Tuesday, June 17, 2025
26.7 C
Jayapura

Papua Jangan Selalu Berlindung pada Afirmasi

Iapun menyinggung soal salah persepsi sehingga terjadi retensi atau penolakan. Dicontohkan Rumah Sakit Papua yang dibangun dengan anggaran besar untuk masyarakat Papua. Jika ada yang dirasa kurang maka sebaiknya disampaikan, bukan dipalang.

“Saya juga sudah minta kepada kementerian untuk proporsional jika ada tenaga dokter atau tenaga kesehatan yang bagus itu direkrut dengan system afirmasi. Kalau demo dipalang itu menghambat. Harus berubah dengan cara elegan,” singgung Ramses.

Iapun mengungkapkan bahwa jika harus berbicara jujur maka kebanyakan hanya mencari jabatan dan kekuasaan. Belum mampu menyingung bahwa jabatan itu amanah. Ada pejabat yang menduduki jabatan maka langsung ada kelompokisasi. Dan ini menjadi potret Papua saat ini.

“Apakah kita diam? Sejak saya menginjakkan kaki dua kali di Papua, saya katakan jangan perlakukan saya seperti orang batak, orang toraja atau orang jawa tapi saya jadi orang Papua dan saya akan bekerja dengan hati sebab apa yang dilakukan dengan hati maka itu yang akan diimplementasikan,” tambahnya.

Baca Juga :  JJO: Jangan Jadi PNS Kalau Hanya Mau Terima Gaji!

Jika semua optimis melakukan perubahan maka yang ada saat ini akan menjadi lilin-lilin kecil. Sebab untuk membangun Papua tidak bisa hanya dengan omon-omon seperti kata pak presiden menurut Ramses. Semua harus lewat aksi.

“Saya kerjakan bagian saya dan bapak bagian bapak sisanya Tuhan. Saya juga mengajak SKPD, ASN jangan setiap ke kantor meminta sumbangan itu dikasi. Coba ada hasil yang dibuat dan itu disuport,” pinta Ramses.

Menurut Ramses membangun Papua itu tidak susah karena semua sudah ada tinggal cara berfikirnya yang dirubah.

“Kalau kita satu nafas itu mudah. Saya mengajak semua berfikir inovasi, bukan berfikir menghabiskan duit tanpa ada output atau outcome. Masyarakat harus mau menerima perubahan ke arah yang lebih baik,” saran Ramses.

Ramses memberi contoh terkait kondisi berulang. Semisal pemalangan di kantor gubernur.

Baca Juga :  Banyak Perubahan di Tolikara

” Sampai kapan kita begini dan nanti untuk menutupi kelemahan kita lalu kita salahkan orang padahal ini semakin menunjukkan kelemahan kita. Harus berubah, jangan juga dekat natalan, jelang masuk sekolah baru dipalang, sebagai orang Kristen saya malu. Apakah ini kebiasaan atau budaya,” bebernya.

Ia meminta semua menyatukan barisan dan tokoh harus memahami ini.

“Ondoafi Tabi dan Saireri ini harus duduk bersama untuk mendiskusikan Papua akan dibuat seperti apa dan mau dibawa kemana. Ada hukum adat, hukum positif itu baik tapi koridornya tetap di hukum positif. Kita menghargai adat tapi tidak mengenyampingkan hukum positif. Lalu di Papua hargai diri kamu hargai orang lain maka dengan sendirinya penghargaan itu akan diterima,” tutup Ramses. (fia/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Iapun menyinggung soal salah persepsi sehingga terjadi retensi atau penolakan. Dicontohkan Rumah Sakit Papua yang dibangun dengan anggaran besar untuk masyarakat Papua. Jika ada yang dirasa kurang maka sebaiknya disampaikan, bukan dipalang.

“Saya juga sudah minta kepada kementerian untuk proporsional jika ada tenaga dokter atau tenaga kesehatan yang bagus itu direkrut dengan system afirmasi. Kalau demo dipalang itu menghambat. Harus berubah dengan cara elegan,” singgung Ramses.

Iapun mengungkapkan bahwa jika harus berbicara jujur maka kebanyakan hanya mencari jabatan dan kekuasaan. Belum mampu menyingung bahwa jabatan itu amanah. Ada pejabat yang menduduki jabatan maka langsung ada kelompokisasi. Dan ini menjadi potret Papua saat ini.

“Apakah kita diam? Sejak saya menginjakkan kaki dua kali di Papua, saya katakan jangan perlakukan saya seperti orang batak, orang toraja atau orang jawa tapi saya jadi orang Papua dan saya akan bekerja dengan hati sebab apa yang dilakukan dengan hati maka itu yang akan diimplementasikan,” tambahnya.

Baca Juga :  JJO: Jangan Jadi PNS Kalau Hanya Mau Terima Gaji!

Jika semua optimis melakukan perubahan maka yang ada saat ini akan menjadi lilin-lilin kecil. Sebab untuk membangun Papua tidak bisa hanya dengan omon-omon seperti kata pak presiden menurut Ramses. Semua harus lewat aksi.

“Saya kerjakan bagian saya dan bapak bagian bapak sisanya Tuhan. Saya juga mengajak SKPD, ASN jangan setiap ke kantor meminta sumbangan itu dikasi. Coba ada hasil yang dibuat dan itu disuport,” pinta Ramses.

Menurut Ramses membangun Papua itu tidak susah karena semua sudah ada tinggal cara berfikirnya yang dirubah.

“Kalau kita satu nafas itu mudah. Saya mengajak semua berfikir inovasi, bukan berfikir menghabiskan duit tanpa ada output atau outcome. Masyarakat harus mau menerima perubahan ke arah yang lebih baik,” saran Ramses.

Ramses memberi contoh terkait kondisi berulang. Semisal pemalangan di kantor gubernur.

Baca Juga :  Tak Hanya Telephone, Masyarakat di Kampung 3T Sudah Bisa Video Call

” Sampai kapan kita begini dan nanti untuk menutupi kelemahan kita lalu kita salahkan orang padahal ini semakin menunjukkan kelemahan kita. Harus berubah, jangan juga dekat natalan, jelang masuk sekolah baru dipalang, sebagai orang Kristen saya malu. Apakah ini kebiasaan atau budaya,” bebernya.

Ia meminta semua menyatukan barisan dan tokoh harus memahami ini.

“Ondoafi Tabi dan Saireri ini harus duduk bersama untuk mendiskusikan Papua akan dibuat seperti apa dan mau dibawa kemana. Ada hukum adat, hukum positif itu baik tapi koridornya tetap di hukum positif. Kita menghargai adat tapi tidak mengenyampingkan hukum positif. Lalu di Papua hargai diri kamu hargai orang lain maka dengan sendirinya penghargaan itu akan diterima,” tutup Ramses. (fia/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya