mereka bawa,” tuturnya. 

 Selama 14 hari di Kota Jayapura, teguh dan kawan-kawan mengaku bersyukur tetap sehat dan bisa menjalankan aktivitas. Hingga kemarin menurutnya belum ada sopir, mekanik atau kru yang terkena sakit malaria.

“Kami berupaya untuk menjaga stamina tubuh dan kesehatan. Salah satunya menjaga pola makan, pola tidur dan tetap membawa obat-obatan sesuai yang dibutuhkan termasuk P3K,” bebernya. 

Sebelum menjalankan tugas mengantar apara talet dan official ke venue-venue yang ada di klaster Kota Jayapura, Teguh dan kawan-kawan sudah dibawa untuk diperkenalkan rute yang akan dilalui.

Selain dibawa ke venue-venue yang ada, Teguh mengatakan, mereka juga sempat dibawa melihat pemandangan Kota Jayapura termasuk Jembatan Youtefa. 

“Jalan di kota ini unik, karena sebagai ibu kota provinsi, terlihat banyak pegunungan. Jalannya ada naik turun sehingga ada tantangan tersendiri. Meskipun demikian, teman-teman sopir yang didatangkan ini punya pengamalan tinggi dan sudah puluhan tahun menjadi sopir,” tuturnya.

Teguh mengatrakan, sopir bus yang didatangkan ini juag sudah memiliki pengalaman bertugas di event olahraga. Dimana sebelumnya mereka juga dilibatkan pada event Sea Games di Jakarta dan Palembang, beberapa tahun yang lalu, termasuk PON XIX Jawa Barat. 

 “Kita tidak masalah dengan medan jalanan di sini malah ada sensasi, tapi saya senang dengan pemandangan di Kota Jayapura unik banyak pegunungan atau tebing, jalan ada yang naik dan turun,”katanya, Selasa (14/9)kemarin.

Teguh dan teman-temannya mengakui baru pertama kali datang dan menginjak di Kota Jayapura. Saat pertama menginjakkan kaki di kota ini ini, Teguh merasakan Kota Jayapura unik dan nyaman serta masyarakatnya ramah. Bahkan menurutnya, kota ini sudah berkembang dan maju, beda dengan apa yang diinformasikan atau diberitakan di televisi seperti ada gejolak di mana-mana. 

Baca Juga :  Kapolda: Tidak Ada Pilihan Kecuali Menembak

“Padahal tidak begitu, yang ada gejolak di kabupaten lain yang sangat jauh dari Kota Jayapura. Apalagi kalau mau ke sana harus naik pesawat,” tambahnya.

“Kami juga memberitahukan kepada keluarga di Jawa kalau selama di Kota Jayapura, kami aman, nyaman dan senang,” sambungnya.

Saat pertama kali tiba di Kota Jayapura, Teguh mengaku membutuhkan waktu satu minggu untuk melakukan penyesuaian. Pasalnya, dengan perbedaan waktu 2 jam dengan wilayah barat, mereka perlu melakukan penyesuaian waktu tidur. 

Disinggung soal bus medium yang akan mereka operasikan nanti, Teguh menyebutkan untuk bus medium pariwisata ini fasilitasnya sudah bagus. Setiap bus dilengkapi dengan AC, televisi, karaoke dan lain-lain. “Setiap bus ada 33 seat dan tempat duduknya nyaman sekali. Bus juga selalu dingin dan bersih,” bebernya.

Sementara itu, Suparko salah satu sopir utama bus medium mengaku senang bisa menginjak wilayah Indonesia paling timur yakni Kota Jayapura, Papua. Pria berusia 51 tahun ini mengaku sudah 36 tahun berprofesi sebagai sopir yang melayani rute Jawa, Bali dan Sumatera. 

Seperti halnya Teguh, Suparko juga dibuat terkesan dengan kondisi Kota Jayapura. “Kotanya unik, jalannya naik turun. Selain itu, warganya juga ramah-ramah. Jaringan internet juga di sini sudah lancar dan bagus. Kami bisa kapan saja dan di mana saja, video call dengan keluarga di Jawa,” tambahnya.  

Saat menyambangi pool bus PON Papua, Cenderawasih Pos juga sempat bertemu dengan Tamari yang merupakan sopir cadangan yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah. 

Tamari yang berusia 60 tahun merupakan sopir cadangan tertua dalam jajaran sopir bus medium Pon Papua. 

Meskipun saat ini dia sebagai sopir cadangan, namun kemampuannya membawa bus tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya, selain beroperasi di Pulau Jawa, Tamari juga pernah membawa bus di Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara Barat.***

Sopir Bus  PON XX Papua 2021 Klaster Jayapura yang Siap Sukseskan PON

Sebanyak 88 orang sopir utama, 27 orang sopir cadangan dan 7 orang mekanik serta beberapa kru bus medium untuk PON XX Papua sudah 14 hari berada di Kota Jayapura. Bagaimana pengalaman mereka ? 

Laporan: Priyadi, Jayapura

TAK terasa sudah 14 hari Teguh Suroso bersama  87 orang sopir utama, 27 orang sopir cadangan, 7 orang mekanik dan beberapa kru bus medium untuk PON XX Papua, berada di Kota Jayapura yang menjadi salah satu klaster PON XX Papua tahun 2021.

Teguh yang dipercayakan sebagai koordinator sopir bus medium PON XX Papua untuk klaster Kota Jayapura, didatangkan bersama 88 bus medium untuk memberikan dukungan transportasi bagi atlet dan official selama perhelatan PON nanti.

Tugas yang diemban oleh Teguh dan kawan-kawan tentunya cukup vital dalam menyukseskan penyelenggaraan PON XX Papua.   

Teguh dan kawan-kawan bersama 88 unit bus medium, didatangkan Kementerian Perhubungan RI untuk membantu kelancaran transportasi para atlet dan official selama PON.

Selain Kota Jayapura, Kementerian Perhubungan juga mendatangkan bus di tiga klaster lainnya yaitu Kabupaten Jayapura, Mimika dan Merauke. Selain mendatangkan bus medium, Kementerian Perhubungan juga mendatangkan bus mikro yang nantinya, dioperasikan oleh sopir putra asli Papua sudah sudah direkrut. 

Saat ditemui Cenderawasih Pos di eks Terminal PTC Entrop yang menjadi pool bus mediaum dan mikro untuk PON Papua, Selasa (14/9) pagi sekira pukul 10.00 WIT., Teguh mengaku tiba di Kota Jayapura tanggal 1 September 2021 dan akan menjalankan tugas hingga selesai PON XX tanggal 16 Oktober 2021.

Selama 14 hari di Kota Jayapura, Teguh mengaku mendapat pelayanan dan perhatian yang baik dari pemerintah setempat. Mereka diberi makan sehari tiga kali. Meskipun demikian, ada pula beberapa sopir dan kru yang membawa beras, mie instan, gas elpiji serta barang kebutuhan lainnya.

Barang-barang tersebut menurut Teguh dibawa lantaran sebelumnya mereka mendapat informasi bahwa makanan dan  bahan kebutuhan pokok lainnya di Papua mahal. 

Baca Juga :  17 Kasus Lumpuh Layu Mendadak Ditemukan

“Tapi itu hanya untuk antisipasi saja. Jadi kalau teman-teman mau makan, bisa masak sendiri dan sudah ada perbekalan yang mereka bawa,” tuturnya. 

 Selama 14 hari di Kota Jayapura, teguh dan kawan-kawan mengaku bersyukur tetap sehat dan bisa menjalankan aktivitas. Hingga kemarin menurutnya belum ada sopir, mekanik atau kru yang terkena sakit malaria.

“Kami berupaya untuk menjaga stamina tubuh dan kesehatan. Salah satunya menjaga pola makan, pola tidur dan tetap membawa obat-obatan sesuai yang dibutuhkan termasuk P3K,” bebernya. 

Sebelum menjalankan tugas mengantar apara talet dan official ke venue-venue yang ada di klaster Kota Jayapura, Teguh dan kawan-kawan sudah dibawa untuk diperkenalkan rute yang akan dilalui.

Selain dibawa ke venue-venue yang ada, Teguh mengatakan, mereka juga sempat dibawa melihat pemandangan Kota Jayapura termasuk Jembatan Youtefa. 

“Jalan di kota ini unik, karena sebagai ibu kota provinsi, terlihat banyak pegunungan. Jalannya ada naik turun sehingga ada tantangan tersendiri. Meskipun demikian, teman-teman sopir yang didatangkan ini punya pengamalan tinggi dan sudah puluhan tahun menjadi sopir,” tuturnya.

Teguh mengatrakan, sopir bus yang didatangkan ini juag sudah memiliki pengalaman bertugas di event olahraga. Dimana sebelumnya mereka juga dilibatkan pada event Sea Games di Jakarta dan Palembang, beberapa tahun yang lalu, termasuk PON XIX Jawa Barat. 

 “Kita tidak masalah dengan medan jalanan di sini malah ada sensasi, tapi saya senang dengan pemandangan di Kota Jayapura unik banyak pegunungan atau tebing, jalan ada yang naik dan turun,”katanya, Selasa (14/9)kemarin.

Teguh dan teman-temannya mengakui baru pertama kali datang dan menginjak di Kota Jayapura. Saat pertama menginjakkan kaki di kota ini ini, Teguh merasakan Kota Jayapura unik dan nyaman serta masyarakatnya ramah. Bahkan menurutnya, kota ini sudah berkembang dan maju, beda dengan apa yang diinformasikan atau diberitakan di televisi seperti ada gejolak di mana-mana. 

Baca Juga :  SMA Satria Terbakar, Lima Ruangan Murid Tinggal Puing

“Padahal tidak begitu, yang ada gejolak di kabupaten lain yang sangat jauh dari Kota Jayapura. Apalagi kalau mau ke sana harus naik pesawat,” tambahnya.

“Kami juga memberitahukan kepada keluarga di Jawa kalau selama di Kota Jayapura, kami aman, nyaman dan senang,” sambungnya.

Saat pertama kali tiba di Kota Jayapura, Teguh mengaku membutuhkan waktu satu minggu untuk melakukan penyesuaian. Pasalnya, dengan perbedaan waktu 2 jam dengan wilayah barat, mereka perlu melakukan penyesuaian waktu tidur. 

Disinggung soal bus medium yang akan mereka operasikan nanti, Teguh menyebutkan untuk bus medium pariwisata ini fasilitasnya sudah bagus. Setiap bus dilengkapi dengan AC, televisi, karaoke dan lain-lain. “Setiap bus ada 33 seat dan tempat duduknya nyaman sekali. Bus juga selalu dingin dan bersih,” bebernya.

Sementara itu, Suparko salah satu sopir utama bus medium mengaku senang bisa menginjak wilayah Indonesia paling timur yakni Kota Jayapura, Papua. Pria berusia 51 tahun ini mengaku sudah 36 tahun berprofesi sebagai sopir yang melayani rute Jawa, Bali dan Sumatera. 

Seperti halnya Teguh, Suparko juga dibuat terkesan dengan kondisi Kota Jayapura. “Kotanya unik, jalannya naik turun. Selain itu, warganya juga ramah-ramah. Jaringan internet juga di sini sudah lancar dan bagus. Kami bisa kapan saja dan di mana saja, video call dengan keluarga di Jawa,” tambahnya.  

Saat menyambangi pool bus PON Papua, Cenderawasih Pos juga sempat bertemu dengan Tamari yang merupakan sopir cadangan yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah. 

Tamari yang berusia 60 tahun merupakan sopir cadangan tertua dalam jajaran sopir bus medium Pon Papua. 

Meskipun saat ini dia sebagai sopir cadangan, namun kemampuannya membawa bus tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya, selain beroperasi di Pulau Jawa, Tamari juga pernah membawa bus di Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara Barat.***

Berita Terbaru

Artikel Lainnya