Komnas HAM kemudian mendatangi sejumlah tempat yang diduga menjadi lokasi Aristoteles berada. Seperti di Argapura, Hamadi Tanjung, wilayah Keerom, Arso, Sentani, perbatasan RI-PNG hingga beberapa kuburan didatangi yang diduga menjadi tempat di mana Aristoteles dimakamkan. Namun, upaya itu tak membuahkan hasil hingga kini.
”Dari lokasi yang kami datangi, kami tidak menemukan bukti petunjuk. Seluruh upaya yang dilajukan tim Komnas HAM namun tidak mendapatkan titik terang tentang keberadaan Aristoteles Masoka,” ungkapnya. Frits juga mengaku bahwa tim Komnas HAM saat itu telah mendatangi lokasi yang pernah digunakan sebagai pos Kopasus untuk melakukan pendalaman, namun tak menemukan jejak Aristoteles.
Komnas HAM menyayangkan para pelaku penculikan Theys telah divonis tetapi hakim dan jaksa tidak melakukan pendalaman terhadap mereka yang waktu itu terlibat dalam kasus penculikan dan pembunuhan Theys. ”Kesulitan kami mengungkap keberadaan Aristoteles karena tidak mendapat bukti petunjuk, padahal tempatnya kita tahu, mobilnya ditemukan dan pelaku pembunuhan Theys sudah disidangkan. Kami juga tidak diberi akses untuk melakukan pendalaman terhadap pelaku pembunuh Theys yang mestinya mereka mengetahui kejadian waktu itu,” bebernya.
”Sebagai pimpinan Komnas HAM, saya menyampaikan permohonan maaf karena upaya panjang yang kami lakukan sampai hari ini belum bisa menemukan titik terang. Karena masalah utama kami adalah belum diberi akses untuk memintai keterangan para pelaku penculikan dan pembunuhan Theys,” sambungnya. Frits pun mengungkapkan bahwa ada kemungkinan ke depan, Komnas HAM akan kembali membuka kasus ini dan akan mencari keberadaan Aristoteles Masoka.
Komnas HAM kemudian mendatangi sejumlah tempat yang diduga menjadi lokasi Aristoteles berada. Seperti di Argapura, Hamadi Tanjung, wilayah Keerom, Arso, Sentani, perbatasan RI-PNG hingga beberapa kuburan didatangi yang diduga menjadi tempat di mana Aristoteles dimakamkan. Namun, upaya itu tak membuahkan hasil hingga kini.
”Dari lokasi yang kami datangi, kami tidak menemukan bukti petunjuk. Seluruh upaya yang dilajukan tim Komnas HAM namun tidak mendapatkan titik terang tentang keberadaan Aristoteles Masoka,” ungkapnya. Frits juga mengaku bahwa tim Komnas HAM saat itu telah mendatangi lokasi yang pernah digunakan sebagai pos Kopasus untuk melakukan pendalaman, namun tak menemukan jejak Aristoteles.
Komnas HAM menyayangkan para pelaku penculikan Theys telah divonis tetapi hakim dan jaksa tidak melakukan pendalaman terhadap mereka yang waktu itu terlibat dalam kasus penculikan dan pembunuhan Theys. ”Kesulitan kami mengungkap keberadaan Aristoteles karena tidak mendapat bukti petunjuk, padahal tempatnya kita tahu, mobilnya ditemukan dan pelaku pembunuhan Theys sudah disidangkan. Kami juga tidak diberi akses untuk melakukan pendalaman terhadap pelaku pembunuh Theys yang mestinya mereka mengetahui kejadian waktu itu,” bebernya.
”Sebagai pimpinan Komnas HAM, saya menyampaikan permohonan maaf karena upaya panjang yang kami lakukan sampai hari ini belum bisa menemukan titik terang. Karena masalah utama kami adalah belum diberi akses untuk memintai keterangan para pelaku penculikan dan pembunuhan Theys,” sambungnya. Frits pun mengungkapkan bahwa ada kemungkinan ke depan, Komnas HAM akan kembali membuka kasus ini dan akan mencari keberadaan Aristoteles Masoka.