Friday, March 29, 2024
30.7 C
Jayapura

PTFI Respon Suplay Sayur Mayur dari Kabupaten Puncak

JABAT TANGAN: Bupati Puncak Willem Wandik, saat berjabatangan dengan pihak PTFI yang diwakili Executive Vice President (EVP) Human Resources & Security PTFI, Achmad Didi Ardianto, usai pertemuan perdana PTFI dan Pemkab Puncak, di Hotel Rimba Papua, Timika, Jumat (8/3) lalu.( FOTO : Diskominfo Puncak for Cepos)

Terungkap dalam Pertemuan Perdana Pemkab Puncak dan PT. Freeport Indonesia

TIMIKA-Manejemen PT. Freeport Indonesia, membuka diri untuk bekerja sama dengan Pemkab Puncak, terkait dengan program pembelian sayur mayur segar tanpa pupuk yang ditanam oleh masyarakat Kabupaten Puncak.

Hal tersebut terungkap dalam pertemuan perdana antara Pemkab Puncak dan manejemen PT.Freeport Indonesia, yang berlangsung di Hotel Rimba Timika, Jumat (8/3) lalu. 

Dari Pihak Pemkab Puncak dipimpin langsung oleh Bupati Puncak Willem Wandik, didampingi Asisten II Setda Kabupaten Puncak, Darwin Tobing dan beberapa pimpinan SKPD dan BUMD PT. Puncak Papua Mandiri. 

Sementara dari manejemen PT.Freeport Indonesia, dihadiri Executive Vice President (EVP) Human Resources & Security PTFI, Achmad Didi Ardianto, Senior Vice Presiden (SVP) Social Responsibility & Community Development PTFI, Claus Oscar Wamafma, VP Community Development, Nathan Kum, VP Industrial Relation PTFI, Demi Magai, VP Senior Advisor Papuan Development PTFI, Silas Natkime dan Head Papuan Task Force, Octo Magay.

Dalam pertemuan yang begitu akrab tersebut, kedua belah pihak memiliki tekad dan keinginan yang sama. Dimana perusahan tambang rakasasa tersebut siap menampung sayur mayur dari masyarakat Puncak. Begitu juga Pemkab Puncak, siap menfasilitasi penyaluran sayur mayur dari masyarakat ke PT.Freeport, meski ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyaluran sayur tersebut.

Bupati Puncak Willem Wandik menjelaskan tujuan dari pihaknya bertemu dengan pihak manejemen PTFI yaitu untuk bekerja sama dibidang pertanian dan perkebunan. Karena potensi utama di Kabupaten Puncak adalah pertanian dan perkebunan, terutama sayur mayur segar tanpa pupuk yang merupakan hasil pertanian lokal di Puncak.

Selain itu perkebunan kopi yang diketahui memiliki kualitas nomor satu di dunia. Namun yang menjadi persoalan selama ini adalah pemasaran, sehingga pertemuan perdana dengan PTFI tersebut dalam rangka menjalin kerja sama untuk menggali potensi pertanian dan perkebunan masyarakat di Kabupaten Puncak.

Baca Juga :  Rumah Ditinggal Kosong Ludes Terbakar

“Puji Tuhan, pertemuan saat ini cukup baik dan kita akan bekerja sama. Untuk syarat-syarat dari PT Freeport, terkait kualitas sayur, kontinuitas serta syarat lainnya, akan ditindak lanjuti oleh instansi teknis,” tuturnya.

“Intinya kami mau sampaikan ke PT. Freeport bahwa kami sudah mau bekerja. Kami akan ajak PTFI ke Ilaga, untuk melihat potensi di sana. Kita datang bukan marah-marah lagi ke PTFI, kita mau bersama-sama melihat potensi yang bisa dikelola bersama kedua belah pihak, demi masyarakat Puncak,” sambungnya. 

Dikatakan, pada tahun 1970-80 an, suplay utama sayur mayur segar ke PT.Freeport, seperti kol, buncis, wortel, kentang dan bumbu dapur banyak yang berasal dari Puncak. Apalagi sayur tersebut segar tanpa pupuk. 

Namun hubungan tersebut putus dan saat ini pihaknya ingin mengembalikan potensi tersebut. “PT.Freeport jangan beli ke Jawa, cukup kami di Puncak yang suplay,” ujarnya.

Willem Wandik menyebutkan, saat ini dana otonomi khusus (Otsus) diberikan kepada kabupaten. Untuk itu, Pemkab Puncak akan memanfaatkan dana tersebut untuk membeli sayur-sayuran dari masyarakat melalui BUMD PT, Puncak Papua Mandiri. 

Pemkab Puncak menurutnya akan mengucurkan daan sebesar Rp 20 juta perminggu untuk membeli sayur dari masyarakat yang selanjutnya diangkut oleh dua pesawat grand caravan milik Pemkab Puncak ke PT. Freeport Indonesia atau daerah lain. 

“Cara ini akan memacu masyarakat untuk rajin menanam dan menghilangkan budaya proposal. Dengan cara ini, masyarakat juga bisa mendapatkan penghasilan dari berjualan sayur dan bisa mencukupi keburuhan pokok mereka,” tambahnya. 

Baca Juga :  Kontak Tembak, Tiga Anggota TNI Luka Tembak.

Sementara itu. EVP Human Resources & Security PTFI, Achmad Didi Ardianto memberikan apresiasi terhadap sikap Bupati Puncak dan Freeport sendiri sangat membuka diri untuk bekerja sama. Hal ini tidak terlepas dari sikap bupati yang ingin memberdayakan masyarakat agar bisa berdiri di kaki sendiri.

Ardianto mengakui apa yang dilakukan Bupati Puncak, sebenarnya sejalan dengan keinginan dari PTFI. Meski harus diakui bahwa untuk urusan makanan, Pemkab harus memenuhi syarat standar yang ditetapkan oleh PTFI. Seperti kualitas kesehatan, maupun kontinunitas suplay ke PTFI. 

“Kita tetap dukung tekad dari Bupati Puncak, meski kita tahu untuk memulai sesuatu tujuan yang baik, memang butuh waktu. PTFI terbuka saja dan bahkan koperasi PTFI bisa menjadi pihak yang pertama yang bisa membeli hasil sayur dari masyarakat. Intinya kami mendukung,” tegasnya. 

Di tempat yang sama SVP Social Responsibility & Community Development PTFI, Claus Oscar Wamafma mengatakan PTFI membutuhkan sayur mayur yang segar dari masyarakat asli untuk memberi makan ribuan karyawannya. Hanya saja yang selama ini menjadi persoalan adalah kontinuitas suplay dan kualitas sayur mayur yang menjadi hal penting. Karena karyawan PTFI dalam bekerja harus didukung oleh sayur yang bergizi.

“Sebenarnya PTFI ingin sekali membeli sayur dari masyarakat asli, terutama di wilayah pegunungan seperti Puncak dan tidak perlu ke luar Papua. Karena sayur di pegunungan seperti Kabupaten Puncak, segar dan tanpa pupuk. Namun persoalan kontinuitas harus diperhatikan, sebab harus mampu memberi makan ribuan karyawan. Ini yang terpaksa kami dari luar Papua. Jika Pemkab Puncak mampu, pasti kita siap bekerja sama,” pungkasnya.(Dikominfo Puncak/nat)

JABAT TANGAN: Bupati Puncak Willem Wandik, saat berjabatangan dengan pihak PTFI yang diwakili Executive Vice President (EVP) Human Resources & Security PTFI, Achmad Didi Ardianto, usai pertemuan perdana PTFI dan Pemkab Puncak, di Hotel Rimba Papua, Timika, Jumat (8/3) lalu.( FOTO : Diskominfo Puncak for Cepos)

Terungkap dalam Pertemuan Perdana Pemkab Puncak dan PT. Freeport Indonesia

TIMIKA-Manejemen PT. Freeport Indonesia, membuka diri untuk bekerja sama dengan Pemkab Puncak, terkait dengan program pembelian sayur mayur segar tanpa pupuk yang ditanam oleh masyarakat Kabupaten Puncak.

Hal tersebut terungkap dalam pertemuan perdana antara Pemkab Puncak dan manejemen PT.Freeport Indonesia, yang berlangsung di Hotel Rimba Timika, Jumat (8/3) lalu. 

Dari Pihak Pemkab Puncak dipimpin langsung oleh Bupati Puncak Willem Wandik, didampingi Asisten II Setda Kabupaten Puncak, Darwin Tobing dan beberapa pimpinan SKPD dan BUMD PT. Puncak Papua Mandiri. 

Sementara dari manejemen PT.Freeport Indonesia, dihadiri Executive Vice President (EVP) Human Resources & Security PTFI, Achmad Didi Ardianto, Senior Vice Presiden (SVP) Social Responsibility & Community Development PTFI, Claus Oscar Wamafma, VP Community Development, Nathan Kum, VP Industrial Relation PTFI, Demi Magai, VP Senior Advisor Papuan Development PTFI, Silas Natkime dan Head Papuan Task Force, Octo Magay.

Dalam pertemuan yang begitu akrab tersebut, kedua belah pihak memiliki tekad dan keinginan yang sama. Dimana perusahan tambang rakasasa tersebut siap menampung sayur mayur dari masyarakat Puncak. Begitu juga Pemkab Puncak, siap menfasilitasi penyaluran sayur mayur dari masyarakat ke PT.Freeport, meski ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyaluran sayur tersebut.

Bupati Puncak Willem Wandik menjelaskan tujuan dari pihaknya bertemu dengan pihak manejemen PTFI yaitu untuk bekerja sama dibidang pertanian dan perkebunan. Karena potensi utama di Kabupaten Puncak adalah pertanian dan perkebunan, terutama sayur mayur segar tanpa pupuk yang merupakan hasil pertanian lokal di Puncak.

Selain itu perkebunan kopi yang diketahui memiliki kualitas nomor satu di dunia. Namun yang menjadi persoalan selama ini adalah pemasaran, sehingga pertemuan perdana dengan PTFI tersebut dalam rangka menjalin kerja sama untuk menggali potensi pertanian dan perkebunan masyarakat di Kabupaten Puncak.

Baca Juga :  Polsek Tigi Dibakar, Satu Remaja Tewas Tertembak

“Puji Tuhan, pertemuan saat ini cukup baik dan kita akan bekerja sama. Untuk syarat-syarat dari PT Freeport, terkait kualitas sayur, kontinuitas serta syarat lainnya, akan ditindak lanjuti oleh instansi teknis,” tuturnya.

“Intinya kami mau sampaikan ke PT. Freeport bahwa kami sudah mau bekerja. Kami akan ajak PTFI ke Ilaga, untuk melihat potensi di sana. Kita datang bukan marah-marah lagi ke PTFI, kita mau bersama-sama melihat potensi yang bisa dikelola bersama kedua belah pihak, demi masyarakat Puncak,” sambungnya. 

Dikatakan, pada tahun 1970-80 an, suplay utama sayur mayur segar ke PT.Freeport, seperti kol, buncis, wortel, kentang dan bumbu dapur banyak yang berasal dari Puncak. Apalagi sayur tersebut segar tanpa pupuk. 

Namun hubungan tersebut putus dan saat ini pihaknya ingin mengembalikan potensi tersebut. “PT.Freeport jangan beli ke Jawa, cukup kami di Puncak yang suplay,” ujarnya.

Willem Wandik menyebutkan, saat ini dana otonomi khusus (Otsus) diberikan kepada kabupaten. Untuk itu, Pemkab Puncak akan memanfaatkan dana tersebut untuk membeli sayur-sayuran dari masyarakat melalui BUMD PT, Puncak Papua Mandiri. 

Pemkab Puncak menurutnya akan mengucurkan daan sebesar Rp 20 juta perminggu untuk membeli sayur dari masyarakat yang selanjutnya diangkut oleh dua pesawat grand caravan milik Pemkab Puncak ke PT. Freeport Indonesia atau daerah lain. 

“Cara ini akan memacu masyarakat untuk rajin menanam dan menghilangkan budaya proposal. Dengan cara ini, masyarakat juga bisa mendapatkan penghasilan dari berjualan sayur dan bisa mencukupi keburuhan pokok mereka,” tambahnya. 

Baca Juga :  Pembagian Bantuan Bapok Belum Maksimal

Sementara itu. EVP Human Resources & Security PTFI, Achmad Didi Ardianto memberikan apresiasi terhadap sikap Bupati Puncak dan Freeport sendiri sangat membuka diri untuk bekerja sama. Hal ini tidak terlepas dari sikap bupati yang ingin memberdayakan masyarakat agar bisa berdiri di kaki sendiri.

Ardianto mengakui apa yang dilakukan Bupati Puncak, sebenarnya sejalan dengan keinginan dari PTFI. Meski harus diakui bahwa untuk urusan makanan, Pemkab harus memenuhi syarat standar yang ditetapkan oleh PTFI. Seperti kualitas kesehatan, maupun kontinunitas suplay ke PTFI. 

“Kita tetap dukung tekad dari Bupati Puncak, meski kita tahu untuk memulai sesuatu tujuan yang baik, memang butuh waktu. PTFI terbuka saja dan bahkan koperasi PTFI bisa menjadi pihak yang pertama yang bisa membeli hasil sayur dari masyarakat. Intinya kami mendukung,” tegasnya. 

Di tempat yang sama SVP Social Responsibility & Community Development PTFI, Claus Oscar Wamafma mengatakan PTFI membutuhkan sayur mayur yang segar dari masyarakat asli untuk memberi makan ribuan karyawannya. Hanya saja yang selama ini menjadi persoalan adalah kontinuitas suplay dan kualitas sayur mayur yang menjadi hal penting. Karena karyawan PTFI dalam bekerja harus didukung oleh sayur yang bergizi.

“Sebenarnya PTFI ingin sekali membeli sayur dari masyarakat asli, terutama di wilayah pegunungan seperti Puncak dan tidak perlu ke luar Papua. Karena sayur di pegunungan seperti Kabupaten Puncak, segar dan tanpa pupuk. Namun persoalan kontinuitas harus diperhatikan, sebab harus mampu memberi makan ribuan karyawan. Ini yang terpaksa kami dari luar Papua. Jika Pemkab Puncak mampu, pasti kita siap bekerja sama,” pungkasnya.(Dikominfo Puncak/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya