Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Entrop Banjir, Jalan Alternatif Macet

BANJIR: Tampak kondisi Kali entrop di depan Gang Mangga Kompleks SMAN 4 Jayapura, yang sudah penuh air dan nyaris meluap ke jalan akibat hujan deras, Senin (15/7) sekira pukul 15.00 WIT. 

JAYAPURA-Hujan deras yang mengguyur Kota Jayapura dan sekitarnya, Senin (15/7) sekira pukul 15.00 WIT, mengakibatkan terjadi banjir atau genangan air di beberapa titik. Salah satunya di sekitar Entrop, Distrik Jayapura Selatan.

Dari pantauan Cenderawasih Pos, banjir di daerah Entrop terjadi di ruas Jalan Raya Abepura-Entrop tepatnya mulai dari CV Tomas hingga ke Jembatan Sumber Air. Banjir juga terjadi di Kompleks SMAN 4 Jayapura.

Banjir yang terjadi di Jalan Raya Abepura-Entrop mengakibatkan ruas jalan tersebut sangat sulit dilalui kendaraan khususnya sepeda motor. Derasnya arus air dari arah CV Tomas serta genangan air di sekitar Jembatan Sumber Air setinggi lutut orang dewasa mengakibatkan banyak kendaraan yang sulit melintas. Hanya kendaraan truk serta mobil double gardan yang mampu melawan derasnya air dan melewati genangan air.

Beberapa taksi Abepura-Entrop yang sempat melintas dari arah CV Tomas, terpaksa mogok di tengah jembatan dan harus didorong oleh penumpang taksi dibantu warga. 

Sejumlah pengendara motor yang nekat menerjang banjir, juga harus mengalami kondisi yang sama yaitu motor mogok. Namun ada juga pelajar yang mencoba menerobos banjir akhirnya terjatuh di depan kantor Pegadaian Entrop dan nyaris terseret arus air. 

Terkait kondisi banjir ini, aparat Kepolisian dari Polsek Jayapura Selatan turun ke lokasi banjir dan mengalihkan kendaraan baik dari arah Abepura maupun dari Jayapura ke jalan alternatif. 

Baca Juga :  Teror di Yahukimo Kembali Terjadi, Warga Sipil Tewas

Banyaknya kendaraan yang melintas di jalan alternatif mengakibatkan terjadi antrean panjang di jalan tersebut. 

Sekira pukul 17.00 WIT, air mulai surut dan arus kendaraan di ruas Jalan Abepura-Entrop secara perlahan kembali normal.      

Sementara itu, di kompleks SMAN 4 Jayapura yang sudah menjadi langganan banjir saat hujan deras turun, kemarin juga tak luput dari banjir khususnya di gang Matoa dan sekitarnya.

Melihat kondisi air di Sungai Entrop yang melintas di kompleks tersebut semakin tinggi, sejumlah warga di belakang Hotel Musi memindahkan kendaraannya di tempat yang lebih tinggi guna menghindari banjir. 

Priyo salah satu warga Komplek SMAN 4 Jayapura mengatakan, hujan yang turun sangat deras dan dirasakan cukup lama. Kondisi ini mengakibatkan beberapa gang di kompleks SMAN 4 terendam banjir. 

“Genangan air memang tidak terlalu lama. Saat hujan mulai reda, air langsung surut,” ucapnya. 

Hujan deras, kemarin sore dianggap sedikit aneh oleh beberapa penggiat lingkungan.  Bukan soal  dimana lokasi turunnya hujan namun dari intensitas yang turun ternyata menimbulkan banjir di sejumlah titik. 

Kondisi ini membuat beberapa penggiat lingkungan bersuara dan menganggap ada yang sedikit aneh dari hujan tersebut. Pasalnya hujan mulai turun sekira pukul 15.00 WIT  dan sempat berhenti kemudian pukul 17.00 WIT kembali turun dengan intensitas cukup deras.

Baca Juga :  Kembangkan Potensi Alam dan Kerajinan

 “Kami anggap aneh karena hujan pertama sempat terhenti  tapi dampaknya sangat ngeri,” kata Dian Wasaraka dari Rumah Belajar Papua,  kemarin.

 “Kalau saya melihat intensitasnya saat siang kemarin tidak terlalu lama tapi bisa seperti itu banjirnya, ini ada yang aneh. Besar kemungkinan daerah atas yang menjadi tangkapan air sedang terganggu,” sambungnya. 

Soal kawasan cathment area ini, dirinya tak heran bila akhirnya air turun sedemikian deras di jalan. “Ini biasanya karena cathment area tak berfungsi baik. Air tak terserap baik dan tertahan di dalam tanah tetapi langsung turun ke jalan,” bebernya. 

 Senada dengan Dian, Yehuda Hamokwarong dosen Geografi Uncen menyatakan bahwa kawasan penyangga dan daerah tangkapan air di Skyland hingga jalur alternatif memang  telah rusak. “Ini yang selalu saya katakan bahwa perbukitan Entrop Skyland sudah berubah fungsi. Sudah banyak pemukiman dan perladangan berpindah sehingga erosi tanah cukup tinggi bahkan bisa mencapai 3-4 ton pertahun perhektar,” beber Yehuda. 

Harusnya ini kata dia sudah harus menjadi warning bagi pemerintah. “Kemarin saya dengan WWF telah memberi lampu kuning untuk hutan kita khususnya di kawasan Gunung Cycloop. Nah ini  harusnya sudah disikapi. Terlalu banyak bentuk perambahan di atas dan kita masih tenang-tenang saja,” singgung Yehuda. (dil/ade/nat)

BANJIR: Tampak kondisi Kali entrop di depan Gang Mangga Kompleks SMAN 4 Jayapura, yang sudah penuh air dan nyaris meluap ke jalan akibat hujan deras, Senin (15/7) sekira pukul 15.00 WIT. 

JAYAPURA-Hujan deras yang mengguyur Kota Jayapura dan sekitarnya, Senin (15/7) sekira pukul 15.00 WIT, mengakibatkan terjadi banjir atau genangan air di beberapa titik. Salah satunya di sekitar Entrop, Distrik Jayapura Selatan.

Dari pantauan Cenderawasih Pos, banjir di daerah Entrop terjadi di ruas Jalan Raya Abepura-Entrop tepatnya mulai dari CV Tomas hingga ke Jembatan Sumber Air. Banjir juga terjadi di Kompleks SMAN 4 Jayapura.

Banjir yang terjadi di Jalan Raya Abepura-Entrop mengakibatkan ruas jalan tersebut sangat sulit dilalui kendaraan khususnya sepeda motor. Derasnya arus air dari arah CV Tomas serta genangan air di sekitar Jembatan Sumber Air setinggi lutut orang dewasa mengakibatkan banyak kendaraan yang sulit melintas. Hanya kendaraan truk serta mobil double gardan yang mampu melawan derasnya air dan melewati genangan air.

Beberapa taksi Abepura-Entrop yang sempat melintas dari arah CV Tomas, terpaksa mogok di tengah jembatan dan harus didorong oleh penumpang taksi dibantu warga. 

Sejumlah pengendara motor yang nekat menerjang banjir, juga harus mengalami kondisi yang sama yaitu motor mogok. Namun ada juga pelajar yang mencoba menerobos banjir akhirnya terjatuh di depan kantor Pegadaian Entrop dan nyaris terseret arus air. 

Terkait kondisi banjir ini, aparat Kepolisian dari Polsek Jayapura Selatan turun ke lokasi banjir dan mengalihkan kendaraan baik dari arah Abepura maupun dari Jayapura ke jalan alternatif. 

Baca Juga :  Warga Kesal Saat Banjir Ada yang Lakukan Ini

Banyaknya kendaraan yang melintas di jalan alternatif mengakibatkan terjadi antrean panjang di jalan tersebut. 

Sekira pukul 17.00 WIT, air mulai surut dan arus kendaraan di ruas Jalan Abepura-Entrop secara perlahan kembali normal.      

Sementara itu, di kompleks SMAN 4 Jayapura yang sudah menjadi langganan banjir saat hujan deras turun, kemarin juga tak luput dari banjir khususnya di gang Matoa dan sekitarnya.

Melihat kondisi air di Sungai Entrop yang melintas di kompleks tersebut semakin tinggi, sejumlah warga di belakang Hotel Musi memindahkan kendaraannya di tempat yang lebih tinggi guna menghindari banjir. 

Priyo salah satu warga Komplek SMAN 4 Jayapura mengatakan, hujan yang turun sangat deras dan dirasakan cukup lama. Kondisi ini mengakibatkan beberapa gang di kompleks SMAN 4 terendam banjir. 

“Genangan air memang tidak terlalu lama. Saat hujan mulai reda, air langsung surut,” ucapnya. 

Hujan deras, kemarin sore dianggap sedikit aneh oleh beberapa penggiat lingkungan.  Bukan soal  dimana lokasi turunnya hujan namun dari intensitas yang turun ternyata menimbulkan banjir di sejumlah titik. 

Kondisi ini membuat beberapa penggiat lingkungan bersuara dan menganggap ada yang sedikit aneh dari hujan tersebut. Pasalnya hujan mulai turun sekira pukul 15.00 WIT  dan sempat berhenti kemudian pukul 17.00 WIT kembali turun dengan intensitas cukup deras.

Baca Juga :  Perjuangan Papua Merdeka Dinilai Hanya Buang Energi

 “Kami anggap aneh karena hujan pertama sempat terhenti  tapi dampaknya sangat ngeri,” kata Dian Wasaraka dari Rumah Belajar Papua,  kemarin.

 “Kalau saya melihat intensitasnya saat siang kemarin tidak terlalu lama tapi bisa seperti itu banjirnya, ini ada yang aneh. Besar kemungkinan daerah atas yang menjadi tangkapan air sedang terganggu,” sambungnya. 

Soal kawasan cathment area ini, dirinya tak heran bila akhirnya air turun sedemikian deras di jalan. “Ini biasanya karena cathment area tak berfungsi baik. Air tak terserap baik dan tertahan di dalam tanah tetapi langsung turun ke jalan,” bebernya. 

 Senada dengan Dian, Yehuda Hamokwarong dosen Geografi Uncen menyatakan bahwa kawasan penyangga dan daerah tangkapan air di Skyland hingga jalur alternatif memang  telah rusak. “Ini yang selalu saya katakan bahwa perbukitan Entrop Skyland sudah berubah fungsi. Sudah banyak pemukiman dan perladangan berpindah sehingga erosi tanah cukup tinggi bahkan bisa mencapai 3-4 ton pertahun perhektar,” beber Yehuda. 

Harusnya ini kata dia sudah harus menjadi warning bagi pemerintah. “Kemarin saya dengan WWF telah memberi lampu kuning untuk hutan kita khususnya di kawasan Gunung Cycloop. Nah ini  harusnya sudah disikapi. Terlalu banyak bentuk perambahan di atas dan kita masih tenang-tenang saja,” singgung Yehuda. (dil/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya