Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Telkom Siapkan Back Up Kabel FO

GM Telkom Papua Sugeng Widodo saat menjelaskan rencana rute pembangunan kabel fiber optik  Patara II dari Sarmi ke Waisae yang rencananya selesai akhir tahun 2022, Rabu (9/6). ( FOTO: Priyadi/Cepos)

Yunus Wonda : Ingat, Jangan Sampai Bermasalah Saat PON

JAYAPURA-Putusnya jaringan kabel fiber optic (FO) di perairan laut Biak-Sarmi mengakibatkan yang mengakibatkan satu bulan lebih jaringan internet di Kota Jayapura dan sekitarnya terganggu, sudah diantisipasi PT. Telkom Indonesia.  

Antisipasi yang dilakukan PT. Telkom saat ini yaitu dengan membangun kabel back up SMPCS (Sulawesi Maluku Papua Cable System) untuk mengamankan layanan telekomunikasi FO Telkom di jalur utara Papua.

General Manager Wilayah Telkom Papua, Sugeng Widodo mengakui bahwa putusnya jaringan kabel FO di perairan laut Biak-Sarmi menjadi perhatian pemerintah dalam hal ini PT. Telkom Indonesia. Oleh sebab itu, Telkom menurut Sugeng telah melakukan antisipasi dengan cara membuat jaringan baru kabel FO.

Pembangunan jaringan baru kabel FO ini diakuinya untuk memback up jaringan kabel FO yang sudah ada. “Kami sekarang ini akan mensosialisasikan pembangunan kabel Fiber Optik Patara II untuk membackup kabel FO Patara I yang ada di jalur merah antara Jayapura-Sarmi dan Biak yang sering putus,” jelasnya, Rabu (9/6). 

Kabel FO Patara II menurut Sugeng, akan ditarik dari Sarmi hingga ke Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Penarikan kabel FO sepanjang lebih dari 1.000 Km ini diharapkan bisa rampung akhir tahun 2022. “Mengenai nilai investasinya, kami tidak tahu. Karena ini langsung dari Telkom pusat,” ucapnya. 

Baca Juga :  Sempat Ada Gas Air Mata, Demo Berakhir Damai

Untuk jaringan kabel FO Patara 1, Sugeng Widodo mengakui berada di jalur merah yaitu perairan Sarmi yang terdapat gunung berapa bawah laut yang bisa mengeluarkan sumber api sehingga kabel FO bisa putus karena terbakar. “Untuk itu, dengan akan dibangunnya kabel FO Patara II yang jalurnya lebih terlihat cukup tidak ada gangguan semoga bisa menjadi solusi terbaik untuk konektivitas telekomunikasi di Papua,” pungkasnya.   

Sementara itu Ketua Harian Pengurus Besar Olahraga Nasional (PB PON) XX Tahun 2021 Provinsi Papua, DR. Yunus Wonda, SH., MH.,  meminta agar pihak Telkom harus bisa memastikan jika persoalan kabel FO tidak lagi menjadi masalah ke depan. Ia mewanti jangan sampai agenda nasional seperti PON terganggu akibat putusnya jaringan. 

Yunus tak ingin saat PON jaringan kembali putus hingga menimbulkan banyak soal baru. “Saat ini jaringan sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Jangan sampai  terulang lagi apalagi terganggu saat pelaksanaan PON,” kata Yunus Wonda melalui ponselnya, Rabu (9/6). 

 Ia juga meminta dari kejadian yang bukan kali pertama ini bisa menjadi masukan bagi pemerintah terutama Kominfo untuk ikut memikirkan persoalan komunikasi atau jaringan di Papua. Sehingga pembangunan di Papua tidak ikut terganggu akibat putusnya jaringan internet. “Sudah harus dipikirkan bagaimana ada pilihan di tengah masyarakat soal penggunaan jaringan ini. Jangan hanya Telkomsel tetapi perlu provider lain yang bisa digunakan sewaktu – waktu jika bermasalah seperti ini. Sekali lagi jangan sampai saat pelaksanaan PON nanti justru ada masalah, kami tidak mau itu terjadi,” tuturnya. 

Baca Juga :  Tim Gabungan Duduki Markas KKB

 Sementara Komisi IV DPR Papua akhirnya melakukan pertemuan dengan Kominfo untuk membahas putusnya jaringan fiber optic sebulan lebih ini. Hanya hingga kini Komisi IV sendiri belum merilis apa hasil pertemuan dengan Kominfo. Persoalan ini juga ditanggapi penggiat sosial, Gunawan yang menyebut jika situasi putusnya jaringan internet ini terjadi di Jakarta tentu situasinya berbeda. Ada banyak intervensi dan para pihak yang akan bersuara hingga langsung dikerjakan. “Contoh kemarin di Jakarta jaringan PLN putus itu langsung dirapatkan di DPR RI. Bahkan bosnya PLN dipanggil oleh DPR RI. Presiden juga angkat  suara soal itu dan banyak yang mencari panggung, cari perhatian. Tapi di Papua? Kita seperti dibiarkan dan harus menunggu sebulan  lebih,” sindir Gunawan. (dil/ade/nat)

GM Telkom Papua Sugeng Widodo saat menjelaskan rencana rute pembangunan kabel fiber optik  Patara II dari Sarmi ke Waisae yang rencananya selesai akhir tahun 2022, Rabu (9/6). ( FOTO: Priyadi/Cepos)

Yunus Wonda : Ingat, Jangan Sampai Bermasalah Saat PON

JAYAPURA-Putusnya jaringan kabel fiber optic (FO) di perairan laut Biak-Sarmi mengakibatkan yang mengakibatkan satu bulan lebih jaringan internet di Kota Jayapura dan sekitarnya terganggu, sudah diantisipasi PT. Telkom Indonesia.  

Antisipasi yang dilakukan PT. Telkom saat ini yaitu dengan membangun kabel back up SMPCS (Sulawesi Maluku Papua Cable System) untuk mengamankan layanan telekomunikasi FO Telkom di jalur utara Papua.

General Manager Wilayah Telkom Papua, Sugeng Widodo mengakui bahwa putusnya jaringan kabel FO di perairan laut Biak-Sarmi menjadi perhatian pemerintah dalam hal ini PT. Telkom Indonesia. Oleh sebab itu, Telkom menurut Sugeng telah melakukan antisipasi dengan cara membuat jaringan baru kabel FO.

Pembangunan jaringan baru kabel FO ini diakuinya untuk memback up jaringan kabel FO yang sudah ada. “Kami sekarang ini akan mensosialisasikan pembangunan kabel Fiber Optik Patara II untuk membackup kabel FO Patara I yang ada di jalur merah antara Jayapura-Sarmi dan Biak yang sering putus,” jelasnya, Rabu (9/6). 

Kabel FO Patara II menurut Sugeng, akan ditarik dari Sarmi hingga ke Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Penarikan kabel FO sepanjang lebih dari 1.000 Km ini diharapkan bisa rampung akhir tahun 2022. “Mengenai nilai investasinya, kami tidak tahu. Karena ini langsung dari Telkom pusat,” ucapnya. 

Baca Juga :  KPU Papua Lakukan Verifikasi Faktual 9 Partai Politik

Untuk jaringan kabel FO Patara 1, Sugeng Widodo mengakui berada di jalur merah yaitu perairan Sarmi yang terdapat gunung berapa bawah laut yang bisa mengeluarkan sumber api sehingga kabel FO bisa putus karena terbakar. “Untuk itu, dengan akan dibangunnya kabel FO Patara II yang jalurnya lebih terlihat cukup tidak ada gangguan semoga bisa menjadi solusi terbaik untuk konektivitas telekomunikasi di Papua,” pungkasnya.   

Sementara itu Ketua Harian Pengurus Besar Olahraga Nasional (PB PON) XX Tahun 2021 Provinsi Papua, DR. Yunus Wonda, SH., MH.,  meminta agar pihak Telkom harus bisa memastikan jika persoalan kabel FO tidak lagi menjadi masalah ke depan. Ia mewanti jangan sampai agenda nasional seperti PON terganggu akibat putusnya jaringan. 

Yunus tak ingin saat PON jaringan kembali putus hingga menimbulkan banyak soal baru. “Saat ini jaringan sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Jangan sampai  terulang lagi apalagi terganggu saat pelaksanaan PON,” kata Yunus Wonda melalui ponselnya, Rabu (9/6). 

 Ia juga meminta dari kejadian yang bukan kali pertama ini bisa menjadi masukan bagi pemerintah terutama Kominfo untuk ikut memikirkan persoalan komunikasi atau jaringan di Papua. Sehingga pembangunan di Papua tidak ikut terganggu akibat putusnya jaringan internet. “Sudah harus dipikirkan bagaimana ada pilihan di tengah masyarakat soal penggunaan jaringan ini. Jangan hanya Telkomsel tetapi perlu provider lain yang bisa digunakan sewaktu – waktu jika bermasalah seperti ini. Sekali lagi jangan sampai saat pelaksanaan PON nanti justru ada masalah, kami tidak mau itu terjadi,” tuturnya. 

Baca Juga :  Striker Asing Persipura Sudah Deal

 Sementara Komisi IV DPR Papua akhirnya melakukan pertemuan dengan Kominfo untuk membahas putusnya jaringan fiber optic sebulan lebih ini. Hanya hingga kini Komisi IV sendiri belum merilis apa hasil pertemuan dengan Kominfo. Persoalan ini juga ditanggapi penggiat sosial, Gunawan yang menyebut jika situasi putusnya jaringan internet ini terjadi di Jakarta tentu situasinya berbeda. Ada banyak intervensi dan para pihak yang akan bersuara hingga langsung dikerjakan. “Contoh kemarin di Jakarta jaringan PLN putus itu langsung dirapatkan di DPR RI. Bahkan bosnya PLN dipanggil oleh DPR RI. Presiden juga angkat  suara soal itu dan banyak yang mencari panggung, cari perhatian. Tapi di Papua? Kita seperti dibiarkan dan harus menunggu sebulan  lebih,” sindir Gunawan. (dil/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya