Thursday, April 18, 2024
30.7 C
Jayapura

Kasus Penikaman Warga Dipastikan Rentetan Kerusuhan

ARAK JENAZAH: Warga saat mengarak jenazah korban penikaman di Wouma ke Mapolres Jayawijaya, Sabtu (12/10) malam. ( FOTO : Denny/Cepos )

*Pulang Kerja, Dua Tukang Ditikam di Wouma

WAMENA-Polda Papua memastikan jika masalah penikaman warga di Wouma, Sabtu (12/10) kemarin masih ada keterkaitan dengan kerusuhan yang terjadi 23 September lalu. 

Meskipun sudah sepakat Wamena dalam keadaan aman dan kondusif, namun kenyataannya masih ada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang bermain dalam kejadian anarkis lalu.

Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw mengakui jika masalah penganiayaan ini masih berkaitan dengan pelaku kekerasan yang masih berkaitan dengan kejadian 23 September. 

Untuk itu, Kapolda Waterpau bersama Pangdam XVII Cenderawasih hadir di Wamena, Minggu (13/10) untuk membahas secara cepat serta menggali persoalan tersebut. Serta mendiskusikan permasalahan yang berhubungan dengan kerusuhan kemarin.

“Kami sudah mendapat banyak informasi perbuatan melawan hukum dari beberapa oknum dan kelompok. Atas nama Negara, hukum harus ditegakan hukum dan tidak boleh tidak. Sehingga upaya kami yaitu melakukan pengungkapan pelaku langsung seperti koordinator lapangan dan mereka yang ada di balik itu,” tegasnya saat ditemui wartawan di Makodim 1702/Jayawijaya, Minggu (13/10).

Ia kembali menegaskan, aparat keamanan akan mencari siapa yang menyiapkan konsep kerusuhan ini., Dimana kalau dilihat modusnya, menurutnya tidak terpisah tetapi bersamaan waktunya. Pihak yang mengomendai dan menyiapkan rancangan itu masih dicari dan yang menjadi upaya pihak keamanan adalah langkah penegakan hukum.

“Kekuatan kita cukup besar di Jayawijaya, khusus TNI-Polri. Kita akan kolaborasi menggabungkan untuk berbicara step by step dan tak berbicara konsep lagi. Kita akan menempatkan aparat yang signifikan di setiap pos. Termasuk akan dilakukan razia-razia besar-besaran dan patroli dengan skala besar,” tandasya.

RAPAT BERSAMA: Kapolda Papua, Irjen Pol. Paulus Waterpauw dan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Herman Assaribab saat menggelar rapat bersama dengan Danrem Danrem 172/ PWY, Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya serta Forkopimda Jayawijaya di Makodim 1702/Jayawijaya, Minggu (13/10). (FOTO : Denny/Cepos )

Kapolda Waterpauw mengatakan jika, masalah ini sudah selesai, tidak bisa lagi dilakukan dengan alasan rasisme. Persoalan yang menjadi ungkapan kekecewaan, jangan terus dikembangkan dengan isu Papua merdeka dan referendum itu hanya cerita lama. Ia juga melarang masyarakat yang tiap malam melakukan penjagaan dengan senjata tajam karena akan membuat praduga bagi pihak yang lain.

“Serahkan kepada aparat. Tak boleh lagi masyarakat membawa alat tajam, kita larang. Kalau masyarakat mempunyai informasi tentang masalah-masalah yang terjadi beri tahu kepada kami. Kami yang akan berurusan dengan mereka,” pungkasnya.

Baca Juga :  Pengamanan DPR Papua Bakal Diperketat

Di tempat yang sama Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Assaribab mengatakan, penikaman yang terjadi di Wouma merupakan akses dari situasi yang terjadi. Dimana ada oknum-oknum yang mencoba untuk mengganggu situasi yang sudah kondusif, sehingga tadi sudah dirapatkan bersama dengan Pemkab Jayawijaya.

“Hasil rapat itu yang pertama kita akan tindak tegas, tidak ada lagi tindakan prefentif. Tetapi kalau ada kejadian yang terjadi maka kita akan represif agar upaya ini akan lebih kondusif ke depan,”tegas Pangdam Herman Asaribab.

Sementara Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua mengakui jika sebagai kepala daerah masalah ini menjadi tanggung jawabnya. Untuk itu, dirinya akan melakukan koordinasi dengan aparat TNI-Polri yang ada di daerah. Untuk bagaimana menjaminkan keamanan di Jayawijaya, sehingga perlu dilakukan tanggung jawab secara bersama.

“Kami juga tetap melakukan koordinasi dengan tokoh gereja, masyarakat dan kelompok yang lainnya, agar bisa mencari solusi menjaga wilayah kita tetap kondusif. Sehingga tak ada masalah yang terjadi lagi seperti kemarin,” tambahnya. 

Sabtu (12/10) kemarin, dua warga kembali dilaporkan menjadi korban penganiayaan hingga menyebabkan salah satu korban meninggal dunia atas nama Deri Datu Padang (30). 

Korban ditikam orang tak dikenal di sekitar Distrik Wouma tepatnya di depan pabrik tahu sebelum jembatan Wouma. Setelah menikam korban, pelaku langsung melarikan diri menuju kuburan lama.

Dalam kejadian tersebut, korban yang baru pulang bekerja sebagai tukang bangunan di daerah Wouma, mengendarai motor dan berboncengan dengan rekannya Bunga Simon (38). Korban bersama 4 rekannya menggunakan 4 sepeda motor hendak pulang ke arah kota usai bekerja di depan Paroki Wouma.

Namun saat tiba di Jembatan Wouma, korban yang berada paling depan ditikam oleh dua orang pria yaitu satu orang dewasa dan satu masih remaja. 

Korban Deri Datu Padang yang terkena luka tikam di bagian perut kanan terjatuh, namun masih sempat bangkit mengendarai motornya untuk melapor di Pos Brimob dekat Pasar Wouma. 

Baca Juga :  Intel Kejaksaan Diminta Proaktif Pantau Pilkada

Setelah itu, korban dilarikan ke RSUD Wamena untuk mendapat perawatan medis. Korban yang tiba di rumah sakit dengan kondisi pisau masih tertancap di tubuhnya, akhirnya menghembuskan nafas terakhir. 

Setelah dinyatakan meninggal dunia, warga yang tidak terima dengan kematian korban, langsung mengarak jenazah menuju Mapolres  Jayawijaya. 

Warga yang mengarak jenazah ditemui Kapolres Jayawijaya, AKBP. Tonny Ananda Swadaya. Usai mendapat penjelasan dari Polres, warga kemudian mengarak jenazah ke Tongkonan. Tak lama kemudian, Bupati Jayawijaya, Jhon R Banua bersama Forkopimda Kabupaten Jayawijaya menuju Tongkonan. 

Kapolres Jayawijaya AKBP. Tonny Ananda Swadaya saat dikonfirmasi membenarkan adanya kasus penikaman tersebut. Kepolisian turut prihatin karena warga yang menjadi korban pulang bekerja dan langsung dihadang lalu ditikam.

“Kita sudah melakukan pengamanan maksimal, namun masih kecolongan dengan aksi ini. Yang pasti kita akan melakukan pengejaran terhadap para pelaku,” tegasnya, Sabtu (12/10) kemarin .

Daerah Distrik Wouma pasca kerusuhan 23 September lalu, merupakan daerah merah atau daerah rawan. Sebab dalam aksi kerusuhan, jumlah korban yang meninggal dunia di daerah Wouma. Selain itu di sana masih ada beberapa kelompok peneror yang masih terus melakukan aksi teror.

“Daerah Wouma ini  sementara kosong. Warga yang biasa berdagang di sana belum kembali menempati tempat usahanya usai dibakar. Kami juga belum mengetahui motif dibalik penikaman itu. Namun kami berupaya mengungkap masalah ini,”tuturnya. 

Ia juga meminta warga untuk waspada dan tidak cepat terprovokasi, serta mengambil tindakan yang merugikan. Karena kasus ini adalah murni kriminal sehingga akan ditangani kepolisian dan mengusutnya hingga tuntas.

“Kami minta warga untuk waspada. Seperti kasus ini diketahui tak ada lagi warga  yang mempunyai usaha di Wouma akibat rumah dan ruko yang dibakar. Ini salah satu daerah yang kita anggap zona merah dan korban ini bekerja di sana,” jelasnya.

Dari peristiwa ini, Sabtu (12/10) malam suasana di kota Wamena kembali memanas. Warga di beberapa tempat kembali melakukan penjagaan di sekitar kompleks perumahan. Warga seakan trauma dan tak ingin kejadian yang kemarin terjadi terulang kembali. (jo/nat) 

ARAK JENAZAH: Warga saat mengarak jenazah korban penikaman di Wouma ke Mapolres Jayawijaya, Sabtu (12/10) malam. ( FOTO : Denny/Cepos )

*Pulang Kerja, Dua Tukang Ditikam di Wouma

WAMENA-Polda Papua memastikan jika masalah penikaman warga di Wouma, Sabtu (12/10) kemarin masih ada keterkaitan dengan kerusuhan yang terjadi 23 September lalu. 

Meskipun sudah sepakat Wamena dalam keadaan aman dan kondusif, namun kenyataannya masih ada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang bermain dalam kejadian anarkis lalu.

Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw mengakui jika masalah penganiayaan ini masih berkaitan dengan pelaku kekerasan yang masih berkaitan dengan kejadian 23 September. 

Untuk itu, Kapolda Waterpau bersama Pangdam XVII Cenderawasih hadir di Wamena, Minggu (13/10) untuk membahas secara cepat serta menggali persoalan tersebut. Serta mendiskusikan permasalahan yang berhubungan dengan kerusuhan kemarin.

“Kami sudah mendapat banyak informasi perbuatan melawan hukum dari beberapa oknum dan kelompok. Atas nama Negara, hukum harus ditegakan hukum dan tidak boleh tidak. Sehingga upaya kami yaitu melakukan pengungkapan pelaku langsung seperti koordinator lapangan dan mereka yang ada di balik itu,” tegasnya saat ditemui wartawan di Makodim 1702/Jayawijaya, Minggu (13/10).

Ia kembali menegaskan, aparat keamanan akan mencari siapa yang menyiapkan konsep kerusuhan ini., Dimana kalau dilihat modusnya, menurutnya tidak terpisah tetapi bersamaan waktunya. Pihak yang mengomendai dan menyiapkan rancangan itu masih dicari dan yang menjadi upaya pihak keamanan adalah langkah penegakan hukum.

“Kekuatan kita cukup besar di Jayawijaya, khusus TNI-Polri. Kita akan kolaborasi menggabungkan untuk berbicara step by step dan tak berbicara konsep lagi. Kita akan menempatkan aparat yang signifikan di setiap pos. Termasuk akan dilakukan razia-razia besar-besaran dan patroli dengan skala besar,” tandasya.

RAPAT BERSAMA: Kapolda Papua, Irjen Pol. Paulus Waterpauw dan Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Herman Assaribab saat menggelar rapat bersama dengan Danrem Danrem 172/ PWY, Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya serta Forkopimda Jayawijaya di Makodim 1702/Jayawijaya, Minggu (13/10). (FOTO : Denny/Cepos )

Kapolda Waterpauw mengatakan jika, masalah ini sudah selesai, tidak bisa lagi dilakukan dengan alasan rasisme. Persoalan yang menjadi ungkapan kekecewaan, jangan terus dikembangkan dengan isu Papua merdeka dan referendum itu hanya cerita lama. Ia juga melarang masyarakat yang tiap malam melakukan penjagaan dengan senjata tajam karena akan membuat praduga bagi pihak yang lain.

“Serahkan kepada aparat. Tak boleh lagi masyarakat membawa alat tajam, kita larang. Kalau masyarakat mempunyai informasi tentang masalah-masalah yang terjadi beri tahu kepada kami. Kami yang akan berurusan dengan mereka,” pungkasnya.

Baca Juga :  Kematian Dokter Muda Paul Ikut Dibahas Uncen

Di tempat yang sama Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Assaribab mengatakan, penikaman yang terjadi di Wouma merupakan akses dari situasi yang terjadi. Dimana ada oknum-oknum yang mencoba untuk mengganggu situasi yang sudah kondusif, sehingga tadi sudah dirapatkan bersama dengan Pemkab Jayawijaya.

“Hasil rapat itu yang pertama kita akan tindak tegas, tidak ada lagi tindakan prefentif. Tetapi kalau ada kejadian yang terjadi maka kita akan represif agar upaya ini akan lebih kondusif ke depan,”tegas Pangdam Herman Asaribab.

Sementara Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua mengakui jika sebagai kepala daerah masalah ini menjadi tanggung jawabnya. Untuk itu, dirinya akan melakukan koordinasi dengan aparat TNI-Polri yang ada di daerah. Untuk bagaimana menjaminkan keamanan di Jayawijaya, sehingga perlu dilakukan tanggung jawab secara bersama.

“Kami juga tetap melakukan koordinasi dengan tokoh gereja, masyarakat dan kelompok yang lainnya, agar bisa mencari solusi menjaga wilayah kita tetap kondusif. Sehingga tak ada masalah yang terjadi lagi seperti kemarin,” tambahnya. 

Sabtu (12/10) kemarin, dua warga kembali dilaporkan menjadi korban penganiayaan hingga menyebabkan salah satu korban meninggal dunia atas nama Deri Datu Padang (30). 

Korban ditikam orang tak dikenal di sekitar Distrik Wouma tepatnya di depan pabrik tahu sebelum jembatan Wouma. Setelah menikam korban, pelaku langsung melarikan diri menuju kuburan lama.

Dalam kejadian tersebut, korban yang baru pulang bekerja sebagai tukang bangunan di daerah Wouma, mengendarai motor dan berboncengan dengan rekannya Bunga Simon (38). Korban bersama 4 rekannya menggunakan 4 sepeda motor hendak pulang ke arah kota usai bekerja di depan Paroki Wouma.

Namun saat tiba di Jembatan Wouma, korban yang berada paling depan ditikam oleh dua orang pria yaitu satu orang dewasa dan satu masih remaja. 

Korban Deri Datu Padang yang terkena luka tikam di bagian perut kanan terjatuh, namun masih sempat bangkit mengendarai motornya untuk melapor di Pos Brimob dekat Pasar Wouma. 

Baca Juga :  Donasi Rp 10 Ribu pun Kami Sambut dan Salurkan

Setelah itu, korban dilarikan ke RSUD Wamena untuk mendapat perawatan medis. Korban yang tiba di rumah sakit dengan kondisi pisau masih tertancap di tubuhnya, akhirnya menghembuskan nafas terakhir. 

Setelah dinyatakan meninggal dunia, warga yang tidak terima dengan kematian korban, langsung mengarak jenazah menuju Mapolres  Jayawijaya. 

Warga yang mengarak jenazah ditemui Kapolres Jayawijaya, AKBP. Tonny Ananda Swadaya. Usai mendapat penjelasan dari Polres, warga kemudian mengarak jenazah ke Tongkonan. Tak lama kemudian, Bupati Jayawijaya, Jhon R Banua bersama Forkopimda Kabupaten Jayawijaya menuju Tongkonan. 

Kapolres Jayawijaya AKBP. Tonny Ananda Swadaya saat dikonfirmasi membenarkan adanya kasus penikaman tersebut. Kepolisian turut prihatin karena warga yang menjadi korban pulang bekerja dan langsung dihadang lalu ditikam.

“Kita sudah melakukan pengamanan maksimal, namun masih kecolongan dengan aksi ini. Yang pasti kita akan melakukan pengejaran terhadap para pelaku,” tegasnya, Sabtu (12/10) kemarin .

Daerah Distrik Wouma pasca kerusuhan 23 September lalu, merupakan daerah merah atau daerah rawan. Sebab dalam aksi kerusuhan, jumlah korban yang meninggal dunia di daerah Wouma. Selain itu di sana masih ada beberapa kelompok peneror yang masih terus melakukan aksi teror.

“Daerah Wouma ini  sementara kosong. Warga yang biasa berdagang di sana belum kembali menempati tempat usahanya usai dibakar. Kami juga belum mengetahui motif dibalik penikaman itu. Namun kami berupaya mengungkap masalah ini,”tuturnya. 

Ia juga meminta warga untuk waspada dan tidak cepat terprovokasi, serta mengambil tindakan yang merugikan. Karena kasus ini adalah murni kriminal sehingga akan ditangani kepolisian dan mengusutnya hingga tuntas.

“Kami minta warga untuk waspada. Seperti kasus ini diketahui tak ada lagi warga  yang mempunyai usaha di Wouma akibat rumah dan ruko yang dibakar. Ini salah satu daerah yang kita anggap zona merah dan korban ini bekerja di sana,” jelasnya.

Dari peristiwa ini, Sabtu (12/10) malam suasana di kota Wamena kembali memanas. Warga di beberapa tempat kembali melakukan penjagaan di sekitar kompleks perumahan. Warga seakan trauma dan tak ingin kejadian yang kemarin terjadi terulang kembali. (jo/nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya